Sore itu Sofia dan papa Bian bersama-sama pergi ke mall untuk berbelanja, papa Bian sudah lama tidak membawa Sofia belanja apapun yang dia inginkan. Karena Sofia tidak menginginkan liburan, maka papanya menganti untuk membelanjakan yang Sofia mau saja.
Saat belanja pakaian, Sofia ingat dengan bu Rossa. Dia sudah membelikan dress cantik yang saat ini sedang di pakai olehnya. Sofia ingin membelikan bu Rossa tas sebagai kebaikan hatinya itu, di toko tas dia di sajikan berbagai macam model tas yang sangat cantik dan menarik hati.
Tanpa sengaja Sofia bertemu dengan sosok yang tak asing di pandangannya sedang mengobrol dengan penjaga kasir, Sofia mencoba untuk sembunyi namun dia melihat sesuatu tak asing di meja kasir.
Sofia mengenal tas itu dan dia pun mendekati Kayla yang sedang menunggu sesuatu, melihat kedatangan Sofia sontak membuat Kayla terkejut. Dia mencoba menutupi tas yang ada di meja kasir namun percuma saja sebab Sofia sudah melihatnya lebih dulu.
“ Lo ngapain ada disini.?” Tanya Kayla terlihat panik.
“ Menurut kamu aku ngapain kesini.?” Tanya Sofia balik.
“ Maaf apa kami boleh melihat sertifikat tas yang ingin anda jual kembali.?” Sahut penjaga kasir yang semakin membuat Kayla frustasi.
“ Saya nggak jadi jual.” Kayla menarik tas itu dan bergegas meninggalkan toko, namun karena tak memperhatikan jalan dia menabrak seseorang yang tak lain adalah papa Bian.
“ Kamu?” Ucap papa Bian menatap Kayla tajam.
Sofia kemudian menghampiri papa Bian untuk menarik perhatiannya, dia sengaja membawa papanya ke tempat dimana dia ingin membeli sebuah tas yang dia suka. Dengan begitu Kayla dapat pergi secepat yang ia bisa.
“ Apa yang dia lakukan di tempat ini.?” Tanya papa Bian penasaran.
“ Mungkin buat beli tas juga pa, btw pa aku mau yang ini satu buat di kasih ke bu Rossa boleh kan.?” Tanya Sofia sambil menunjukkan tas ukuran sedang berwarna merah maroon kepada papa Bian.
“ Boleh, terserah kamu aja mau yang mana.” Balas papa Bian kemudian.
**
Setibanya di rumah, Sofia masih memikirkan tentang tas yang hendak Kayla jual di toko barusan. Dia sangat tahu kalau itu adalah salah satu tas koleksi mamanya yang telah di curi oleh Kayla, kemudian Sofia berjalan ke lemari etalase tempat koleksi tasnya.
Sofia menyimpan semua tas dalam lemari dan untuk box serta sertifikatnya dia simpan terpisah, dan sertifikat tas itu tentu saja ada padanya. Kayla tetap dapat menjualnya lagi tapi harganya akan jauh lebih murah tanpa adanya sertifikat atau boxnya.
“ Jika papa tahu kalau tas itu di curi sama Kayla, dia pasti marah besar.”
“ Curi apa? tas siapa yang di curi.?’
Sofia terkejut kaget dan menoleh ternyata papa Bian sudah ada di belakangnya, dia mulai gugup sambil menjelaskan apa yang barusan dia katakan. Namun papa Bian terlanjur mendengar semuanya, Sofia tersudut dan mulai ketakutan.
“ Kamu janji nggak akan bohong sama papa kan.” Ucap papa Bian menatap Sofia lurus.
Sebelumnya Sofia meminta maaf kepada papa Bian, lalu dia menjelaskan apa yang terjadi. Respon papa Bian terlihat tidak terkejut, dia mungkin kesal karena yang telah hilang adalah koleksi mendiang istrinya.
“ Ya sudah, biarkan saja. Anggap saja kita kasih ke dia, kamu jangan pikirin lagi.” Kata Papa Bian benar-benar di luar ekspektasi Sofia.
“ Untuk tas bu Rossa, kapan kamu mau kasih beliau.?” Tanya papa Bian mengubah topik.
“ Besok boleh nggak? Aku sekalian mau makan siang sama bu Rossa.” Jawab Sofia.
“ Boleh, tapi sama mang Ujang.”
“ Siap pa.”
**
Keesokan harinya, Sofia dan bu Rossa benar-benar bertemu di sebuah kafe pilihan Sofia sendiri. Di kafe itu ada minuman kesukaannya dan juga cheese cake yang selalu dia minta pada papanya untuk di beli.
Mereka banyak mengobrol bersama dan intensitas obrolan mereka sudah semakin dekat, Sofia benar-benar merasa nyaman jika bersama bu Rossa. Dia merasa seperti memiliki sosok ibu sekarang.
“ Oh iya bu, aku punya sesuatu untuk ibi.” Sofia segera menarik paper bag berwarna orange denga lambang LV di tengahnya, kemudian memberikan paper bag tersebut pada bu Rossa yang langsung terkejut melihatnya.
“ Apa ini?”
“ Hadiah buah ibu.”
“ Ini mahal loh, ibu nggak mau terima ah.”
“ Tapi aku mau kasih ini ke ibu karena waktu itu udah baik beliin aku makan sama belanja dress yang cantik.”
“ Tapi ibu nggak berharap imbalan apapun dari kamu, ibu tulus kok lakuin itu semua.”
“ Kalau ibu nggak mau terima, sayang dong tasnya.” Sofia mengeluarkan jurus memelasnya yang di percaya mampu membuat orang dewasa gemas melihatnya.
“ Ya sudah ibu terima, tapi jangan lagi-lagi ya.” Sahut bu Rossa mendapat senyum yang mengembang di wajah gadis itu.
Selepas mereka mengobrol bersama, tiba waktunya untuk pulang. Mang Ujang sudah datang menjemput Sofia, dan mereka terlihat baru saja keluar dari kafe bersama-sama.
Seseorang tiba-tiba lewat dan menarik tas milik bu Rossa, pria itu memakai hoddie hitam dan berlari dengan cepat. Bu Rossa menarik Sofia mundur sambil berteriak maling, beberapa orang yang mengetahuinya segera berlari mengejar pria barusan.
Padahal saat itu suasana di depan kafe tidak begitu sepi, tapi pria barusan dengan nekat merampas tas milik bu Rossa. Beberapa orang berkumpul dan menanyakan ada apa, bu Rossa menjelaskannya dan mereka turut simpati kepada bu Rossa.
Tas yang di rebut bukanlah tas pemberian Sofia, melainkan tas pribadinya dimana di dalam sudah ada dompet beserta isinya dan juga ponsel yang menyimpan banyak nomor penting di dalamnya.
Setelah beberapa saat menunggu hasil, datang seorang cowok yang berlari ke arah mereka dengan nafas yang tersengal-sengal. Cowok itu memberikan tas milik bu Rossa dengan cepat, bu Rossa mengucapkan terima kasihnya dan mengecek isinya yang ternyata masih utuh.
Sofia sendiri di buat terdiam saat ini, melihat cowok itu membuatnya teringat akan kejadian waktu itu. Ya, dia adalah cowok yang menolongnya tempo hari, kali ini Sofia tidak ingin menyesal dia langsung menanyakan nama cowok itu.
“ Galih.” Jawabnya lirih.
Sebagai bentuk ucapan terima kasihnya, bu Rossa memberikan dua lembar uang merah kepada cowok bernama Galih itu. Dengan cepat Galih menolak, dia tidak menerima uang tersebut dan pergi dengan cepat.
“ Kamu kenal sama anak itu.?” Tanya Bu Rossa.
“ Aku Cuma pernah ketemu sekali, nggak nyangka akhirnya bisa ketemu dia lagi.” Balas Sofia yang masih terlihat tersenyum menyaksikan kepergian Galih.
**
Nama Galih kian bergeming di kepala Sofia, dia tidak berhenti tersenyum sambil memikirkan cowok itu. Ada perasaan aneh saat memikirkannya, dia tidak yakin tentang perasaan itu tapi membuatnya merasa begitu bersemangat.
“ Galih, nama yang bagus.” Ucap Sofia sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Dia menatap langit-langit kamarnya masih dengan senyuman yang sama, wajah Galih kembali terbayang di kepalanya. Bagaimana kebaikan cowok itu yang tanpa sengaja bertemu dengannya sebanyak dua kali, dan anehnya kenapa selalu dia yang datang menolong?
Suara ketukan pintu dari luar membuat Sofia menoleh, dia bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu dengan cepat. Rupanya yang datang adalah Diandra, dia datang menunjukkan sesuatu kepadanya.
“ Aku membuat ini untukmu.” Ucap Diandra sambil memberikan sebuah dream catcher berwarna biru kepadanya.
“ Ini apa? kok lucu.” Komentar Sofia senang.
“ Namanya dream catcher, aku lihat banyak teman kelas ku yang punya dan katanya bisa menangkal mimpi buruk. Aku buat itu langsung dengan bahan-bahan yang ada, jadi maaf kalau nggak sama kaya punya teman-teman aku.”
“ Aku suka kok.” Balas Sofia senang.
Sofia kemudian masuk ke dalam kamarnya sedangkan Diandra masih berdiri di depan kamar Sofia, gadis itu menggantung dream catchernya di atas tempat tidur agar lebih dekat dengannya. Dia menyuruh Diandra untuk masuk melihatnya lebih dekat, namun cowok itu menolak karena dia merasa kamar Sofia bukanlah tempat yang dengan bebas dia masuki.
Sofia yang sadar dengan sikap Diandra kemudian menghampiri cowok itu, dia kemudian mengajak Diandra ke bawah bermain game. Meskipun Sofia adalah anak perempuan, dia memiliki permainan yang di miliki oleh anak laki-laki, seperti Ps5 dan VR gaming dimana jika memainkan game itu akan membawa pemain merasa berada di dunia game yang sangat jelas.
Sofia sendiri pernah bermain bersama papa Bian, tapi karena sekarang papa Bian sangat sibuk jadi dia tidak pernah menyentuhnya lagi. Karena sekarang ada Diandra, dia akan bermain bersamanya.
Selama beberapa hari terakhir Diandra yang banyak mengenalkan Sofia dengan permaianan anak desa, dan sekarang giliran Sofia yang mengajarkan Diandra cara bermain game dengan teknologi canggih.
Keduanya bermain dari siang sampai sore, Diandra terlihat sangat menikmatinya meskipun dia mengalami sedikit masalah di awal. Dan setelah itu dia mendapat banyak kemenangan di banding Sofia, alhasil gadis itu merajuk dan tak ingin bermain lagi jika yang menang terus adalah Diandra.
“ Kita coba main lagi, kalau kamu menang kamu boleh minta apa aja sama aku.” Seru Diandra langsung di terima oleh Sofia dengan cepat.
Kali ini Diandra sengaja kalah, hal itu dia lakukan untuk mengembalikan mood Sofia. dengan kemenangannya itu Sofia meminta Diandra untuk segera memboncengnya dengan motor barunya itu, besok adalah ulang tahun ke 17 Diandra dan dia akan mengajukan pembuatan sim untuk pertama kalinya.
“ Oke, nanti kalau simnya udah keluar aku ajak jalan-jalan.” Jawab Diandra pasrah.
**
Keesokan harinya Sofia terlihat sangat excited, hari ini Diandra pergi bersama mang Ujang mengurus sim nya. Sedangkan Sofia sibuk di dapur bersama Mbok Tati membuatkan kue ulang tahun Diandra.
Sebenarnya mudah untuk Sofia membeli kue tapi dia ingin membuatkan kue spesial untuk Diandra, karena dia adalah satu-satu temannya yang dapat di percaya dan selalu ada untuknya maka Sofia sendiri yang akan membuatkan kuenya.
Meskipun dia yang membuat kue, tentu saja ada campur tangan dari mbok Tati. Dalam membuat adonan Sofia yang melakukannya, sedangkan untuk memanggangnya adalah mbok Tati.
Dan setelah semua beres tiba waktunya untuk membuat hiasan kue ulang tahunnya, Sofia memilih krim berwarna biru yang sesuai untuk anak laki-laki. Dia mendesainnya dengan baik dan tak lupa menuliskan angka 17 tahun di atasnya.
“ Diandra pasti sangat senang, ini ulang tahun pertamanya di buatin kue.” Ucap mbok tati.
“ Hah? Serius mbok? Jadi Diandra nggak pernah rasain di kasih surprise ulang tahun.?” Sofia tampak terkejut mendengarnya.
“ Mbok sama mang Ujang kan udah lama tinggal di rumah ini, jadi kami jarang ngasih kejutan sama dia.”
“ Bagus dong kalau begitu aku jadi orang pertama yang kasih dia kejutan.” Seru Sofia.
Setelah beberapa saat kemudian, Sofia telah selesai membuat kue ulang tahunnya. Dia menunggu kedatangan Diandra di ruang tamu sambil mengintip keluar jendela meamastikan apakah dia sudah datang atau belum.
Suara pintu pagar yang terbuka otomatis ketika mobil masuk membuat Sofia dengan cepat mengambil tempat untuk memberikan kejutan, ketika pintu terbuka saat itulah Sofia dan mbok Tati memberikan kejutan yang membuat Diandra sangat terkejut.
“ Selamat ulang tahun Diandra.” Seru Sofia sambil menunjukkan kue ulang tahun kepadanya.
Terlihat jelas di wajah Diandra yang sangat senang ketika di beri kejutan oleh mereka, sebelum meniup lilin dia mengucapkan beberapa doa dalam benak dan akhirnya meniup lilin tersebut dengan penuh semangat.
“ Yeah, selamat ulang tahun ya. Kuenya aku yang bikin loh.” Ujar Sofia dengan bangga.
“ Terima kasih ya.” Balas Diandra tersenyum senang.
“ Selamat ulang tahun ya anak ibu.” Kata mbok Tati sambil memeluk Diandra dengan lembut.
Sofia terharu ketika melihat Diandra di beri kasih sayang yang hangat oleh Mbok Tati dan Mang Ujang, dia langsung teringat pada papa Bian yang selama ini selalu ada untuknya. Meskipun tanpa sosok seorang ibu, tapi itu sudah cukup untuknya merasakan kasih sayang yang tiada tara.