Sofia baru selesai membuat kopi untuk papa Bian, dia juga tak lupa meletakkan sepotong kue di atas nampan yang kemudian dia bawa menuju ruang kerja papa Bian. Sebelum masuk seperti biasa dia mengetuk pintu terlebih dulu, baru setelah ada sahutan dari papa Bian dia pun membuka pintu.
“ Papa aku bawain kopi sama kue buat nemenin papa kerja.” Seru Sofia yang membuat mood papa Bian berubah setelah melihatnya.
“ Terima kasih sayang.”
Setelah Sofia meletakkan semuanya di atas meja kerja, dia menatap papa Bian yang tampak sangat lelah. Sebenarnya kedatangan Sofia kemari untuk menghibur papanya, dia juga ingin meminta maaf atas permintaannya waktu itu.
“ Papa aku minta maaf.”
“ Minta maaf untuk apa.?”
“ Aku udah nyuruh papa buat balikin jabatan papanya Kayla waktu itu, aku nggak tahu kalau ternyata papanya Kayla sudah membuat kesalahan besar di kantor papa.”
“ Kamu tahu dari mana.?”
“ Dari tante Silvia.”
“ Papa juga minta maaf karena tidak bisa memenuhi permintaan kamu, polisi sudah menetapkan dia sebagai tersangka sekarang.”
“ Aku tidak akan meminta apapun lagi, sekarang papa jangan terlalu stress. Jaga kesehatan papa, dan jangan lupa makan.” Ucap Sofia menatap papanya dengan senyuman.
Papa Bian tersenyum senang mendengar semangat dari putrinya itu, dia kemudian kaget saat Sofia menghampirinya dan hendak memeluknya. Sejak saat itu Sofia enggan untuk di sentuh apalagi menyentuh, namun kali ini dia memeluk papa Bian dengan sangat lembut.
“ Aku sayang sama papa, makasih sudah menjadi papa terbaik untuk aku.” Gumam Sofia lirih.
“ Papa juga sayang sama Sofia.” Balas papa Bian sambil membelai lembut rambut putrinya itu.
**
Saat ini kelas sedang bebas, lagi-lagi guru tidak masuk dan di gantikan dengan belajar sendiri. Beberapa murid ada yang sibuk dengan bukunya masing-masing, namun ada juga yang sibuk dengan ponsel dan obrolan mereka yang random.
Seseorang tiba-tiba menimbulkan suara yang menjadi pusat perhatian saat ini, dia adalah Naura yang dengan keceplosan menyebutkan bahwa papa Kayla masuk penjara atas kasus penggelapan dana perusahaan.
Dari pandangan ke Naura dan sekarang beralih ke Kayla, gadis itu terlihat bingung menatap semua orang yang melihatnya. Dia menjadi malu dan tak bisa mengatakan apa-apa saat semua orang mengatainya anak koruptor.
Sofia sendiri tidak menyangka jika kedua teman dekat Kayla lah yang memberitahu semua orang tentang hal itu, padahal dia sendiri tidak pernah memberitahu siapapun selama ini.
Kayla sedih dan keluar dari kelas sambil menangis, tidak ada satu orang pun yang berpihak kepadanya dan Sofia merasakan bagaimana rasanya berada di posisi Kayla saat ini.
Beberapa teman kelas mereka menghampiri Sofia dan turut prihatin atas perusahaan papa Bian, meski begitu Sofia tidak merasa senang. Mereka hanya sekedar memperlihatkan kepedulian mereka tapi sebenarnya itu hanya sesaat.
“ Sofia, kamu pasti benci banget sama Kayla sekarang ya.” Sahut Mayang.
“ Aku nggak pernah benci sama dia, dan itu perbuatan papanya bukan Kayla. Jadi aku nggak ada hak untuk benci dia.” Balas Sofia membuat kelas heboh dengan kebaikan hatinya itu.
Semakin kesini Sofia mulai menyadari bahwa teman-teman kelasnya adalah teman yang toxic, mereka bahkan tidak bisa di katakan sebagai teman. Dan sekarang Sofia tahu dengan alasan Diandra untuk pindah, mungkin jika dirinya juga pindah sekolah semua akan menjadi lebih baik.
**
Di bully hampir satu sekolah membuat Kayla sudah beberapa hari ini tidak masuk kelas, padahal dua hari lagi akan di adakan ulangan semester. Meski begitu semua tetap berjalan dengan normal, Sofia tidak memiliki teman yang begitu dekat dengannya lagi dia hanya menerima beberapa orang jika memang tujuan mereka hanya untuk mengobrol.
Mayang dan Naura sudah tidak pernah dekat dengan Sofia juga, jika mereka pergi berdua Sofia tetap di kelas menyendiri. Saat ini menyendiri memang lebih baik, setidaknya dia tidak perlu menguras energi untuk melakukan hal yang tidak penting.
Bel tanda pulang baru saja berbunyi, semua murid mulai mengemasi buku-buku mereka termasuk Sofia. Hari ini Sofia akan belajar bersama Diandra, dia tidak sabar untuk pulang dan menemui cowok itu.
Seperti biasa, mang Ujang selalu siap sedia menunggu Sofia selesai sekolah. Mereka langsung meninggalkan pelataran sekolah, namun tiba-tiba saja Sofia meminta untuk mang Ujang singgah di toko kue karena dia ingin membeli kue supaya dapat memakannya bersama Diandra.
Mang Ujang menunggu di tepi jalan sementara Sofia masuk ke toko kue sendirian, dia memilih beberapa kue yang kelihatannya enak dan segera membayar tagihannya. Setelah selesai dan bergegas meninggalkan toko, Sofia mendapat telepon dari Kayla yang membuat gadis itu menatap layarnya lama tanpa menjawabnya sama sekali.
Sofia menunggu ponselnya selesai berdering, tak lama kemudian Kayla kembali menelpon. Sofia akhirnya menjawab panggilan tersebut, dia mendengar suara Kayla yang sedang menangis di seberang sana dan membuat Sofia penasaran.
“ Kamu kenapa Kay.?” Tanya Sofia panik.
“ Sof, tolongin gue. Lo datang ke alamat yang gue kirim sekarang, tolong banget.” Suara Kayla seperti sedang di kejar maling, dia ketakutan dan membuat Sofia di buat semakin penasaran dengannya.
Sofia membuka ponsel dan melihat lokasi yang di bagikan oleh kayla barusan, melihat jaraknya yang tak jauh dari tempatnya saat ini lantas membuat Sofia ingin segera kesana. Dia sempat melirik mang Ujang di seberang jalan, mang Ujang belum menyadari bahwa dia sudah keluar dari toko kue.
Sofia akhirnya pergi diam-diam, jika dia memberitahu mang Ujang pasti dia tidak bisa pergi. Sofia mengikuti arah tanda panah pada maps di ponselnya, kemudian menghentikan ojek yang lewat dan menyuruhnya mengikuti instruksi yang dia katakan.
**
Sofia tiba di lokasi yang di berikan oleh Kayla, namun dia tidak menemukan siapapun disana. Hanya tempat kosong dan tidak terlihat keberadaan siapapun, ketika Sofia hendak menoleh meninggalkan tempat itu tiba-tiba saja sekelompok anak laki-laki berseragam SMA muncul dan menghadangnya.
Sofia mengenal mereka setelah melihat seragam SMA itu, lalu Kayla juga muncul di balik mereka dengan tawa penuh bahagia. Rupanya Kayla memang sengaja menjebak Sofia datang ke tempat itu, dia tahu kalau Sofia sangat sulit di bawa pergi jika di sekolah dan sengaja membuntutinya sampai ke toko kue dan melangsungkan aksinya itu.
“ Kenapa kamu bohong sama aku.?” Tanya Sofia pada Kayla.
“ Gue Cuma mau ajak lo ketemuan sama mereka lagi, kayaknya mereka kangen deh sama lo.” Seru Kayla menyuruh Yuda untuk melakukan aksinya.
Sofia di tampar oleh Yuda sangat keras hingga membuat wajahnya memerah, tak tahan dengan rasa sakit yang di terimanya membuat Sofia hanya bisa menangis. Dia ingin melarikan diri tapi tidak akan berhasil, mereka terlalu banyak untuk dirinya yang seorang diri.
Yuda dan ketiga teman laki-lakinya kembali mendekati Sofia, melihat hal itu membuat Sofia takut dan perlahan mundur beberapa langkah. Dan tepat saat Yuda hendak menyentuh tangan Sofia, tiba-tiba saja seseorang menariknya dan mendorong Yuda hingga terjatuh ke tanah.
Yuda melihat wajah si pelaku dengan geram, dan saat ini kemunculan seorang cowok tak di kenal sedang berusaha melindungi Sofia. Yuda tak terima dengan perlakuan yang di dapatnya, akhirnya dia melawan namun kembali di tepis oleh cowok itu.
Cowok misterius itu berhasil mengalahkan Yuda dan ketiga temannya, Kayla yang melihatnya pun takut dan segera melarikan diri. Kini Sofia bisa bernafas dengan lega, mereka pergi setelah di selamatkan oleh cowok yang saat ini masih belum di lihat wajahnya dengan jelas.
“ Lo nggak apa-apa kan.?” Tanya cowok itu melirik Sofia dan di balas gelengan kepala dengan cepat.
“ Bisa bangun kan.?” Lanjutnya melihat Sofia yang masih terduduk saking syoknya.
Perlahan namun pasti Sofia bangkit dan membersihkan seragamnya, dia tidak merasakan sakit di bagian mana lagi kecuali pada wajahnya. Dan cowok yang masih belum di ketahui namanya itu menemaninya keluar dari gang menuju jalan raya yang cukup ramai.
“ Hati-hati di jalan.” Kata cowok itu dan beralih meninggalkannya.
Sofia masih tidak sadar cowok itu telah pergi dan dia belum sempat mengucapkan rasa terima kasihnya, bahkan dia belum mengetahui siapa nama cowok itu. Tapi siapapun dia Sofia tidak akan pernah melupakan kebaikannya tersebut.
Dan sekembalinya Sofia ke mang Ujang membuat pria setengah baya itu sangat ketakutan, dia sudah mencari Sofia kemana-mana namun tidak berhasil menemukannya. Sofia beralasan bahwa dia pergi ke toko souvenir dan tidak mendengar ponselnya saat di telpon, untuk wajahnya Sofia mencoba menutupinya dengan rambutnya yang panjang agar mang Ujang tidak tahu soal itu.
**
Papa Bian baru saja keluar dari kamarnya, dia berjalan menuju ruang makan untuk segera makan malam. Setibanya di ruang makan dia tidak menemukan Sofia disana, papa Bian bertanya pada Mbok Tati kemana Sofia kenapa belum turun dari kamarnya, dan mbok Tati menjawab.
“ Kata non Sofi udah kenyang pak, dia udah makan nasi goreng tadi sore.”
“ Tumben, biasanya dia tetap turun walaupun udah makan sore.”
Papa Bian kemudian meminta Mbok Tati untuk membawa cemilan dan minuman hangat ke kamar Sofia, dan malam itu papa Bian harus makan seorang diri. Dia tidak suka makan sendirian, mengetahui Sofia tidak turun membuat nafsu makannya berkurang.
Sementara itu di kamarnya, Sofia sibuk mencari cara untuk menutupi wajahnya yang sudah menunjukkan tanda lebam. Sakitnya masih cukup terasa tapi dia bisa menahannya, sekarang Sofia sangat takut jika papa Bian tahu dan apa yang harus dia katakan padanya nanti.
Suara ketukan pintu membuat Sofia terkejut dan cepat-cepat menutupi wajahnya dengan rambut, dia berjalan menuju pintu dan saat membukanya ternyata yang datang adalah mbok Tati.
“ Bapak nyuruh saya bawain roti sama s**u buat non Sofia.”
Sofia menerima nampan tersebut dan bergegas masuk, saat itu mbok Tati sedikit curiga dengan sikap Sofia yang tidak biasa hingga akhirnya dia menyibakkan rambut Sofia dengan cepat dan membuatnya dapat melihat wajah gadis itu.
“ Ya ampun non, itu wajahnya kenapa? Kok bisa lebam gitu.?” Tanya mbok Tati khawatir.
Sofia merasa kalau mbok Tati tidak akan memberitahu papa Bian, dan mungkin dengan mbok Tati juga dia bisa tetap merahasiakan wajahnya itu sampai sembuh. Akhirnya Sofia menceritakan kronologinya kepada mbok Tati, dan selama Sofia menceritakannya tampak terlihat jelas di wajah wanita setengah baya itu merasa takut dan ngeri mendengarnya.
“ Syukurlah non Sofia nggak kenapa-napa, tapi ini cukup bikin saya khawatir. Apalagi bapak kalau sampai tahu, dia pasti bakal cari anak-anak itu sampai ketemu.”
“ Itu dia mbok, bantu aku biar papa jangan sampai tau dulu ya.”
“ Pantas saja non Sofia menolak turun ke bawah, ya sudah saya bantu kali ini. Tapi lain kali jangan melakukan hal gegabah, jangan buat semua orang khawatir ya.” Pinta mbok Tati sambil membelai rambut Sofia seperti putrinya sendiri.
“ Iya mbok, semua jadi pelajaran buat aku ke depannya.” Balas Sofia menunjukkan wajah kalau dia masih baik-baik saja.