Chapter 24

1753 Words
Cowok itu baru saja masuk ke dalam sebuah rumah mewah, dia langsung masuk melalui pintu samping menuju ke arah dapur. Di tangannya ada kantung belanjaan dimana sang ibu telah menitipkan daftar belanjaan kepadanya setelah ia pulang dari sekolah. “ Bu, aku taro disini ya.” Seru Diandra meletakkan kantung belanjaan tersebut di atas meja. Tak melihat sosok ibunya dimana pun, Diandra akhirnya keluar dan mencari di halaman belakang. Tak ketemu, membuatnya penasaran dimana ibunya saat ini berada. “ Bu? Ibu.?” Terdengar suara langkah kaki yang ternyata adalah ibunya, beliau baru saja meletakkan sebuah nampan yang berisi makanan utuh di atas meja. Lantas membuat Diandra bertanya untuk siapa makanan itu. “ Non Sofia lagi sakit, dia nggak mau makan. Bibi tawarin apa aja dia tetap nggak mau makan, baru kali ini lihat non Sofi sakit nggak mau makan apa-apa.” Jawab Mbok Tati. Diandra melirik ke lantai dua ke arah kamar Sofia, ia sudah merasa tidak enak dan khawatir tentang apa yang terjadi kepadanya. Diandra tahu kalau ibunya itu tidak tahu alasan kenapa Sofia sampai menolak untuk makan. “ Sini bu, biar aku aja yang bujuk.” Kata Diandra mengambil alih nampan tersebut. ** Sofia termenung di balkon kamarnya sendirian, membiarkan rambut panjang di terpa oleh semilir angin. Suara ketukan pintu enggan membuatnya bergeming, beberapa menit yang lalu mbok Tati datang membawakan makanan dan sekarang apa lag? “ Ini aku Diandra.” Sahut cowok itu berhasil membuat Sofia bergerak untuk membukakannya pintu. Saat Sofia membuka pintu dia langsung menarik Diandra untuk masuk, nampan yang berisi makanan itu di letakkan terlebih dahulu kemudian Sofia memberitahu cowok itu bagaimana keadaanya sekarang. “ Aku udah tahu semuanya dari grup chat.” Ucap Diandra lirih. “ Aku bingung harus berbuat apa? Aku terlalu malu menghadapi mereka, dan sekarang aku pun merasa asing dengan papaku sendiri.” Keluh Sofia. “ Masalah itu harus di hadapi, kau tidak boleh melarikan diri seperti ini. Orang-orang akan mengira rumor itu benar, dan untuk papamu. Kau tidak boleh merubah sikapmu secara mendadak, dia akan tersinggung. Bagaimana pun juga satu-satunya orang yang akan mengorbankan dirinya untukmu hanya papamu, bukan teman-temanmu itu.” “ Jadi maksudmu aku harus menjelaskan kepada mereka kalau rumor itu palsu?” “ Tentu saja.” “ Kau hanya perlu memberitahu mereka kalau kau dan papamu memang seperti ini, kalian memang sudah seperti ini sejak kecil. Papamu sangat mencintai mendiang istrinya itu sebabnya dia memilih untuk tetap sendirian sampai sekarang.” “ Kau lebih dewasa dariku, aku bahkan tidak memikirkan hal ini sebelumnya.” “ Sekarang kau harus menjelaskan kepada mereka, buat mereka bungkam maka mereka akan berhenti mengejekmu dan pak Bian.” “ Terima kasih Diandra, aku lega setelah membicarakannya denganmu.” “ Tidak ada muffin hari ini.” Ucap Diandra membuat Sofia kebingungan. “ Maksudnya.?” “ Aku tau kalau kamu tidak sakit, dan muffin hanya untuk orang sakit saja.” Balas Diandra membuat senyuman Sofia mengembang. “ Sekrang habiskan makanan ini, jangan buat ibuku sedih melihatmu tidak mau makan.” Ucap Diandra menunjuk makanan yang dia bawa barusan. “ Iya..iya, aku makan.” Balas Sofia pelan. ** Malam itu Sofia keluar dari kamarnya menuju ruang kerja papa Bian, kali ini dia ingin meminta maaf kepada papanya karena telah bersikap aneh. Sofia sadar kalau sikapnya ini pasti telah membuat papa Bian bingung, karena tak ingin membuatnya semakin kebingungan dia pun ingin meluruskan semuanya. Sofia mengetuk pintu ruang kerja papanya sebanyak tiga kali, suara papanya terdengar dari dalam sana yang menyuruhnya untuk segera masuk. Perlahan namun pasti Sofia pun masuk dan menghampiri beliau. “ Kamu udah sehat, ada apa datang ke ruangan papa.?” Tanya Papa Bian namun kali ini dia menjaga sikapnya karena selalu mendapat penolakan dari Sofia. “ Pah, aku minta maaf kalau sikap aku ke papa berbeda akhir-akhir ini. Di sekolah ada yang nyebarin rumor tentang papa yang suka sama aku, hampir satu sekolah mengejak aku dan papa. Itu sebabnya aku mau papa jangan terlalu dekat sama aku kalau kita lagi di sekolah, aku udah bukan anak kecil lagi dan aneh rasanya seorang papa yang sudah lama hidup sendirian dan memiliki putri yang begitu dekat dengan putrinya.” “ Maafin aku pah karena omongan mereka sampai berpikir seperti itu, aku Cuma nggak mau mereka ngatain papa yang enggak-enggak.” Lanjut Sofia tak berani menatap wajah papanya. “ Jadi karena itu sikap kamu berubah.?” “ Sekali lagi aku minta maaf pah.” “ Papa ngerti, kamu nggak usah terlalu mikirin itu lagi. Mulai besok papa nggak akan nganter jemput kamu lagi, sebagai gantinya biar Mang Ujang aja yang kembali menjadi supir pribadi kamu.” “ Papa yakin nggak apa-apa.?” “ Nggak apa-apa, jangan khawatir. Papa sibuk, kamu ke kamar gih.” “ Selamat malam pah.” Lontar Sofia dan bergegas meninggalkan ruangan itu. Papa Bian terlihat sangat terpukul mendengar alasan sebenarnya Sofia menjauh, dia tak menyangka putrinya akan mendapatkan rumor jahat seperti itu. Papa Bian kemudian meraih ponselnya dan mencoba untuk menghubungi seseorang. “ Halo, bisa bantu aku melacak akun seseorang? Sepertinya dia anak SMA, tolong bantu aku mencari pelakunya.” Ucap Papa Bian pada seseorang yang di ajaknya menelpon. ** Dering ponsel milik Bian baru saja berbunyi menandakan ada pesan yang masuk, pria itu baru saja hendak bergegas pulang namun harus mengecek isi pesan yang membuatnya menunggu sejak kemarin. “ Dari hasil penelusuran yang saya dapatkan, pelakunya adalah seorang siswi SMA Bakti Jaya pak. Dari alamat emailnya tertera nama KayNugraha pak.” Tulis pesan itu beserta beberapa bukti yang berhasil dia dapatkan dari orang suruhannya itu. Bian kembali mengingat-ingat nama teman-teman Sofia yang dulu pernah bertemu dengannya, dan benar ada satu orang yang memiliki paras sombong dengan nama Nugraha di belakangnya. Bian kemudian meraih telepon di ruangannya dan menghubungi sekretarisnya untuk segera memanggil kepala manager ke ruangannya sekarang juga. Bian terpaksa menunda kepulangannya untuk memastikan semuanya dengan jelas. Tak lama berselang seorang pria datang mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan itu, Bian menyambutnya dengan ramah dan mereka pun duduk saling berhadapan dengan suasana yang membuat kepala manager itu penasaran dengan panggilan atasannya. “ Pak Nugraha pasti penasaran mengapa saya memanggil pak Nugraha kemari.” Ujar Bian masih bersikap tenang. “ Iya pak Bian, saya penasaran ada perlu apa bapak panggil saya kemari.?” “ Jadi begini pak, saya mau mengajak pak Nugraha dan keluarga makan malam bersama di restoran milik keluarga saya malam ini, bisa pak.?” “ Tapi tunggu dulu pak, ini kok ada apa saya dan keluarga di undang makan malam.?” “ Kebetulan putri saya dan putri pak Nugraha itu teman sekelas dan katanya mereka teman yang cukup dekat. Saya Cuma mau kita makan malam bersama saja pak.” “ Saya tidak pernah tahu soal itu, Kayla tidak pernah memberitahu saya kalau ternyata dia berteman dengan Sofia.” “ Benarkah? Mungkin belum sempat pak, tapi bapak bisa kan makan malam bersama saya dan Sofia nanti malam.?” “ Bisa pak, tentu saja bisa.” ** Sofia bingung ketika dia di minta oleh papanya untuk bersiap-siap malam ini, ketika dia bertanya papanya hanya menjawab mereka akan makan malam di luar. Alhasil Sofia tak ingin melewatkan kesempatan makan malam bersama papanya dan segera ke kamar memilih pakaian terbaik untuk di gunakan. Sofia memilih gaun berwarna maroon sebagai pilihannya, tak lupa dia memanggil mbok Tati untuk menata rambutnya. Sofia ingin rambutnya terlihat rapih untuk makan malam kali ini. Setelah semua selesai dia dan Papanya melesat menuju restoran keluarga mereka, sepanjang perjalanan papa Bian tidak memberitahu Sofia kalau mereka akan makan malam bersama keluarga Nugraha. Setibanya di restoran Sofia dan Papa Bian bersama menuju ruangan yang telah di reservasi sebelumnya, disana sudah ada keluarga Nugraha tentunya. Dan ketika Sofia dan papa Bian masuk sontak membuat Sofia dan Kayla saling kebingungan dengan ekspresi yang berbeda. Saat itu Kayla sangat terkejut sebab dia baru saja mengetahui bahwa bos papanya adalah papa Sofia, padahal selama ini dia selalu membanggakan perusahaan tempat papanya bekerja dengan jabatan yang cukup tinggi disana. Sedangkan Sofia terkejut karena dia tak tahu akan makan malam bersama keluaganya Kayla. “ Ayo silahkan duduk lagi.” Ucap papa Bian dan membiarkan semua orang duduk di tempatnya masing-masing. Kemudian pelayan masuk membawa hidangan spesial di resto itu, pak Nugraha mengucapkan rasa terima kasihnya karena telah mengundang mereka sekelurga untuk makan di tempat yang sangat mewah. “ Hai Kayla, waktu itu kita sudah pernah makan siang bersama Sofia dan kedua teman kalian. Sekarang kita bisa makan malam bersama lagi dengan kelurga kamu juga.” Sahut papa Bian menatapnya dengan senyuman. “ Kayla pernah makan siang sama pak Bian.?” Pak Nugraha terlihat terkejut mendengarnya, lagi-lagi dia tidak tahu soal kedekatan Kayla dan keluarga bos nya itu. “ Iya pah, aku pernah makan siang sama teman-temanku di ajak papanya Sofia waktu itu.” Balas Kayla lirih. “ Kayla sama Sofia di sekolah gimana? Sering jalan bareng kan.?” Tanya Papa Bian. “ Iya om, aku sama Sofia punya satu kelompok yang terdiri dari Sofia, aku, Naura, dan Mayang. Kita kemana-mana sering bareng om.” “ Oh gitu, om minta tolong yah sama kamu kalau Sofia kenapa-napa di sekolah tolong di bantu. Kamu kan tahu anak om yang satu ini kemarin home schooling jadi dia nggak tahu gimana cara berinteraksi sama orang-orang banyak.” “ Iya om, pasti saya bantu.” Sofia melirik papanya dengan bingung, entah mengapa pembahasan kali ini terkesan aneh dan sangat mencurigakan. Papa Bian tidak mungkin tahu soal masalah yang terjadi akhir-akhir ini, dan Sofia juga berharap Kayla tidak akan membahasnya sekarang. “ Tas kamu cantik, beli dimana.?” Tanya Papa Bian melirik tas Kayla yang ia letakkan di atas meja. Kayla langsung menarik tas itu dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya, papa Bian merasa tidak asing dengan tas tertsebut dan menanyakannya lebih detail. “ Pak Nugraha ini orangnya sangat sayang anak ya pak, Kayla sampai di beliin tas branded gitu.” Lontar papa Bian lagi. “ Bukan saya yang beliin pak, itu Kayla sendiri yang beli dari hasil uang tabungannya.” “ Oh ya? Tas merk Givenchy yang sekarang di pakai sama Kayla mirip sama punya kamu kan, papa ingat waktu pertama kali beliin kamu itu Cuma ada lima di dunia. Kayla hebat loh bisa beli juga.” “ Punya saya kw om.” Balas Kayla cepat. “ Maafkan saya kalau begitu.” Ucap Papa Bian merasa bersalah. Papa Bian mengakhiri sandiwaranya malam itu, dia sudah merasa cukup menyudutkan Kayla atas apa yang telah di lakukannya pada Sofia. Makan malam pun di mulai tanpa adanya percakapan yang seperti barusan, meski begitu Kayla terlihat tidak nyaman untuk sekedar menikmati makanan yang ada di depannya saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD