Sepulang sekolah, Sofia langsung menemui Diandra dan ingin memberitahu soal ini. Namun ketika Sofia sampai di rumah, dia melihat Diandra bersama seorang gadis sedang asyik mengobrol hingga sesekali tertawa.
Sofia melirik gadis berambut panjang itu dengan tatapan menerka, dia tidak mengenalnya namun dia bisa memastikan bahwa gadis itu adalah teman satu sekolah Diandra di lihat dari corak seragamnya yang sama.
“ Dia siapa Ndra.?” Tunjuk gadis itu ke arah Sofia yang sedang bersembunyi di balik pohon.
“ Sofia.” Seru Diandra yang sudah menoleh dan menangkap sosok Sofia disana.
“ Ngapain disana, sini duduk.” Panggil Diandra kemudian menghampirinya.
Kini Sofia sudah bergabung dengan teman Diandra itu, mereka pun saling berkenalan satu sama lain.
“ Hai, kenalin namaku Nadia Puspa. Temannya Diandra waktu SMP.” Ucap Nadia sambil menyodorkan tangannya.
“ Aku Sofia Farasya.” Jawabnya menerima uluran tangan tersebut.
“ Cantik banget yah, Diandra udah ngomong sebelumnya kalau anak majikannya sangat cantik.” Seru Nadia mendapat cubitan kecil dari Diandra yang menahan malu.
“ Jangan dengerin dia.” Balas Diandra melirik Sofia.
Melihat Diandra dan Nadia yang sangat dekat dan saling menjahili satu sama lain entah mengapa membuat Sofia merasa terasingkan, dia seperti memiliki jarak yang sangat jauh dengan keduanya. Bahkan niat awal ingin memberitahu Diandra soal rekreasi mendadak di urungkan karena hal ini.
“ Aku mau pulang, nanti papa nyariin aku.” Sahut Sofia.
“ Oh iya, hati-hati ya.” Balas Diandra kembali membuat Sofia merasa kesal, biasanya Diandra akan mengantarnya sampai rumah namun sekarang dia membiarkan Sofia pulang dengan sendirinya.
**
Pintu ruang rapat baru saja terbuka, seorang pria dengan jas hitamnya baru saja keluar sambil mengecek ponselnya setelah ia mendapat satu pesan dari putrinya. Tanpa menunggu waktu lama dia pun langsung menghubungi putrinya itu.
“ Halo, Sofia? ada apa sayang, papa baru lihat panggilan tak terjawab dan pesan dari kamu soalnya papa baru aja selesai meeting dengan klien.”
“ Aku Cuma mau bilang kalau Diandra di bolehin ikut sama senior di sekolahku, jadi aku boleh kan ikut rekreasi minggu ini pah.?”
“ Hmmm, kok bisa sih? Kan Diandra udah nggak sekolah disana lagi.?”
“ Bisa dong, aku kan langsung ngomong ke senior soal ini.”
“ Nanti kita lanjut di rumah, papa harus mengurus urusan kantor dulu.”
Bian mengakhiri panggilannya dengan perasaan cemas, ia tak menyangka ucapannya yang kemarin hanya candaan akan berakhir seperti ini. Satu-satunya cara untuk menggagalkan semuanya ada pada Diandra, jika anak itu tidak setuju maka Sofia pun tidak akan pergi.
“ Ada apa pak? Kok wajahnya keliatan cemas gitu.?” Tanya Silvia sekretaris Bian.
“ Ini Sofia minta izin buat rekreasi, tapi saya nggak mau dia pergi apalagi sampai keluar kota gitu.”
“ Ya udahlah pak di kasih aja, anak jaman sekarang kalau di larang nanti malah berontak.”
“ Dia itu anak sayang satu-satunya, perempuan lagi. Mana bisa saya kasih izin ketemu sama banyak laki-laki, dan orang-orang baru yang dia kenal.”
“ Pak Bian lebih mementingkan ego atau kesehatan mental Sofia.?” lontar Silvia membuat papa Bian terdiam.
“ Seringkali orang tua lupa bahkan tidak pernah ingin tahu apakah anaknya itu bahagia apa tidak? Yang orang tua pikir hanyalah bagaimana anak itu bisa tetap aman dan sehat.”
“ Jadi apa yang harus saya lakukan Sil.?” Tanya papa Bian memandang sekretarisnya itu dengan tatapan bingung.
**
Mendengar suara mobil papanya seketika membuat Sofia langsung beranjak dari sofa dan segera menghampirinya penuh semangat, dia tidak sabar mendengar jawaban papanya atas perckapan mereka tadi sore.
“ Papa, gimana lanjutan yang tadi sore? Aku boleh pergi kan.” Ucap Sofia penuh antusias.
“ Hmmm, kita masuk ke dalam rumah dulu yah.” Balas Papa Bian di balas anggukan pelan dari Sofia.
Kini Papa Bian dan Sofia sudah berada di ruang tengah, terlihat papa Bian yang masih bingung harus menjawab apa. Sedangkan Sofia saat ini tampak tak sabar dengan memandang wajah papanya bak anak kecil yang sedang meminta sebuah hadiah.
“ Diandra mana? Kamu udah tanya dia soal ini.?” Tanya Papa Bian kemudian.
“ Aku belum sempat bilang ke dia, tapi aku yakin dia pasti mau kok.”
“ Bagaimana kalau dia nggak mau, kamu nggak usah pergi yah.”
Kebetulan saat itu Diandra datang hendak membawakan mbok Tati pesanannya, kemudian papa Bian memanggil cowok itu untuk membahas hal ini. Diandra terlihat kebingungan terlebih lagi ketika mendapati wajah Sofia yang memberikan kode tidak jelas.
“ Ada apa pak.?” Tanya Diandra sopan.
Sofia kemudian menjelasnkan semuanya kepada Diandra, lalu Sofia kembali memberikan kode untuk setuju di balik papanya. Diandra yang bingung pun masih terdiam tanpa suara, papa Bian menyuruhnya untuk menjawab sesuai apa yang di inginkan Diandra tanpa paksaan.
Diandra tahu kalau pergi rekreasi seperti itu memerlukan banyak biaya dan persiapan yang matang, sedangkan dirinya tidak pernah ikut seperti itu dan akhirnya dia menolak untuk ikut.
“ Kamu dengar itu Sofia? Diandra tidak setuju pergi denganmu.” Sahut Papa Bian.
Sofia terlihat sedih, raut wajah bahagianya semenit yang lalu seketika berubah drastis. Sofia pun beranjak dari ruangan itu dan berlari menuju kamarnya tanpa sepatah kata pun lagi.
Papa Bian tak bisa melihat kesedihan barusan, seharusnya dia senang sebab Diandra sudah menolak. Namun entah mengapa ia merasa bersalah, kemudian papa Bian melirik Diandra yang masih menunggu perintah untuk boleh pergi.
“ Kamu ikut yah, jagain dia untuk saya.” Ucap Papa Bian seketika membuat Diandra terkejut.
Padahal salah satu alasannya menolak karena ia paham bagaimana papa Bian sangat menentang hal ini, dan pada akhirnya dia harus menerima ajakan itu yang tidak dapat di tolak oleh Diandra jika papa Bian yang memintanya.
**
Semalam papa Bian menemui Sofia dan berkata bahwa dia bisa pergi bersama Diandra. Hal itu membuat Sofia merasa senang dan mengucapkan banyak terima kasihnya kepada papa Bian dan juga Diandra.
Keesokan harinya Sofia terkejut melihat semua persiapan yang di lakukan papa Bian untuknya, mulai dari perlengkapan tidur, mandi, obat-obatan, snack, hingga uang di siapkan oleh papa Bian dengan lengkap.
“ Pah, aku kan Cuma mau berangkat tiga hari. Nggak usah banyak begini bawaannya pah.” Balas Sofia sambil terkekeh dengan perlakuan papa nya itu.
“ Kamu itu harus bawa semua ini buat jaga-jaga, papa nggak mau kamu kekurangan apa-apa disana.”
“ Tapi aku nggak bisa bawanya pah, ini banyak banget.”
“ Kan ada Diandra yang bantu kamu.”
“ Nggak ah, aku nggak mau repotin dia.”
Sofia kemudian memilih beberapa barang yang sekiranya di perlukan untuk di gunakan disana, karena Sofia hanya mengambil separuh dari barang yang di siapkan alhasil papa Bian memberikan jumlah uang yang lebih banyak.
“ Terima kasih ya pah udah izinin aku pergi.” Sofia memeluk papa Bian sebagai bentuk kasih sayangnya terhadap papa Bian.
“ Kamu harus janji sama papa jangan nakal disana, kalau ada apa-apa langsung telpon papa, oke.”
“ Siap bos.” Seru Sofia sambil tersenyum manis.
**
Hari keberangkatan pun tiba, satu buah bus besar sudah menunggu siswa kelas 1-1 untuk membawa mereka semua. Sementara untuk anggota osis dan para guru yang ikut serta akan menggunakan mobil pribadi masing-masing.
Semua siswa di kumpulkan di halaman sekolah untuk mendapatkan arahan dari kepala sekolah terlebih dulu, semua siswa berbaris dengan rapih dan tertib hingga mereka di persilahkan untuk naik ke dalam bus.
Sofia duduk bersebelahan dengan Mayang, sedangkan Kayla bersama Naura. Untungnya mereka menerima keberadaan Diandra juga meski dia sudah bukan bagian dari SMA Bakti Jaya.
“ Semuanya tolong dengarkan. “ Ketua osis saat ini sedang berdiri di depan membuat semua murid terfokus kepadanya.
“ Perjalanan kita menuju puncak Bogor sekitar lima jam sampai di tempat tujuan, jika ada yang membutuhkan sesuatu kalian bisa lapor ke anggota osis yang duduk di belakang sana.”
“ Baik kak.” Seru semuanya kompak.
Setelah ketua osis turun dari bus, barulah bus mulai melaju meninggalkan pekataran sekolah. Sofia melirik keluar jendela dengan perasaan aneh, dia tidak terbiasa naik bus dan membuatnya sedikit pusing.
Namun melihat teman-temannya yang lain membuat Sofia harus menahan semua itu, dia harus terbiasa dan berbaur dengan mereka semua.
**
Satu jam perjalanan sudah terlewati, Sofia semakin merasa pusing dan mual. Karena tak tahan dengan semua itu dia akhirnya muntah-muntah, Mayang yang melihatnya merasa jijik dan segera menyingkir dari sana.
“ Kak, Sofia muntah-muntah.” Sahut Mayang membuat semua orang di dalam bus terkejut.
Saat itu Diandra yang paling cekatan menghampirinya, dia bahkan membersihkan bekas muntahan Sofia tanpa rasa jijik. Dia juga yang memberikan Sofia aroma terapi untuk mengurangi rasa mualnya.
“ Ada apa Sofia? kamu nggak bisa naik bus ya.?” Tanya salah satu senior.
“ Aku baru pertama kali naik bus kak” Balas Sofia parau.
Setelah memikirkannya baik-baik akhirnya Sofia di pindahkan ke salah satu mobil para senior, mereka cukup terkejut mengetahui ada orang yang baru pertama kali naik bus dan mabuk di buatnya.
“ Kamu nggak apa-apa kan sama mereka di mobil ini.?” Tanya Diandra setelah mengantar Sofia masuk ke dalam mobil senior.
“ Nggak apa-apa.” Balasnya pelan.
Dan setelah Sofia di pindahkan ke mobil senior. Diandra pun kembali ke dalam bus. Perjalanan pun di lanjut, namun teman-teman Sofia di dalam bus merasa iri padanya karena dapat pergi bersama para senior di mobil yang nyaman.
Sementara itu Sofia yang berada di mobil milik seniornya hanya bisa bersandar sambil menghirup aroma terapi yang Diandra berikan di bus tadi, berada di mobil itu membuat Sofia merasa sedikit lebih baik.
“ Kamu udah nggak apa-apa.?” Tanya Dava sambil menoleh ke arah Sofia.
“ Nggak apa-apa kak.” Balasnya lirih.
“ Kamu bisa tidur dulu, nanti kita bangunin kalau udah sampai.”
“ Iya kak.”
Perlahan tapi pasti Sofia mulai menutup kedua matanya, ia merasa sedikit nyaman sebab di sampingnya adalah senior wanita. Mungkin jika di dalam mobil itu adalah laki-laki semua dia akan merasa tidak nyaman.
**
Sayup-sayup Sofia mendengar suara seseorang memanggil namanya, dia juga merasakan sentuhan dari seseroang yang membuatnya akhirnya tersadar. Ketika Sofia membuka kedua mata rupanya dia sudah tiba di lokasi.
“ Ayo turun, kita pindah ke kamar biar kamu bisa istirahat dengan nyaman.” Ujar senior perempuan di sebelahnya.
Rupanya bus yang di tumpangi oleh teman-temannya belum datang, para senior dan guru sudah duluan sampai sehingga mereka langsung merapihkan barang-barang mereka dan ada beberapa yang bersantai di teras villa.
Sofia di bawa ke salah satu kamar yang di khususkan untuk para siswa, dan disana dia di perbolehkan untuk lanjut istirhat.
Tok...tok...tok
Sofia dan senior yang bernama Gita itu menoleh ke arah pintu kamar, rupanya Dava datang sambil membawakan minuman hangat untuk Sofia. sejak mereka tiba dia langsung terjun ke dapur untuk membuatkannya.
“ Terima kasih banyak kak Dava.” Seru Sofia di balas anggukan pelan dari Dava.
“ Udah yuk, biarin dia istirahat.” Ajak Gita dan mereka pun meninggalkan Sofia di kamar itu sendirian.