Club Malam

1211 Words
Setelah menyelesaikan meeting pentingnya, Daren kembali ke hotel tempatnya menginap. Tentu saja hotel kelas atas yang dia pilih. Sehari menginap pun kisaran harganya bisa mencapai ratusan juta. Gila! Ya, konglomerat bebas menghabiskan uangnya bukan? Bagi Daren, uang sebanyak itu hanyalah recehan yang tak perlu ia sesali saat harus dikeluarkan. Segala sesuatu yang melekat pada tubuhnya pun bisa bernilai ratusan juta bahkan lebih. Maka tak heran jika ia bukan hanya sekedar seorang CEO kaya raya, tapi anak dari pasangan konglomerat. Pria itu kini sudah bersiap untuk pergi menenangkan pikiran, setelah otaknya digunakan habis-habisan untuk mencari ide brilian. Kemana lagi jika bukan ke club ternama di negara tersebut? Club kelas atas yang sering dia kunjungi jika berada di negara itu. Malam ini, dirinya berpenampilan begitu berbeda. Daren tak mengenakan kemeja dan celana bahan seperti pergi ke kantor yang biasa dia pakai. Kali ini Daren memakai kaos hitam, jaket leather hitam, celana jeans hitam, dan sepatu berwarna hitam juga. Semuanya serba hitam. Pria itu benar-benar terlihat jauh lebih fresh dengan penampilannya yang kali ini. Rambutnya bahkan hanya disisir kasar menggunakan jemarinya. "Tuan Daren, mobil yang Anda minta sudah siap!" Mike—personal assistant Daren muncul sembari membawa kunci mobil. Pria itu berdiri tak jauh dari pintu kamar hotel yang terbuka. "Tinggalkan kuncinya di atas meja," "Maksud Tuan?" "Aku akan pergi sendiri, Mike. Tinggalkan kuncinya di atas meja!" "Baik, Tuan." sahut Mike, lalu lekas menyimpan kunci mobil yang ia pegang ke atas meja nakas yang sang tuan maksud. Mike sudah ikut bekerja dengan Daren Cyrill sejak 2 tahun yang lalu. Mike mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi pada seorang Daren yang saat itu masih belum memimpin perusahaan. Tidak ada yang pernah tau mengapa Mike begitu setia pada Daren. Bahkan sampai bersumpah jika dirinya akan berada di samping pria tersebut hingga dirinya tiada. Yang jelas, Mike begitu mengagumi dan sangat menghormati Daren Cyrill. "Mungkin aku akan pulang pagi hari, Mike. Jadi kau tak perlu khawatir jika tengah malam aku belum kembali ke hotel." "Baik Tuan, tolong kabari saya jika terjadi sesuatu pada Anda." ujar Mike seraya badannya sedikit membungkuk guna menghormati sang tuan. "Ya," sahut singkat Daren, sembari menepuk pelan pundak Mike. Daren segera berlalu keluar dari kamar dan menuju ke basemen mobil yang terparkir. Pria itu memang sengaja meminta Mike untuk menyewa mobil sport berwarna hitam jelaga sesuai dengan warna kesukaannya, hitam. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sebab ia juga ingin menikmati jalanan malam di negara orang, yang padat ini. Hotel yang dia inapi dengan club yang akan ia tuju tak begitu jauh jaraknya. Hanya sekitar 20 menitan saja dari hotel, dan itu sudah termasuk yang paling terdekat. Walaupun di hotel yang Daren inapi terdapat clubnya juga, Daren justru lebih suka pergi ke club yang ada di luar. Rasanya seperti jauh lebih bebas. Sepanjang perjalanan, bibir Daren tak berhenti untuk bernyanyi. Ia memutar lagu apapun yang menurutnya oke, dan akan ikut bernyanyi, walau kadang ia lupa dengan lirik lagunya. Tapi setidaknya ia tak merasa kesepian. Lagu yang dia putar saat ini adalah lagu milik seorang idol yang sangat terkenal dan mendunia. Tak heran jika jumlah pendengarnya sudah mencapai puluhan juta. Daren begitu menikmati waktunya selama perjalanan. Hingga tak terasa ia sudah sampai di club yang menjadi tujuan. Pria itu segera memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Tampak petugas penjaga club yang berbadan kekar dan tinggi memberikan hormat padanya. Karena rupanya, Daren adalah salah satu pengunjung VVIP di club tersebut. Meskipun dirinya jarang datang karena berbeda negara, tapi mereka mengetahui jika Daren salah satu orang berpengaruh. Semua pasang mata menatap Daren yang baru saja masuk ke dalam club yang tengah ramai tersebut. Tak dapat dipungkiri jika Daren benar-benar tampan. Ada seorang wanita berambut pirang dengan berani menarik lengan Daren untuk duduk di sofa depan bersama dirinya. Si pria Cyrill juga tak menolak sama sekali ajakan wanita berambut pirang tersebut. Tentu saja ia tak menolak sama sekali, sebab Daren mengenalnya. Chloe, nama wanita itu. “Kenapa kau tidak memberitahuku jika sedang berada di Berlin? Kebiasaan!” seru Chloe, sembari memukul pelan lengan pria itu. Chloe merupakan teman Daren yang memang memiliki profesi sebagai ‘wanita penghibur’ di club malam tersebut. Daren sempat menawarkan pekerjaan untuk Chloe, namun wanita itu menolak dengan alasan tidak mau memiliki hutang budi pada siapapun. Dan Daren hanya bisa menghargai keputusan wanita itu. Setidaknya, Daren sudah berusaha memberikan pekerjaan yang jauh lebih baik untuk temannya tersebut. “Sejak menginjakkan kaki di sini, aku benar-benar sibuk mengurus pekerjaan. Baru ada waktu malam ini sebelum besok aku harus kembali pulang ke New York.” Chloe memutar bola matanya malas. Alasan klasik menurutnya. “Ck! Alasanmu itu-itu terus perasaan setiap kali kemari tapi tidak menghubungiku,” sahut Chloe. Puan itu lantas menuangkan wine ke dalam gelas kosong yang belum dipakai sama sekali, dan menyerahkan gelas berisi minuman tersebut pada Daren. “Ayo minum! Aku tahu kau sedang haus,” Daren menerima tanpa ragu dan meminumnya hingga tandas. Suara tawa kecil dari mulut Chloe terdengar, namun sama sekali tak menarik perhatian seorang Daren Cyrill. Sebab di depan sana, ada pemandangan yang jauh lebih menarik perhatian Daren. Chloe yang sadar dengan keterdiaman Daren sontak mengikuti kemana arah pandangan mata pria itu, dan seketika Chloe paham. Wanita itu lekas berdehem kuat guna menarik atensi Daren. “Kenapa? Kau tertarik dengan wanita itu?” Daren dan Chloe sempat bertatapan sebentar, lalu pandangan keduanya langsung tertuju pada seorang wanita yang tengah menari menikmati musik di atas lantai dansa tersebut. Daren benar-benar tak bisa mengalihkan pandangannya dari wanita cantik itu. Rambutnya yang panjang terlihat sedikit berantakan akibat tubuhnya yang terus bergerak mengikuti alunan musik. Terlihat asyik dan sangat menikmati, walaupun tak terlihat bersama pasangan. Atau mungkin, pasangannya sedang duduk saat ini? Who knows? “Cantik,” puji Chloe. Lalu ia menoleh ke arah Daren. “Kau tertarik dengannya?” Daren menoleh dan menyahut, “kau kenal dengannya?” Chloe menggeleng, dan itu membuat Daren mendengus malas. “Tapi aku bisa membuatmu berkenalan dengannya,” “Ck! Yang benar saja? Mana mungkin kau bisa membuatnya berkenalan denganku?” “Astaga Daren, kau meragukan aku? Aku bisa membuatnya berkenalan denganmu. Jika kau setuju, aku akan mendekatinya sekarang.” “Tidak usah, lagi pula dia pasti datang kemari dengan pasangannya. Jadi—” “Dari awal dia datang sendirian,” sela Chloe dengan santai. Chloe memang sudah menotice wanita cantik itu sejak awal kedatangannya. Dan Chloe sangat-sangat yakin dengan ingatannya sendiri, bahwa wanita cantik itu datang ke club malam tersebut sendirian. “Tahu dari mana kau jika dia datang sendirian?” “Aku belum mendapatkan pelanggan sejak tadi. Jadi wajar jika aku mengetahui wanita itu datang sendirian, karena memang aku terus memperhatikan pintu masuk. Sekalinya dapat, tapi malah tertarik dengan wanita lain.” Daren terkekeh pelan. Ia tahu siapa yang dimaksud oleh Chloe barusan. Tentu saja dirinya. Sebab setiap kali datang ke club malam tersebut, Daren akan selalu ditemani oleh Chloe. Dan Daren akan membayar temannya itu tanpa melakukan apapun. Hanya sekedar menjadi teman minum dan mengobrol. “Aku akan tetap memberikanmu tip!” “Double tip jika aku bisa membawa wanita cantik itu kemari, bagaimana? Deal?” Daren tampak berpikir, sembari menatap wanita cantik itu yang kelihatan semakin seksi saja di depan sana. Sebuah tepukan pada pundaknya membuat Daren menoleh dan menyetujui ucapan Chloe sebelumnya. “Bagaimana? Deal?” tanya ulang Chloe. “Deal!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD