Alvaro tersenyum melihat Andrea yang baru datang, wanita itu menepati janji yang sudah dia katakan. Andrea dengan perlahan menghampiri Alvaro yang kini masih berada di parkiran kantor sipil tempat di mana mereka akan mendaftarkan pernikahan.
“Bacalah, aku sudah membuat kontrak untuk pernikahan ini.” Andrea memberikan map coklat yang berisi kontrak perjanjian pernikahan kilat yang mereka lakukan.
Alvaro mengangguk, dia menerima dan langsung membacanya, semua poin yang Andrea sebutkan sungguh menguntungkannya sebagai pihak kedua. Alvaro langsung menerima bolpoin yang Andrea sodorkan dan langsung membubuhkan tanda tangan di atas kontrak yang di berikan oleh Andrea.
“Kamu begitu cepat menyetujuinya, nggak takut kalau aku tipu?” tanya Andrea heran.
“Tidak, Andrea. Aku sudah membaca semuanya. Aku setuju dengan kontrak kerjasama kita,” ujar Alvaro dengan senyum lembut di bibirnya.
Andrea menerima amplop coklat itu dan langsung disimpan di tasnya. Setelah itu, mereka langsung masuk ke dalam kantor sipil untuk mendaftarkan pernikahan dengan segera. Langkah kaki mereka terhenti ketika melihat kedua orang yang mereka kenal, Andrea merasa tidak sudi untuk melihat mantan tunangan yang sudah mengkhianatinya.
“Wanita miskin dan lelaki miskin sungguh cocok.” Melodi mencemooh Andrea ketika tidak sengaja berpas-pasan di kantor sipil, rupanya mereka baru saja mendaftarkan pernikahan.
“Aku sangat beruntung bertemu denganmu sayang, dia bahkan nggak sebanding dengan ujung kukumu.” Denis mengusap lembut pipi Melodi.
Andrea mengepalkan tangannya, dia berusaha sabar dan mengabaikan kedua orang yang terus mencemoohnya. Andrea kembali berjalan meninggalkan mereka, tetapi Denis menarik tangan Andrea hingga membuatnya terjatuh.
“Lelaki b******k, sudah selingkuh kebanyakan gaya. Tunggu saja, kamu akan menyesal karena melakukan ini padaku!” ujar Andrea kesal, untungnya Alvaro sigap membantunya hingga dia tidak begitu malu akan tingkah Denis padanya.
“Mana mungkin suamiku menyesal, Andrea? Setelah keluargaku bekerja sama dengan perusahaan Bentley maka aku akan lebih kaya raya dari ini. Aku bahkan bisa menghilangkan dua tikus seperti kalian,” ujar Melodi dengan angkuhnya.
“Perusahaan Bentley?” tanya Alvaro.
“Kenapa? Bahkan membayangkannya saja kamu tidak akan pernah mampu untuk bekerja di sana. w************n dan lelaki brandalan sungguh cocok untuk bersama,” ujar Denis dengan puasnya.
Alvaro langsung memukul wajah Denis dengan keras, dia tidak suka ketika mendengar hinaan dari mulutnya. Denis tidak tahu siapa dirinya. Mungkin jika dia tahu, berlutut saja tidak akan cukup untuk meminta maaf atas segala hal yang sudah dia lontarkan dengan sombongnya.
“Aku akan menuntutmu,” ujar Melodi yang khawatir dengan kondisi Denis.
“Aku tidak peduli, lakukan apa yang kalian mau!” Alvaro lalu menggandeng Andrea dan naik tangga menuju tempat pendaftaran pernikahan.
Setelah selesai melakukan semua proses yang dibutuhkan kini mereka sah menjadi pasangan suami istri, Alvaro tersenyum ketika buku pernikahan berada di tangannya, dia terlepas dari paksaan neneknya untuk menikah dan sekaligus terbebas dari penyakit langka yang dia derita.
"Peganglah! Kartu ini cukup untuk menghidupimu." Andrea memberikan kartu ATM ketika sudah berada di parkiran, dia menepati janji sesuai dengan kontrak yang sudah mereka tanda tangani.
"An, di mana kamu tinggal? Aku sudah tidak punya tempat tinggal karena temanku pindah ke luar kota." Alvaro mencoba peruntungan untuk lebih dekat dengan Andrea, dia tidak ingin jika tinggal berjauhan dengan obat penawarnya.
"Baiklah, kamu tinggal saja di tempatku. Ini kuncinya,” ujar Andrea, dia lalu bergegas pergi setelah menyelesaikan masalahnya dengan Alvaro.
Alvaro tersenyum, dia bergegas kembali ke kantor dan meminta orang kepercayaannya untuk menyiapkan kepindahannya ke apartemen Andrea. Walaupun sekarang dia harus berpura-pura, setidaknya dia bisa mendapatkan wanita yang tidak pernah memandangnya dari harta.
***
“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Alvaro ketika melihat Damian–adik tirinya menempati kursi kebesarannya.
Damian berdiri, dia menghampiri Alvaro yang sudah terlihat marah kepadanya. Hubungan mereka memang tidak baik, Alvaro membenci mereka dan sampai kapanpun dia tidak akan memaafkan ayahnya yang sudah bersalah pada ibunya.
“Tenanglah, Kak! Kenapa emosi? Aku datang dengan baik. Aku butuh pekerjaan Kak,” ujar Damian dengan senyumannya.
“Tidak ada tempat untukmu di sini,” ujar Alvaro melewati Damian dan kembali duduk di kursinya.
“Kenapa aku tidak boleh ikut bekerja di sini? Bukankah Ayah juga berhak di sini?” tanya Damian.
“Sejak lelaki itu memilih kamu dan ibumu dia sudah tidak berhak berada di sini, jika bukan karena kemurahan hati nenek dia tidak akan mendapatkan saham yang sedikit itu.” Damian mengepalkan tangannya menahan emosi.
“Lihat saja nanti, aku pasti akan menghancurkanmu dan merebut perusahaan ini!” Damian mengancam dan langsung keluar dari ruangan Alvaro, lelaki itu kesal karena tidak mendapatkan apa yang dia inginkan.
Alvaro menghela nafasnya lelah, dia jengah menghadapi Damian. Adik tirinya selalu ingin mengambil bagian dengan andil di perusahaan ini, apa pun yang terjadi Alvaro tidak akan mengijinkan Damian masuk ke dalam perusahaan, dia sudah mengambil ayahnya dan tidak akan Alvaro biarkan Damian mengambil perusahaan yang neneknya berikan.
Suara ponsel mengganggu Alvaro ketika dia mulai fokus dengan pekerjaannya, ada rasa kesal di dalam hatinya, tetapi dia menahannya ketika melihat neneknya yang menelpon. Alvaro kini menebak bahwa neneknya sudah tahu mengenai pernikahan yang dia lakukan bersama Andrea.
“Alvaro, siapa yang mengijinkanmu menikah dengan wanita itu?” tanya Diana–nenek Alvaro.
“Aku tidak butuh ijin siapa pun, Nenek kan mau aku menikah dan aku sudah mewujudkannya.” Alvaro tidak suka karena sang nenek terus memaksa untuk menikah dengan wanita pilihannya.
“Kamu sudah memiliki tunangan Alvaro, ceraikan dia sekarang! Batalkan pernikahan kalian!” teriak Diana pada Alvaro.
Alvaro memutus panggilan Diana, dia tidak ingin mendengar kemarahan neneknya. Sejak awal Alvaro tidak menyukai wanita pilihan neneknya dan sampai sekarang tidak ada yang tahu penyakit anehnya kecuali Gibran-asistennya.
“Masuk,” ucap Alvaro ketika mendengar ketukan pintu.
Gibran datang dengan membawa setumpuk dokumen yang harus di tanda tangani oleh Alvaro. Lelaki itu kini teringat dengan kesombongan Melodi yang mengatakan perusahaan keluarganya akan bekerjasama dengan perusahaan Bentley.
“Gibran, apa pun yang berhubungan dengan keluarga Melodi langsung tolak kerjasamanya!” Gibran mengangguk dengan patuh dia langsung kembali ke ruangannya.
Alvaro tersenyum sinis, setelah ini Melodi tidak akan bisa angkuh, dia tidak akan Alvaro ijinkan bahagia setelah menyakiti Andrea. Lelaki itu kembali fokus dengan pekerjaanya, dia tidak boleh telat pulang karena tidak ingin membuat Andrea curiga, Alvaro adalah seorang pengangguran kini dia akan melakukan tugasnya sesuai dengan peran yang dia ambil.
***
Andrea pulang pukul tujuh malam, dia mencium bau harum dari dapur yang bahkan sangat jarang disentuh. Sudah lama dia tidak memasak karena terlalu lelah dengan pekerjaanya. Toko buku yang dia jalankan bukan usaha utama yang dia kerjakan, melainkan toko buku tersebut sebagai alibi untuk menutupi pekerjaan asli yang selama ini disembunyikan.
“Duduklah, aku sudah masak! Kita makan malam bersama,” ujar Alvaro yang kini masih lengkap dengan celemek di tubuhnya.
“Kamu sudah pindah sejak siang tadi?” tanya Andrea heran.
Alvaro mengangguk, lelaki itu baru sampai satu jam lalu. Semua barang sudah di tata oleh orang suruhannya, dia bosan karena itulah dia memasak untuk makan malam mereka. Setidaknya Alvaro memperlihatkan bahwa dia memang pengangguran.
“Kamu kerja di mana?” tanya Alvaro.
“Aku punya toko buku, ya masih toko kecil sih.” Andrea mulai mengunyah makanannya, dia menikmati makanan rumahan yang terasa pas di lidahnya.
“Aku bisa membantu kalau sibuk,” ujar Alvaro menawarkan jasa, di samping itu dia ingin tahu lebih banyak apa yang dilakukan oleh Andrea.
“Tidak perlu, hanya toko kecil dan aku punya satu orang yang membantuku. Kamu belum dapat kerjaan?” tanya Andrea.
“Besok aku interview di perusahaan Bentley, akhirnya aku di panggil.”
“Wow keren, mari kita rayakan.” Andrea bersemangat dia lalu berdiri dan mengambil koleksi wine yang disimpannya.
Alvaro tidak menyangka jika Andrea mengoleksi wine, wanita itu semakin menarik baginya. Alvaro semakin penasaran dengan segala hal yang ada pada Andrea, semakin dekat dengan wanita itu semakin membuatnya ingin terlibat lebih jauh dengan kehidupannya.
“Kita juga harus merayakan hari pernikahan kita,” ujar Andrea menuang minuman ke dalam gelas.
Walaupun wanita itu tersenyum, tidak menutupi rasa lelah dan gurat kesedihan di wajah Andrea. Alvaro tahu, walau Andrea terlihat kuat sebenarnya wanita itu lelah dengan semua kejadian tiba-tiba yang menimpanya.
“Aku tidak suka diselingkuhi, aku benci lelaki itu. Apa kamu juga akan meninggalkanku demi wanita lain?” Andrea terlihat sedih, baru kali ini Alvaro melihat sisi lain Andrea yang selalu terlihat kuat.
“Aku tidak akan meninggalkan—” Belum selesai Alvaro berbicara kini bel berbunyi mengganggu perbincangan mereka.
“Aku akan membuka pintu, kamu di sini dulu.” Andrea mengusap air matanya, dia menormalkan dirinya seperti tidak terjadi masalah apa pun dalam hidupnya.
Ketika membuka pintu Andrea dikejutkan dengan kehadiran wanita yang tidak dia kenal, walau mencoba mengingatnya dia tetap tidak tahu siapa wanita yang datang ke apartemennya.
"Maaf siapa, ya?" tanya Andrea pada wanita di depannya.
“Saya Merry Wilson, tunangan Alvaro.” Wanita itu menjabat tangan Andrea yang kini terasa dingin, tubuh Andrea lemas karena dia tidak menyangka akan dikhianati untuk kedua kalinya.