epilog
Kayana seorang gadis cantik memiliki sikap humble, bahkan tak jarang mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan dirinya. Entah sekedar untuk berteman atau gebetan.
"Woy Na bolos yuk?," Kayana bukan anak polos atau patuh terhadap aturan baginya jika itu membuat dia bahagia kenapa tidak. Tanpa berfikir lama dia langsung menyambar tas yang berada di samping kirinya lalu menarik tangan seseorang yang berada disebelah dirinya.
Tak butuh waktu lama mereka sudah berada di area luar sekolah sungguh nikmat mana yang kau dustakan,, jangan salah jika kayana sering bolos bukan berarti dia bodoh,,, bahkan tanpa kayana sekolah pun dia sudah pintar, hahahahha sombong dikit boleh lah,, jangan iri dengki okhe.
"Gila gue dag dig dug untung pak Burhan yang galak itu enggak liat kita,, coba kalok liat mampus kita". Kayana hanya memutar bola matanya dengan malas.
"Ya elah ta Lo kayak pertama kali bolos, inget Tania kita bolos lebih puluhan kali!" Terangnya terhadap seseorang yang berada dihadapannya.
"Etdah biasa aja itu mata, mau gue colok heh" ketusnya sambil memutar tangannya dihadapan kayana dengan jari telunjuk.
"Ehhh btw kita mau kemana???, Gue bosen tau kayak gini Mulu sekali-kali napa kita ke mall gitu, atau apa kek???. Tania sedang berfikir tentang ucapan kayana bener juga mereka bolos selalu kewarung mang Jajang. Bosen juga makanannya cuman tempe goreng, tahu goreng dan serba gorengan bisa-bisa lemak yang ada didalam tubuhnya makin bertambah, percuma dong ikut zumba.
"Gimana kalau kita kedanau aja, danau yang lagi viral itu, Lo bawa Hoodie kan, pake aja Hoodie biar kita enggak kelihatan bolos, gimana setuju gak???. Mata kayana langsung berbinar, seru juga boleh deh sekali-kali cuci mata iya kan siapa tau ada cogan.
"Lo emang gak pernah salah pilih tempat Ta. Gila bagus banget gue gak nyesel kalok semisal hari ini hari terakhir gue karena gue bisa liat pemandangan indah didepan mata gue", Tania terkejut atas ucapan sahabatnya tanpa berfikir panjang dia langsung memeluk erat kayana.
"Jangan gitu na, apapun yang terjadi sama Lo, Lo harus kuat ada gue yang selalu disamping Lo" aaahhh lupa dirinya paling benci air mata, dia hanya tersenyum tanpa menanggapi ucapan Tania berjalan-jalan dipinggir danau melihat kanan kiri, menakjubkan Dimata kayana.
Banyak pedagang kaki lima, ada yang piknik, ada yang berpacaran dan masih banyak lagi.
"Tania Lo mau teraktir gue laper nih!!" Teriakan kayana mengganggu sekitar bahkan Tania malu berhadapan langsung lalu berjalan menuju penjual batagor untuk memesan makanan.
Enak iya punya sahabat yang peka bathin kayana. Sambil menghampiri Tania berada.
Saat ini mereka berada didepan rumah Tania, karena kayana harus menghantarkan Tania dengan selamat.
"Gue langsung cabut iya takut dicariin Mak gue,, Babay babu gue" sambil menancapkan gas montor kesayangan.
"Untung sahabat gue kalok bukan udah gue jadiin perkedel".
"""
"Assalamualaikum kayana pulang ma!".
"Waallaikumsalam sayang, gimana sekolahnya?".
"Baik ma, aku keatas dulu mau istirahat". Mama hanya memandang kayana dari jauh, betapa sedih dirinya jika melihat kayana selalu kuat seolah-olah tidak punya beban.
"Hoaam. Ngantuk banget abis ngerjain tugas udah jam 11 gila aja, aneh giliran disekolah males buat belajar giliran dirumah berpatokan Sama buku Mulu, heran gue". Saat kayana ingin terlelap dari tidur dia mendengar suara tak asing ditelinga...
Betapa terkejutnya saat dia melihat kedua orang tua sedang bertengkar.
Kayana selalu terlihat baik didepan orang tapi didalam keluarga dia merasa sendiri.
Sejuk itulah yang dia rasakan saat ini kayana selalu merasa dirinya bahagia, tanpa cacat satu pun namun ia harus ditampar oleh kenyataan jika kehidupan tidak seindah itu.
Angin malam tidak membuat dia pergi, kesepian tidak membuat dia takut, kegelapan tidak membuat dia cemas.
Kayana suka ini. Perlahan tapi pasti Kayana berada dipinggir danau satu langkah lagi semuanya akan tenggelam.
"Aku bahagia kayana aku selalu bahagia kayana, dan aku bahagia kayana, jangan pergi dari diriku kayana, Karena aku bahagia kayana".
Byurr saat itu juga kayana tenggelam dunia kayana hilang dalam sekejap semua runtuh dalam satu langkah. Gerhana bulan menjadi saksi atas tindakan kayana, Bahkan langit pun menangis atas kepergian kayana.