15. Blue House

1472 Words
Case 15  Akan tampil seorang diri pada seasion kali ini merupakan tantangan besar bagi J. Untuk pertama kalinya ia harus memandu jalannya acara seorang diri, apakah itu mungkin? Ini bukan tugas membawakan berita atau menyampaikan laporan cuaca. Sejujurnya J cemas, apakah dirinya mungkin dan bisa melakukan program ini sendirian dengan baik. Tapi sekali lagi, ancaman dan peringatan pemimpin perusahaan terngiang di telinganya bagai mantra kutukan yang membuat mulut J tetap bungkam. Disamping itu yang membuat title seasion kali ini spesial adalah keberadaan asrama di sekolah khusus tersebut. Menurut informasi yang didapat tim produksi dari orang dalam dan terpercaya di pemerintahan. Bahwa sekolah khusus itu memiliki peraturan ketat dengan sistem pengamanan tinggi. Dan kali ini mungkin proses produksi akan dilakukan dengan cara anggota kru dan casting harus terisolasi di dalam sekolah selama durasi syuting yang biasanya bisa memakan waktu 3 sampai 7 hari. Alasan lainnya yang membuat berbeda dari sekolah lain dan spesial adalah akan hadirnya penampilan siswa-siswi asal Korut yang belum pernah mereka temui sepanjang sejarah kedua negara saudara itu memisahkan diri. Bukankah itu benar-benar nilai besar yang sangat menjual dari sisi pemikiran petinggi stasiun TV. Maka itu rencana penayangan program ‘Back to School’ seasion spesial ini sudah mendapat banyak perhatian investor meski kesulitan dalam mendapat casting. Namun dengan dukungan pemerintah dan kesepakatan bersama, pasti program ini bisa berjalan hingga pada penayangan episode pilot di slot siaran TV. Setelah itu hasil yang menentukan adalah respon dan reaksi penerimaan penonton, apakah penayangan dan ide unik acara ini sukses besar atau kebalikannya. “Para petinggi memang masih melobi pihak pemerintah untuk menyetujui ide kolaborasi ini. Kami berpikir acara ini bisa memberikan win-win solution pada negatifnya reaksi penolakan publik pada rancangan pemerintah. Oleh sebab itu ada ungkapan media menjadi pilar keempat dalam menjalankan pemerintahan demokrasi dan itu harus kita akui bersama.” Ungkap pendapat penulis tentang ini. Dalam catatan sejarah negara mana pun, media memang memiliki peran dalam sejarah pemerintahan sejak dulu hingga kini. Bila kini media banyak menjadi wadah kampanye politik atau sebagai sarana siaran untuk menyebar luaskan suatu kebijakan pemerintah. Namun jauh dulu sekali, sebelumnya media cetak dan radio menjadi senjata mencapai kemerdekaan. Alat komunikasi sesama patriot di masa perang untuk menghimpun kebersamaan, membangkitkan semangat pejuang menjadi kesatuan dan berani melawan musuh. Karena itu di beberapa negara teori media dianggap sebagai pilar keempat dalam pemerintahaan demokrasi, selain 3 kekuasaan yang terbagi dalam yudikatif, eksekutif dan legislatif. “Ah, maaf bila ucapanku mulai melantur jauh. Mungkin pengaruh arkohol.” Sambung penulis ketika mendapati reaksi J dan manager dengan wajah bingung setelah mendengar teorinya. Mungkin mereka tidak mengerti karena memang bukan berasal dari akademisi media, penulis hanya tersenyum kecil melupakan ucapannya sesaat lalu. “Intinya yang coba disampaikan penulis adalah, kalian bisa merasa tenang karena acara ini pasti akan terlaksana sesuai rencana. Kami merasa yakin dan pasti bahwa pemerintah akan memberi lampu hijau, berpihak dan memberi dukungan penuh pada kita. Begitu, percayakan hal ini pada kami dan kalian bisa menunggu sampai nanti jadwal syuting rangkum dibuat.” Tutup produser menjelaskan untuk J dan managernya agar lebih mudah dipahami. “Ah... Begitu.” Angguk manager lemah, berusaha mengeluarkan pemikiran rumit yang tadi coba didokrin oleh penulis pada otaknya. “Kalau begitu J, bisa kita tandatangani kontrak perjanjian kerjanya sekarang?” Tanya produser. “Tentu saja, tentu.” Masih manager yang menjawab mewakili J dengan antusias. Produser mengeluarkan map berisi lembar kontrak perjanjian. “Tolong dibaca secara perlahan dan seksama, bila ada pertanyaan atau keberatan silahkan sampaikan pada kami sekarang dan kita cari solusi bersama.” J menerima map kontrak itu dan membacanya dengan hati-hati setiap pasal yang tertulis di sana. Biasanya bila J akan menandatangani kontrak ada kuasa hukum yang membantunya memeriksa setiap pasal dan isi kontrak. Untuk menemukan apakah ada yang aneh atau kejanggalan dalam perjanjian kerja yang mungkin bisa merugikan posisi J nanti setelah menandatangani perjanjian kontrak. Tetapi kali ini lagi, J tidak punya pilihan. “Pak Produser dan Penulis, saya sangat berterima kasih pada bantuan kalian untuk menwujudkan kontrak kerja sama ini. Dan bagi saya kalian berdua adalah orang yang sangat saya percaya di dunia hiburan di mana saya tekuni ini. Kalian bagai orang tua, ayah dan ibu yang membesarkan saya di dunia varietyshow.” Semua bola mata fokus tertuju pada J yang tengah bicara. “Oleh karena itu saya telah membaca sepenuhnya isi kontrak dan sepakat menandatangani perjanjian ini karena alasan, untuk sekali lagi mempercayakan jalan karir masa depan saya kepada kalian. Mohon bantuannya...” J dengan tulus dan rendah diri mengungkapkan isi hati serta pemikirannya setelah sepanjang pertemuan memendam segala rasa. Ketiga orang yang mendengar ucapan J itu, manager, produser dan penulis merasa haru biru amat tersentuh dengan perkataan jujur J. *** Rancangan kebijakan pemerintah tenggelam dengan skandal hallyu star. Selain itu kendala terbesar adalah tidak ada yang ingin berpartisipasi menjadi siswa di sekolah khusus Union of Korea. Pemerintahan panik kehabisan cara untuk membujuk masyarakat agar mau mengirimkan atau mendaftarkan anak mereka di sekolah itu. Pemerintah Korsel tidak ingin kehilangan martabat di hadapan Korut karena tidak mampu mengirimkan anak-anak mereka bersekolah di sana. Bagaimana pun landasan pemerintahan Korsel adalah demokrasi, di mana hukum dan HAM melindungi setiap individu dalam berpendapat dan berkehendak. Kendala ini menjadi perundingan panjang di antara pejabat terkait saat rapat bersama Presiden Korsel di Gedung Biru. “Sampai dengan saat ini kami belum menerima persetujuan atau keikutsertaan siswa yang akan menjadi perwakilan Korsel di sekolah khusus Union of Korea.” Laporan staf terkait yang bertanggung jawab atas rencana proyek sekolah khusus gabungan Korsel dan Korut. “Tidak seperti Korut, negara kita tidak bisa mengirimkan secara paksa anak-anak ke sekolah seperti perintah panggilan wamil. Tapi melihat antusias rendah masyarakat kita tidak punya pilihan untuk melakukan hal yang sama.” Menteri Pertahanan Nasional mengemukakan pendapat di hadapan Presiden Korsel dan hadirin rapat. “Bagaimana dengan opini publik Pak Menteri?” Singgung Sekretariat Senior Urusan Sipil. “Kau yakin bisa atasi penolakan publik yang berurusan dengan HAM?”                                                                                                                            “Setelah rancangan sekolah khusus diumumkan, peringkat persetujuan Presiden turun drastis dan kau masih mau memperburuknya?” Serang Sekretariat Senior pada Menhan. “Karena alasan itu saya memberitahumu. Jika tersebar kabar kita tidak mampu mengirimkan siswa perwakilan memenuhi kuota seperti yang Korut lakukan―” Pak Presiden memukul meja karena diskusi mulai memanas, khususnya bagi dua orang yang sejak tadi debat kusir itu. “Kalian berdua bisa tenangkan diri, jangan terbawa emosi.” Presiden bisa mengerti bila bawahannya mulai gusar karena berjalannya proyek ini sungguh tidak mendapat reaksi baik di masyarakat. Terlebih lagi pemberitaannya tenggelam hanya dalam hitungan minggu. Masyarakat lebih menyukai skandal artis yang biasanya memang menjadi cara pengalihan isu pemerintah. Tapi sungguh kali ini pemerintah tidak melakukan hal itu, benar-benar keanehan yang terasa familiar. “Adakah yang lain  memiliki pendapat? Atau gagasan bagus?” Tanya Presiden pada hadirin rapat, menatap satu persatu wajah yang duduk di depan meja saling berhadapan. “Keputusan gegabah tidak bisa dibuat untuk proyek jangka panjang. Hubungan diplomatik Korsel dan Korut yang baru terbentuk ini membutuhkan pemikiran matang dalam membuat kebijakan.” Terang Perdana Menteri. “Oleh karena itu Pak Presiden, saya mengusulkan. Bagaimana jika kita mengirimkan anak-anak bermasalah yang terancam D.O dari sekolah dan mereka yang telah putus sekolah untuk masuk ke sekolah khusus ini?” Semua hadirin di meja rapat terkesan dengan ide Perdana Menteri yang sangat cemerlang. Anak putus sekolah dan terlantar menjadi tanggung jawab negara, dalam hal ini pas bila pemerintah mengirimkan anak-anak dengan latar belakang itu untuk di sekolahkan di sana. Bukankah rakyat selalu menuntut pertanggung jawaban pemerintah, dan sekarang saatnya menjawab tuntutan itu. “Bila masih ada protes muncul dengan keputusan ini...” Perdana Menteri masih belum terpikirkan plan B atau langkah lain yang harus diambil. “Tidak-tidak Pak Menteri, ide dan saran anda sangat cerdas dan solutif.” Puji Menteri lain, menganggap masukan itu adalah jawaban dan jalan terbaik yang bisa mereka lakukan dalam situasi ini. “Bila masih ada suara-suara rakyat yang mempotes peraturan ini maka kita jangan mudah mundur. Kita harus yakinkan mereka dengan menanamkan pikiran positif dan edukasi, jangan menyerah secepat itu.” Presiden juga memberi sinyal setuju untuk menjalankan ide itu. Lalu kelanjutan rapat di Gedung Biru adalah mengembangkan ide dan merangkumkan kebijakan setelah mengambil kesepakatan bersama anggota rapat, sebelum aturan itu diberlakukan dan diumumkan kepada rakyat Korsel. Di akhir rapat staf Sekretariat Presiden meminta waktu kepada Presiden untuk mendiskusikan perihal lain secara terpisah tanpa anggota rapat lainnya. Beberapa pihak lain yang ikut dalam perundingan lanjutan itu adalah Presiden, Sekretariat, Perdana Menteri dan tamu luar yang telah menunggu agenda Presiden sejak rapat berlangsung. “Mereka sudah menunggu anda di ruang sebelah, Pak Presiden.” Kabar Sekretariatnya. Mereka sebagai orang yang dimaksudkan adalah pemilik stasiun TV swasta bersama satu orang karyawan kepercayaannya yaitu pemimpin tertinggi di perusahaan TV itu, sengaja datang ke Gedung Biru untuk bertemu dengan Presiden secara langsung ingin bertukar pikiran. Masih berhubungan dengan sekolah khusus yang menjadi perbincangan panas di semenanjung Korea. ***unsolved
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD