Keesokan harinya Sofia di larang oleh papa Bian ke sekolah hingga kondisinya benar-benar sudah membaik, sampai saat ini tubuhnya memang masih demam dan sedikit pusing sehingga Sofia juga tidak menolak untuk tetap di rumah.
Hari-hari penuh kejenuhan kembali di rasakan, duduk sendirian di dalam kamar dan menghabiskan waktu dengan rasa bosan yang datang begitu cepat. Berharap Diandra ada menemaninya namun sayangnya cowok itu harus sekolah, dan dia memikirkan bagaimana Diandra saat ini yang duduk sendirian.
Sementara itu di sekolah, Diandra di hampiri oleh Kayla, Naura, dan Mayang. Ketiganya berdiri di hadapan Diandra yang sedang sibuk mencatat di bukunya, melihat kehadiran mereka lantas membuat cowok itu mendongak dan menatapnya satu persatu.
“ Sofia beneran nggak bisa masuk hari ini karena dia masih sakit, atau papanya yang berlebihan nggak ngizinin dia sekolah.?” Tanya Kayla dengan nada yang tegas.
“ Dia sakit.” Jawab Diandra kemudian menundukkan pandangannya lagi.
“ Lo nggak sopan banget, kita ajak ngomong malah nunduk gitu.”
“ Ya terus aku harus ngapain.?”
“ Berani banget lo, dasar anak pembantu.”
Diandra bangkit dari tempatnya dan menatap ketiga gadis itu dengan tatapan tajam, seakan tak ada rasa takut sama sekali melihat mereka dan dengan berani Diandra mengatakan.
“ Memangnya kenapa kalau aku anak pembantu? Setidaknya aku nggak pernah manfaatin orang lain dengan mengatasnamakan seorang teman.” Kata Diandra dan berlalu meninggalkan kelas saat itu juga.
“ Gue nggak nyangka dia berani juga, padahal kemarin pendiam banget loh.” Ucap Naura.
“ Dia nyinggung lo Kay.? Sahut Mayang semakin membuat Kayla panas.
**
Sepulang sekolah Kayla, Naura, dan Mayang sengaja datang menjenguk Sofia. Mereka tidak membawa apapun seperti para penjenguk pada umumnya karena berpikir Sofia telah memiliki segalanya, tidak perlu membawa apapun tidak menjadi masalah.
Kedatangan mereka bertiga di sambut ramah oleh Mbok Tati, namun sayangnya respon mereka ke Mbok Tati kurang sopan yang dimana mereka langsung menyuruh mbok Tati untuk membawa minuman serta cemilan ke kamar Sofia.
Naura kemudian mengetuk pintu kamar Sofia saat mereka sudah tiba di depan kamar gadis itu, suara Sofia dari dalam membuat mereka langsung membuka pintu dan bersorak gembira menemui Sofia yang masih berada di atas tempat tidurnya.
“ Kalian kok nggak bilang kalau mau datang sih.?” Tanya Sofia merasa senang mereka datang menjeknya.
“ Sengaja, kami juga nggak mau kasih kejutan ke kamu.” Sahut Mayang.
“ Gimana keadaan lo? Besok udah bisa ke sekolah kan? Kita kangen nih jalan-jalan bareng.” Sahut Kayla namun fokusnya tertuju pada lemari kaca milik Sofia.
“ Kalau besok kayaknya udah boleh, soalnya demamnya udah turun dari tadi.” Jawab Sofia lirih.
“ Emang kamu sakit apa sih? “ Tanya Mayang penasaran.
“ Aku ada riwayat anemia, jadi nggak boleh kecapekan gitu, dan kemarin itu aku emang lagi kurang fit di tambah maksain ikut kelas olahraga.” Jelas Sofia kemudian.
“ Enaknya jadi kamu.” Seru Mayang.
“ Enak apanya oon? Orang sakit mana ada yang enak, ada-ada aja lo.” Sembur Naura.
“ Maksud aku enaknya bisa lolos dari kelas olahraga.”
“ Lo ini aneh tau nggak, kemarin lo bilang kelas olahraga enak biar badan jadi sehat kenapa sekarang lo berubah pikiran gitu.?” Protes Kayla.
“ Tau nih anak makin oon aja.” Sambung Mayang.
“ Terima kasih ya kalian udah datang, aku jadi nggak merasa kesepian sekarang.” Lontar Sofia tersenyum simpul.
Suara pintu terketuk membuat Mayang segera beranjak untuk membuka pintu, dan di lihatlah Mbok Tati yang datang membawa nampan berisi minuman dan cemilan untuk ketiga gadis itu.
“ Mbok gercep banget padahal belum di suruh, makasih ya mbok.” Sahut Sofia yang membuat ketiga temannya saling melirik satu sama lain.
“ Mbok permisi ya non.”
“ Iya mbok.”
Setelah mbok Tati pergi, mereka bertiga langsung mengeksekusi cemilan yang datang. Cemilan yang di buat mbok Tati adalah sandwicht isi daging asap dan keju, serta minuman yang di sediakan adalah orange jus.
“ Itu nyokapnya Diandra kan.?”
“ Iya, bukan ibu kandung sih tapi dia udah seperti ibu kandung bagi Diandra dan juga aku.”
“ Dia udah lama kerja di rumah ini.?”
“ Sejak aku belum lahir pun mbok Tati udah jadi pembantu di rumah ini, dan semenjak mama ku meninggal dia orang satu-satunya yang merawat aku sampai besar seperrti ini.”
“ Pantas aja Diandra di kasih sekolah yang elit sama bokap lo.” Sahut Kayla.
“ Ya gitu deh, mereka emang berjasa banget di keluarga ini.” Ungkap Sofia lirih.
Sekitar satu jam lebih mereka menemani Sofia hingga akhirnya mereka pamit, Sofia mengantar mereka sampai di depan pintu dan kemudian kembali masuk ke dalam dengan perasaan aneh setelah di tinggal oleh teman-temannya. Rumah yang tadinya terasa ramai mendadak sepi, padahal dia masih ingin teman-temannya itu tinggal lebih lama lagi.
**
Keesokan harinya Sofia sudah merasa jauh lebih sehat, dia turun dari kamarnya menuju ruang makan. Dia menunjukkan senyum cerianya di hadapan papa Bian, dia ingin papanya tahu kalau sekarang dia sudah siap untuk kembali bersekolah.
“ Kamu yakin udah bisa masuk sekolah lagi.?”
“ Yakin pah, aku udah sehat udah segar bugar lagi sekarang.”
“ Tapi kamu harus ingat jangan terlalu capek, vitaminnya di minum, dan jangan jajan sembarangan.”
“ Iya papa, aku bakal jaga kesehatan mulai hari ini dan seterusnya.”
“ Papa masih belum bisa loh lihat kamu sekolah lagi, istirahat sehari lagi aja ya.”
“ Pah, aku bisa. Percaya deh sama aku.”
“ Papa percaya, kalau gitu hari ini biar papa yang anter kamu sekolah.”
“ Hah, papa serius? “
“ Iya papa lagi nggak sibuk-sibuk banget makanya papa bisa sekalian anter kamu.”
“ Asyikk.”
“ Sarapan yang banyak, abisin susunya.”
“ Siap boss.”
**
Sofia akhirnya kembali bersekolah, sehari tanpa kehadirannya di kelas membuat ketiga temannya merasa sangat kehilangan dan setelah ia kembali mereka terlihat yang paling heboh dengan kedatangannya.
“ Yeah nanti bisa hang out bareng lagi dong.” Seru Naura.
“ Harus dong, sebagai bentuk perayaan Sofia sudah kembali ngumpul bareng kita.” Sahut Mayang.
“ Kalau gitu gue yang cari lokasinya ya, kita harus ke tempat yang belum kita datangin sebelumnya.” Sambung Kayla.
Sofia hanya mangut-mangut menyetujuinya, soal uang dia tidak khawatir lagi sebab papanya sudah mentransferkan uang dengan jumlah yang cukup jika hanya untuk hang out bersama mereka.
Kelas tiba-tiba kedatangan anggota osis yang membuat semua siswa duduk di tempatnya masing-masing, semua mata tertuju ke atas dimana saat ini ketua osis SMA Bakti Jaya ingin menyampaikan satu informasi penting.
“ Baik adik-adik sekalian, kenalin nama saya Bagus Adi Putra selaku ketua osis SMA Bakti Jaya, kedatangan kami di kelas ini untuk menyampaikan kepada adik-adik semua bahwa minggu depan SMA kita akan mengadakan sebuah festival budaya dan di harapkan setiap kelas mempersiapkan satu budaya dan penampilan spesial yang nantinya akan di tunjukkan di panggung seni festival tersebut.”
“ Penampilan terbaik akan mendapatkan hadiah rekreasi ke puncak bersama anggota osis sekalian mengadakan malam keakraban antara senior dan junior.”
“ Apa ada yang ingin di tanyakan lagi.?”
“ Kak, gimana kalau budaya yang di ambil ada yang mirip.?”
“ Soal budaya nggak apa-apa ada yang sama, karena kita menilai dari penampilan dan keunikan yang di bawakan oleh masing-masing kelas, juri akan menilai dan menentukan pemenangnya secara adil jadi nggak usah khawatir.”
“ Baik kak, kami ngerti.”
“ Oke semangat, kalian masih ada satu minggu untuk latihan dan menyiapkan keperluannya.” Lanjut Bagus dan segera menutup pembicaraannya kemudian meninggalkan kelas 1-1.
Setelah itu kelas menjadi ramai dan sibuk membahas tentang budaya yang akan mereka pilih, Sofia ikut merasakan antusiasnya karena ini menjadi hal pertama untuk dirinya. Merasakan festival budaya adalah keinginannya sejak dulu, dia hanya bisa menyaksikannya di sebuah drama atau film tapi kini dia bisa menjadi bagian di dalamnya.
“ Kita ambil budaya Sulawesi Selatan aja gimana?” Usul ketua kelas yang bernama Rafli Saputra.
“ Boleh tuh, pasti anak-anak di kelas lain bakal ambil budaya yang gak jauh dari pulau Jawa.” Imbuh yang lain.
“ Sulawesi Selatan emang ada apa aja.?” Tanya Naura penasaran.
“ Sulawesi Selatan ada beragam macam pesona budaya, kita juga bisa menampilkan tarian 4 etnis, dan juga pakaian mereka sangat unik dan di jamin bisa buat kelas kita menang.” Jelas Rafli dengan bangga.
“ Gimana, kalian setuju nggak kalau kita ambil budaya Sulawesi Selatan.?”
“ Oke, boleh.”
“ Setuju, kita ambil Sulawesi Selatan aja.”
Kelas 1-1 setuju untuk mengabil budaya Sulawesi Selatan, kebetulan ketua kelas mereka merupakan asli dari pulau Sulawesi Selatan. Mereka pun memberikan tugas untuk mengatur konsepnya kepada ketua kelas mereka. Dan pembagian peran pun akan di lakukan setelah kelas usai.
**
“ Oke sudah di tentukan, aku udah catat beberapa nama dan sudah memilih sesuai kecocokan kalian dalam peran budaya ini, jadi akan ada sepasang pengantin nantinya untuk mempersembahkan budaya pernikahan di Sulawesi Selatan, kemudian akan ada penari yang membawakan tarian 4 etnis, setelah itu budaya kematian orang disana dan yang terakhir adalah persembahan makanan khas Sulawesi, oke.”
“ Oke, sekarang sebutkan siapa aja yang berperan besar di budaya yang kita ambil ini.?”
“ Yang pertama untuk pasangan pengantinnya, aku nunjuk Sofia dan Diandra untuk memerankannya.” Seru Rafli dan membuat semua mata tertuju kepadanya.
“ Apa? Diandra sama Sofia? Nggak cocok, mending Sofia sama yang lain aja deh.” Sahut Naura tak terima.
“ Emang kenapa? Diandra cakep kok, dan juga Cuma mereka berdua yang kelihatannya dekat banget. Aku yakin keduanya bisa menjalin chemistry dengan baik.” Ujar Rafli menambahkan.
“ Bagaimana dengan kamu Sof, kamu mau di pasangin sama dia.?” Tanya Mayang.
“ Aku mau, justru itu lebih bagus karena aku sudah cukup dekat dengan Diandra.” Jawab Sofia lugas.
Dan setelah pasangan pengantin di ambil alih oleh Sofia dan Diandra, kini tarian empat etnis akan di bawakan oleh Mayang, Naura, Megan, dan Ana. Selebihnya akan menampilkan budaya kematian dan juga pembawa makanan.”
“ Gue nggak setuju.” Sahut Kayla menggebrak meja cukup kencang hingga semua mata kian tertuju kepadanya.
“ Lo nggak setuju kenapa kay.?”
“ Gue nggak mau jadi pemeran yang menampilkan budaya kematian.” Ketus Kayla.
“ Terus lo mau jadi apa? Jadi pengantin bareng Diandra.?”
“ Gue juga nggak mau kalau di pasangin sama dia.” Balasnya kesal.
“ Udah deh ambil aja, jangan banyak protes. Demi kelas kita ini.” Sahut Mayang.
Setelah memikirkannya lebih lama akhirnya Kayla ingin peran pengantin wanita meskipun di pasangkan oleh Diandra, dan terpaksa Sofia harus mengalah untuk Kayla. Bagi Sofia peran apapun tidak masalah asalkan dia bisa ikut andil dalam festival tersebut.
Setelah penetuan pemeran telah di tetapkan dan tak ada lagi yang protes dalam perannya masing-masing, latihan pun akan di lakukan nanti sore di lapangan sekolah. Semua murid boleh pulang ke rumah masing-masing dan kembali lagi setelah mereka cukup untuk beristirahat.