Reikhan makan siang bersama kekasihnya yang sudah setahun ini menjalin hubungan dengannya.
Sebenarnya Vanya adalah wanita yang dijodohkan ibu tirinya kepadanya. Vanya seorang designer dan dia adalah anak teman dekat dari ibu tirinya.
Reikhan tidak seperti Nowel kakaknya yang suka bergonta ganti pasangan.
Reikhan hanya memiliki dua mantan pacar, bersama Vanya sebenarnya dia tidak terlalu suka. Hanya karena Vanya adalah wanita yang mandiri dan juga baik, jadi Reikhan yang sekarang super sibuk memilih untuk menyetujui perjodohan ini. Lagi pula dia terlalu malas untuk berpacaran lagi.
"kapan kita tunangan?"
Vanya bertanya kepada Reikhan yang terlihat sedang sibuk dengan ponselnya.
"hm... Aku akan melihat jadwal kosongku untuk menentukan tanggalnya."
Tatapan Reikhan masih fokus kepada ponselnya, dan itu membuat Vanya kesal.
"Reikhan bisakah kau melihat ku saat kita bersama?" Vanya menaikkan nada suaranya.
"sudah setahun dan kita hanya jalan ditempat." Vanya benar-benar muak sekarang dan dia pergi meninggalkan Reikhan yang menarik nafas lalu bergegas menyusulnya.
"hei.. hei.. Vanya, ayolah jangan marah begitu. Kau harus mengerti aku sangat sibuk, apalagi setelah papa meninggal. Kau tahu sendiri bagaimana keadaan perusahaan sekarang."
"jangan menjadikan semua itu alasan Reikhan. Sudah setahun tapi kau masih terus cuek terhadapku. Kau ini menyukai ku atau tidak ha?"
Vanya diam dan membuang muka nya kearah lain. Meski ini perjodohan tapi Vanya menyukai dan mencintai Reikhan. Reikhan tampan, terpelajar, dan juga nilai plusnya pria ini kaya raya girls.
"cuek bagaimana Vanya, aku menemanimu kemana pun. Kencan, liburan, semua nya aku turuti, lalu apa nya kurang?"
"tapi kau melakukannya hanya karena aku yang meminta. Dan pikiranmu tidak sepenuhnya denganku, kau memikirkan entah apa yang tidak ku ketahui."
Saat Vanya ingin berbicara lagi Reikhan mencium bibir Vanya sebentar.
"pulanglah... Aku ada meeting. Kita akan bertemu besok pagi, aku akan menjemputmu besok."
Reikhan berjalan dari cafe itu menuju kantornya yang dekat dengan cafe tempat mereka bertemu tadi. Sedangkan Vanya hanya diam setelah Reikhan mencium nya, Reikhan selalu seperti ini jika dia sudah mengeluh. Tapi Vanya menyukai setiap kecupan yang diberikan Reikhan. Ya... Reikhan hanya mencium sebentar bibirnya tidak lebih dari semenit. Begitu sopan bukan.
Saat dijalan Reikhan menabrak seorang wanita dengan pakaian yang pasti membuat mata lelaki melihat kearahnya. Wanita itu marah karena blouse putih yang dia kenakan terkena tumpahan kopi yang dibawa wanita itu sendiri.
Saat wanita itu mengoceh Reikhan tidak terlalu mendengarkan. Dia hanya melihati wanita itu dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya. Wajah manis dan mata yang menggoda, dan harum wanita ini benar-benar menggodanya.
Satu kalimat yang dapat didengar Reikhan, yaitu dia sudah membuat wanita ini terlambat interview.
Dia berpikir apakah ada interview dengan rok minim dan blouse tipis seperti ini.
Sesuatu dibawah sana mengeras saat tidak sengaja Reikhan melihat bentuk p******a wanita ini.
Dia membantu wanita yang masih mengoceh kepadanya ini untuk berdiri, lalu dia teringat dengan meeting yang akan dia hadiri.
Dia pergi begitu saja setelah minta maaf, tapi senyuman muncul dibibirnya. Wangi wanita itu seperti menempel dihidungnya, dan itu membuatnya tidak berkonsentrasi sepanjang jalan ke kantor hingga meeting, bahkan dia tersenyum sendiri jika mengingat wajah wanita itu mengomel lagi.
*********
Zyan masih menertawakan Zia yang kesal dan mengoceh mengumpati Reikhan Edward.
"kau diam, atau keluar dari apartement ku kak." Zia menunjuk Zyan dengan garpu dimeja makan.
"oke.. oke..." Zyan berusaha menahan tawanya.
"kau mengerti bukan kalau Reikhan tidak mudah ditaklukan."
"lebih baik kau cari info apa yang dikerjakan dan kemana si mata petak itu akan pergi." sungut Zia.
Zyan tertawa lagi mendengar panggilan Zia untuk Reikhan.
Dan dengan cepat orang suruhannya yang memata-matai Reikhan dari jauh mendapatkan informasi.
"baiklah adik manis, kau harus bersiap-siap ke Diamond's hotel malam ini. Reikhan akan menghadiri pesta ulang tahun temannya malam ini. Dan kau apa bisa kesana?"
Zia berpikir sebentar dan dia tahu acara pesta yang dimaksud Zyan.
"ah... Aku ingat, Angelika ingin meminta ku menemaninya ke pesta temannya malam ini. Mudah saja, aku akan beraksi malam ini, dan tidak akan gagal."
Zia memakai dress hitam pendek tanpa lengannya. Dress itu membentuk tubuhnya yang ramping, dan dia melapisinya dengan jaket kulit. Sedikit payudaranya dapat terlihat, dan itu sengaja dia lakukan. Rambutnya dia gerai. Angelika sudah menjemputnya dan dia pergi setelah berpamitan dengan Zyan. Zyan akan memantau Zia dari kejauhan, misi mereka kali ini harus berhasil. Semakin cepat Reikhan Edward takluk akan semakin bagus.
Angelika terkejut melihat penampilan Zia.
"kau benar Zia bukan?"
Zia hanya tertawa dan menyuruh Angelika mengemudi dengan diam.
Setelah Zia menceritakan semuanya barulah Angelika mengerti dan dia berjanji akan membantu penyamaran Zia.
Mereka sampai dipesta, lalu Angelika masuk kedalam bersama Zia.
Tapi mereka berpisah saat didalam tempat diadakannya pesta. Seseorang bisa curiga jika melihat mereka bersama, karena sudah banyak orang tahu kalau Zia dan Angelika itu adalah sahabat dekat.
Pesta ditaman resort hotel ini sangat mewah, suasana dinginnya pantai membuat banyak orang meneguk minuman mereka.
Zia duduk sendirian didekat bar yang ada dipantai, dia melihat Reikhan sedang berjalan bersama dua orang temannya. Dan dia segera berjalan kearah Reikhan, dia berpura-pura melambaikan tangannya entah pada siapa dan dia berbalik badan, lalu dia menabrak tubuh Reikhan dan wine yang dia pegang mengenai tubuhnya dan juga Reikhan.
"oh... Betapa sialnya aku hari ini. Sorry... Sorry..." Zia berpura-pura terkejut saat melihat wajah didepannya.
"kamu... Oh... Sangat menyebalkan."
Zia berusaha membersihkan tubuhnya dan Reikhan juga sama.
"apa kau sering melakukan hal ini nona?" Zia memasang wajah jutek nya berpura-pura tidak dengar.
"apa kau mengenal wanita cantik ini Rei?" Adam teman dekat Reikhan bertanya sambil. Memandangi Zia.
"tidak, tapi sepertinya kami selalu bertemu dengan keadaan seperti ini."
Reikhan tersenyum dan Zia berniat pergi dan berharap Reikhan akan mengejarnya dan juga meminta berkenalan dengannya. Tapi Reikhan masih sama tidak mengajaknya berkenalan, dalam hati Zia dia sangat murka. Zia mengirimkan pesan kepada Zyan untuk menjemputnya. Dan mengatakan kalau dia belum berhasil.
Dari jauh Reikhan melihat Zia yang cemberut sambil membersihkan tangan dan juga dressnya. Ntah kenapa Zia membuatnya selalu tersenyum, tapi dia kembali mengobrol dengan kedua temannya Adam dan juga Evan. Kedua teman baiknya, saat dia kembali melihat kearah dimana Zia berada tadi Zia sudah tidak ada ditempatnya. Dia melihat kesana kemari tapi sosok Zia tidak terlihat.
Dentuman musik DJ membuat suasana pesta semakin meriah tapi Reikhan hanya biasa saja, dia tidak mengajak Vanya kesini karena dia butuh waktu bersama teman-temannya.
"kau mencari wanita yang menabrakmu tadi bukan?"
Pertanyaan Evan membuat Reikhan tertawa.
"dia sangat menggiurkan Rei, kenapa kau tidak mengajaknya berkenalan dan berkencan malam ini dengannya. Kau tidak membawa Vanya juga bukan".
Reikhan tertawa dan meminum anggurnya Mendengar ocehan Evan.
"kenapa kau tidak membawa Vanya kesini, setidaknya kami tidak harus menemanimu Rei." Adam terlihat tidak sabaran menggoda para wanita yang ada dipesta ini.
"aku butuh waktu bersama kalian, jadi kupikir untuk apa membawa Vanya. Jika ada Vanya aku tidak akan bisa mengikat kalian disini bersamaku."
"dasar s**l kau Rei." Umpat Evan dan Adam membuat Reikhan tertawa.
Sementara Zia dengan kesal masuk kedalam mobil yang dikemudikan Zyan. "kau harus memikirkan cara lain untuk menarik perhatiannya Zia."
"aku tahu, malam ini aku akan memikirkannya."
Zia benar-benar kesal dibuat Reikhan, dia harus membuat pria itu bertekuk lutut secepatnya dengannya. Dan dia harus memikirkan caranya malam ini juga.
Bersambung....
❤❤❤❤