“Sakit?” lirih Diana di tengah isaknya. Willy mengerjap pelan dan itu pun tampak sangat berat. Diana tak tega melihatnya. Diana tak bisa menerima kenyataan pemuda seenergik Willy justru terbaring tak berdaya dengan banyak luka dan perban. “Makanya kalau pakai helm itu dikancing. Ini pasti gara-gara kamu enggak kancing helm-nya, kan?” omel Diana masih dengan suara lirih. Diana merasa kesal pada Willy yang masih saja teledor, tapi ia tak mungkin meluapkannya. Willy memang selalu menjaga orang-orang di sekitarnya, tapi tidak pada dirinya. Wily kurang peduli pada dirinya dan hanya memikirkan kebahagiaan orang-orang di sekitarnya. Sakitnya Willy membuat Diana merasa nyaris gila. Diana terduduk lemas kemudian mendekap lututnya. Setelah terdiam cukup lama di tengah air matanya yang terus berli