Sofia tidak bisa berhenti mengulum senyum kegirangan setelah akhirnya papa Bian mau memindahkannya ke sekolah yang sama dengan Diandra, sebenarnya bukan karena Diandra alasan Sofia ingin pindah, meliankan karena cowok yang bernama Galih itu.
Dan hari ini dia dan papa Bian akan sekolah tersebut untuk mendaftar, Sofia sangat berharap dia bisa bertemu dengan cowok bernama Galih itu lagi. Dan setibanya di sekolah, dia terlihat memperhatikan sekitar sekolah yang cukup sepi di karenakan semua murid sedang melangsungkan pembelajaran di kelas.
Sofia dan papa Bian berjalan menuju ruang kepala sekolah dan di sambut hangat oleh kepala sekolah tersebut, pendaftaran perpindahan sekolah Sofia berjalan dengan baik dan papa Bian juga meminta agar Sofia di tempatkan di kelas yang sama dengan Diandra yaitu kelas 1-2.
Besok Sofia sudah boleh bersekolah dan hari ini dia di perbolehkan untuk melihat-lihat sekolah oleh kepala sekolah, ketika mereka keluar dari ruangan itu tadinya Sofia ingin berkeliling namun papa Bian mendadak ada rapat.
“ Pa, aku mau jalan-jalan sendiri boleh nggak? Nanti suruh mang Ujang jemput aja.”
Papa Bian terlihat tidak setuju dengan permintaan Sofia, dia tidak ingin Sofia kenapa-napa namun wajah Sofia yang sudah berubah drastis membuat papa Bian akhirnya pasrah dan memberikan kesempatan bagi Sofia untuk berkeliling sekolah sendirian.
**
Ketika sedang melihat-lihat sekitaran sekolah, bel berdering cukup nyaring yang menandakan bahwa jam istirahat baru saja di mulai. Sofia merasa malu jika dirinya terlihat berjalan sendirian dengan pakaian kasual seperti itu, orang-orang mungkin akan menatapnya seperti kemarin.
Sofia ingin mencari Diandra namun dia tahu kalau cowok itu jarang membawa ponselnya ke sekolah, dan untuk mencari kelasnya pun dia masih belum tahu dimana letak kelasnya berada.
Beberapa murid sudah mulai terlihat dan Sofia berusaha untuk berjalan dengan santai, dia mulai merasa canggung sampai pada akhirnya ada seseorang yang menegur Sofia dan benar saja dia adalah sosok yang menjadi alasan Sofia untuk pindah ke sekolah itu.
“ Galih.” Panggil Sofia membuat cowok itu terlihat bingung menatapnya.
“ Lo kenal gue.?” Tanya Galih heran.
“ Hmm, kamu yang pernah tolong aku di gang itu dan bantuin bu Rossa waktu ada orang yang jambret tasnya.” Jelas Sofia perlahan membuat Galih ingat dengan semuanya.
“ Oh iya, gue ingat sekarang.”
Sofia tersenyum senang karena Galih masih ingat, dan dia pun mengenalkan dirinya sebagai murid baru di sekolah itu. Dia juga memberitahu Galih kalau besok dia baru bisa masuk sekolah dan hari ini dia ingin berjalan-jalan untuk melihat sekolah.
“ Mau gue temenin.?”
“ Serius, boleh.?”
“ Boleh, yuk.”
Sofia tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi dalam hidupnya, dia bisa bertemu dengan Galih di tambah dia akan di ajak memperkenalkan sekolah oleh cowok itu.
Selama Galih mengajaknya untuk memperkenalkan suasana sekolah, fokus Sofia bukan tertuju pada apa yang di tunjukkan Galih. Melainkan dia fokus melirik cowok itu dengan senyum malu-malu, dia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini dan mengapa rasanya sangat menyenangkan.
“ Sofia.” Panggil seseorang yang membuat gadis itu menoleh dengan cepat.
“ Diandra.” Seru Sofia melambaikan tangannya dengan kegirangan.
“ Kamu ngapain disini? Dia siapa.?” Tanya Diandra menunjuk ke arah Galih.
Sofia kembali menjelaskannya kepada Diandra dan tentang siapa itu Galih, saat itu Diandra ingat kemarin Sofia memang menyebutkan nama Galih. Tapi dia tidak tahu siapa Galih, dan baru melihatnya saat ini.
“ Lo anak kelas satu kan.” Ucap Galih melirik Diandra dan di balas anggukan pelan darinya.
“ Memangnya kamu kelas berapa.?” Tanya Sofia baru menyadari lupa menanyakan tentang cowok itu.
“ Gue kelas 2.” Jawabnya sontak membuat Sofia terkejut.
“ Maaf kak, aku nggak tau kalau kamu kakak kelas.” Lontar Sofia merasa tidak enak.
“ Santai aja, kan gue belum bilang juga.” Balas Galih santai.
Galih yang ada urusan lain akhirnya menyerahkan Sofia kepada Diandra untuk melanjutkan tugasnya memperkenalkan sekolah, dan Sofia mengucapkan banyak terima kasihnya kepada Galih untuk hari ini.
**
Sofia belum pernah merasakan antusias seperti ini untuk pertama kalinya, ketika pertama kali sekolah di luar dia merasa senang dan antusias juga namun tidak seperti perasaan saat ini. Dia sudah bangun pagi-pagi sekali dan turun sarapan sebelum papa Bian keluar dari kamar, dia bahkan meminta mang Ujang untuk mengantarnya lebih awal di hari pertamanya masuk sekolah baru ini.
Seragam SMA Harapan memang tidak secantik SMA Bakti Jaya yang mengusung konsep trendy, SMA Harapan hanya menggunakan baju putih dan rok abu-abu namun tetap membuat Sofia terlihat sangat senang ketika dia mengenakan seragam itu untuk pertama kalinya.
Setelah Sofia selesai sarapan barulah papa Bian keluar dari kamarnya, dia terkejut melihat Sofia yang sudah siap bahkan jam masih menunjukkan pukul 06:40. Ketika papa Bian bertanya dia hanya menjawab bahwa ingin berangkat cepat karena ingin datang lebih awal sebagai murid pindahan.
“ Aku berangkat dulu ya pa.” Seru Sofia sambil mencium tangan papa Bian dan bergegas menemui mang Ujang yang sudah menunggunya di luar.
Pagi itu dia juga ingin berangkat bersama Diandra, karena dia satu kelas dengan cowok itu dan Sofia ingin Diandra menjadi orang yang akan memperkenalkan dirinya nanti di kelas.
Setibanya di sekolah mereka langsung menuju ruang kelas, disana sudah ada beberapa murid yang telah datang dan mereka terheran melihat Diandra yang datang bersama Sofia waktu itu.
“ Dia siapa Ndra.?”
“ Murid baru, dia anak~”
“ Aku temennya Diandra, salam kenal. Namaku Sofia Farasya.” Potong Sofia dengan cepat.
Diandra melirik Sofia heran, kemudian Sofia berbisik bahwa dia tidak ingin semua orang tahu siapa dia dan dia juga tidak ingin status papa Bian sampai di ketahui oleh mereka semua.
“ Sofia, kamu udah masuk.” Sahut seseorang membuat Sofia menoleh dengan cepat.
Sofia ingat wajah lawan bicaranya saat ini, dia adalah teman perempuan Diandra yang bernama Nadia. Dan dia juga yang dulu pernah datang ke rumah, dan mengajak Diandra jalan-jalan keliling Jakarta.
“ Kamu tau aku pindah ke sini.?” Tanya Sofia.
“ Diandra banyak cerita soal kamu, semalam dia juga kasih tau aku kalau kamu masuk di kelas yang sama kaya kita.” Jawab Nadia.
Sofia hanya tersenyum simpul mendengarnya, tak lama kemudian kelas sudah mulai di penuhi oleh murid kelas 1-2. Mereka pun berkenalan dengan Sofia begitu pun sebaliknya, di kelas itu Sofia benar-benar merasakan perbedaan yang sangat jauh dari teman kelasnya di SMA Bakti Jaya.
**
Sepulang sekolah, Sofia ikut menemani Diandra ke ruang guru untuk mengantarkan buku milik salah satu guru yang mengajar di kelas hari ini. Alasan Sofia ikut tak lain untuk mencari sosok Galih, dia mencari tulisan kelas dua di setiap kelas yang di lewatinya namun dia tidak menemukan cowok itu dimana pun.
Sepulang dari ruang guru barulah Sofia bertemu dengan Galih, cowok itu baru saja keluar dari ruang kelas yang di yakini Sofia sebagai kelasnya. Tanpa menunggu waktu lama Sofia langsung memanggilnya dan membuat cowok itu menoleh dengan cepat.
“ Kak Galih apa kabar? “ Tanya Sofia yang bahkan tidak memperhatikan Diandra yang saat ini tengah memperhatikannya.
“ Baik.”
Sikap Galih yang cuek namun perhatian membuat Sofia begitu tertarik kepadanya, wajahnya memang tidak begitu menarik perhatian banyak cewek-cewek namun entah mengapa dia berhasil membuat Sofia merasa dunianya berubah setelah mengenalnya.
“ Kamu ke mobil duluan, aku mau bicara sebentar sama Kak Galih.” Kata Sofia pada Diandra.
“ Ya udah aku duluan kalo gitu.” Balas Diandra dan bergegas pergi, tatapannya fokus ke Galih yang membuat Diandra merasa harus mewaspadai cowok itu.
“ Kak Galih mau pulang ya.?” Tanya Sofia setelah Diandra pegri.
“ Iya, emang kenapa.?”
“ Nggak, Cuma mau tanya.”
“ Hmm, kak Galih boleh minta nomor whatsappnya gak.?” Entah apa yang mendorong Sofia sampai berani meminta nomor telpon seorang pria yang bahkan baru di kenalnya dalam beberapa hari ini.
“ Nomor w******p, buat apa.?” Tanya Galih menatapnya heran.
Jika kebanyakan perempuan akan terpukul mendengar hal itu namun tidak bagi Sofia, dia juga bingung kenapa dirinya bisa seberani ini. Dia bahkan tidak memiliki pengalaman apapun dengan laki-laki, dia bisa berani seperti ini karena dorongan hatinya yang begitu kuat.
“ Buat bisa kenalan lebih sama kak Galih.” Jawab Sofia.
Awalnya Sofia mengira Galih tidak akan memberikan nomornya karena dia terkesan sangat cuek, namun pada akhirnya dia yang meminta nomor Sofia agar Sofia tidak merasa gengsi karena memulai semuanya sebagai seorang perempuan.
Sofia menyebutkan nomornya kepada Galih dan setelah selesai cowok itu langsung menghubungi Sofia, terdengar suara dering ponselnya yang dimana nomor Galih sudah masuk.
“ Udah ya, gue duluan.” Ucap Galih di balas anggukan cepat oleh Sofia.
Sofia kembali menatap layar ponselnya dimana saat ini terpampang jelas nomor Galih, dia menyimpannya dengan nama Kak Galih pada kontak ponselnya. Setelah itu dia bergegas menuju mobil dengan perasaan puas.
**
“ Aku udahan makannya.” Ucap Sofia yang bergegas meninggalkan ruang makan.
“ Loh kok cepat banget.?” Tegur papa Bian heran melihat Sofia.
“ Udah kenyang pa, aku ke atas dulu ya.” Lanjutnya cepat yang membuat papa Bian hanya dapat diam termenung menyaksikan putrinya berlari menuju kamar dengan sangat bersemangat.
Sofia tiba di dalam kamarnya dan langsung meraih ponsel, dia melihat apakah sudah ada pesan yang masuk dari Galih apa belum. Dan ekspresi sedih di wajahnya terlihat sangat jelas, sejak sepulang sekolah dia sudah menunggu cowok itu mengirimkan pesan dan ternyata nihil.
“ Apa aku chat duluan aja?”
“ Tapi apa yang harus aku katakan.?”
Kini Sofia sudah membuka room chat dia dan Galih, beberapa kalimat sudah ia tulis namun di hapus setelah ia sadar bahwa ini terkesan sangat memaksa dan cukup memalukan.
“ Sebenarnya aku kenapa sih? Kok sampai segitunya sama cowok.?”
Sofia bertanya-tanya tentang perasaannya itu namun dia tidak bisa diam saja, gadis itu segera membuka google dan mencaritahu tentang perasaannya yang sangat aneh ini. Dengan polosnya Sofia mencaritahu dengan kata kunci perasaan senang terhadap lawan jenis.
Dan Sofia menemukan beberapa artikel yang merujuk kepada perasaan suka terhadap seseorang, ketika dia membuka artikel itu dan membacanya sekilas ia mulai merasa bahwa apa yang di sebutkan juga tengah di rasakan olehnya saat ini.
“ Apa iya aku jatuh cinta sama Kak Galih.?” Ucap Sofia sambil membayangkan wajah Galih tadi siang.