First love

1106 Words
"Kami akan tinggal di apartemen ku. Kebetulan aku baru membeli apartemen untuk tempat tinggal setelah menikah," ucap Bryan membuat Rere menoleh ke arah suaminya. Gadis itu sempat mengerjapkan matanya. Namun, sesaat kemudian Rere tersenyum pada dirinya sendiri. "Rupanya Bryan semaksimal itu mempersiapkan kehidupannya bersama Cantika," gumam Rere dalam hatinya. Ada rasa sakit yang sempat menyapa hatinya. Tapi Rere berusaha tegar. Nyatanya kini dia lah yang menjadi istri Bryan. Itu artinya dia memiliki kesempatan untuk membuat pria yang dicintainya jatuh cinta padanya. Bukan kah dulu Rere memiliki telah jatuh cinta pada pandangan pertama yang sempat dia ragukan? Ya Bryan bukan hanya cinta pertamanya. Tapi juga cinta pada pandangan pertama nya. Rere berharap Bryan adalah yang pertama dan terakhir baginya. Flashback Pagi ini suasana London begitu menyiksa bagi Rere yang terbiasa hidup di negara tropis. Musim dingin telah tiba. Suhu di wilayah London rupanya telah menginjak di angka -8°C. Membuat dirinya harus terbiasa memakai pakaian super tebal, berlapis-lapis bahkan dengan jaket bulu angsa. Jika saat ini dirinya berada di Indonesia tentu akan mandi keringat. Tapi saat ini dia berada di London. Tempat di mana dirinya diterima sebagai mahasiswi jalur beasiswa di Universitas London karena kecerdasannya. Saat ini gadis cantik bernama lengkap Aurel Shifa Surya itu sudah cantik dengan hijabnya yang berwarna pink. Rere sudah siap untuk beraktivitas hari ini. Tapi suasana dingin benar-benar membuat nya terkejut. Rere tak menyangka musim dingin sehebat ini rasanya. "Ya Allah dingin banget," ucap Rere baru saja keluar dari apartemen nya. Kemudian mengulurkan tangan berlapis sarung tangan tebal untuk menerima salju pemberian langit. "Masya Allah, Cantik banget," ucap Rere menatap langit yang bertabur salju. Bahkan pepohonan tampak memutih. Bangunan pun memutih. Persis seperti pada kartun Disney favoritnya saat menampilkan suasana musim dingin. Namun seketika tubuhnya menggigil tepat di saat angin menyapa. "Dingin banget ya Allah. Padahal baju udah tebal banget ini," ucap Rere. "Oke Rere semangat ya. Kamu harus lulus dengan nilai bagus untuk membanggakan orang tua mu," ucap Rere melafalkan afirmasi bagi dirinya sendiri. Kini gadis itu pun mulai melangkahkan kakinya menapaki jalan putih yang panjang. Bergerak cepat menuju halte bus untuk bisa segera sampai ke kampus nya. Dan akhirnya Rere pun sampai di halte bus. Tak lama kemudian bus yang akan mengantarnya ke tujuan pun tiba. Membuat Rere segera berbaris untuk masuk ke dalam bus. Sayangnya saat dirinya naik ke dalam bus, rupanya bus sudah hampir penuh. Rere pun mencari tempat untuk duduk. Dan dia duduk di samping seorang pria. Pria yang begitu misterius. Menggunakan topi dan mantel tebal dengan kerah yang menutupi setengah wajahnya. Jujur saja Rere sempat khawatir jika pria ini adalah orang jahat. Hal itu membuat Rere menyapukan pandangannya ke segala arah. Mencari kursi penumpang lain yang kosong. Nyatanya semua kursi tampak penuh. Dan akhirnya mau tidak mau Rere pun duduk di samping pria misterius itu. Saat Rere duduk, pria itu sempat menoleh ke arah Rere memberikan tatapan tajam dari netra hazel nya yang menawan. Lalu membuang wajahnya ke arah kaca jendela bus. Rere hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia berharap pria yang dia pikir jahat ini hanya perasaan nya saja. Bus pun kembali melaju. Jantung Rere berdegup kencang. Gadis itu pun meletakkan tas di pangkuan nya. Kemudian memeluk tas itu untuk mengurangi rasa takut. Sesekali Rere menoleh ke arah pria itu untuk berjaga-jaga. Tapi rupanya pria itu hanya diam menatap kaca jendela tanpa bergerak sedikitpun. Sedangkan pria misterius itu segera menoleh ke arah Rere karena merasa diperhatikan. Tentu saja hal itu membuat Rere segera membuang tatapannya ke arah lain. "Dasar cewek aneh," gumam pria itu terdengar jelas di telinga Rere. Rere pun membelalakkan matanya. sungguh gadis itu merasa sangat terkejut. Bukan karena kalimat apa yang diucapkan oleh pria itu. Tapi karena bahasa yang diucapkan oleh pria itu adalah bahasa Indonesia yang fasih. "Apa pria ini orang Indonesia?" Gumam Rere. Dan gadis itu pun mengingat netra hazel milik pria itu. Jelas warna hazel bukanlah warna netra warga negara Indonesia. Karena kebanyakan warga negara Indonesia memiliki netra mata hitam dan coklat saja. Pergerakan bus yang mengerem membuat Rere terdorong ke depan. Gadis itu pun terkejut karena saat ini dia tidak siap sama sekali. Membuat nya sedikit terantuk kursi di depannya. "Aduh," gumam Rere merasa keningnya cukup sakit. Dan akibat hal itu membuat Rere mendengar kekehan tipis dari seseorang. Siapa lagi kalau bukan pria di sampingnya. "Sial. Baru kali ini aku diketawain," gumam Rere dalam hatinya. Sungguh gadis itu merasa cukup malu. Tapi juga ada rasa kesal yang bergelayut dalam perasaannya. Membuat Rere segera menoleh ke arah pria misterius itu. Rere pun merapatkan bibirnya karena kesal. Saat ini dia melihat dengan jelas pria itu sedang menahan tawa. Namun wajahnya kembali dingin saat menyadari Rere menoleh ke arahnya. Lagi-lagi pria itu menatap ke arah jendela. Menatap gerakan pohon yang terus menjauh. Begitu rapi dan tertata indah dengan balutan salju putih. Pemandangan yang menawan di musim dingin. Sedangkan Rere kembali memperbaiki posisi duduknya. Dan lagi-lagi bus yang ditumpangi nya kembali berhenti. Beruntung Rere dalam posisi siap sehingga dirinya tidak sempat terantuk kursi depan. Seketika suasana bus pun ramai akan penumpang. Rupanya kali ini bus berhenti di halte bus. Dan menerima penumpang. Pandangan Rere pun tertuju pada seorang nenek yang membawa tas besar. Nenek tua itu tampak menyapukan pandangannya untuk mencari kursi penumpang yang kosong. Tapi sayangnya semua kursi tampak berpenghuni. Rere pun ikut menyapukan pandangannya untuk mencari kursi kosong. Sayangnya memang sudah penuh. Bahkan tak ada satu pun penumpang yang peduli pada nenek tua itu. Ada penumpang yang asik tidur, ada yang masih asik bermain handphone. Bahkan ada yang berpura-pura tak melihat nenek tua itu. "Ya Allah," gumam Rere dalam hatinya. Gadis itu pun menggelengkan kepalanya heran. Kini Rere pun hendak bangkit berdiri. Namun, pria itu menahan lengan nya. Membuat Rere refleks menghempaskan tangan pria yang sempat duduk di sampingnya. Rere tak biasa dengan sentuhan sembarangan dari seorang pria. Bahkan ini adalah hal pertama kali baginya. "Don't touch me. (Jangan sentuh aku)," ucap Rere ketus. Pria itu sempat memicing kan matanya heran dengan apa yang dilakukan Rere. "Sorry. I just want to stand up. (Maaf. Saya hanya ingin berdiri)," ucap pria misterius itu. Dan Rere pun segera menyingkir. Membiarkan pria itu berdiri dan keluar dari kursinya. "Please sit down, Grandma. (Silahkan duduk, Nek.)," ucap Bryan pada nenek tua itu. Dan Rere pun terpesona akan sikap sopan nya. Suara pria itu benar-benar lembut pada sosok nenek yang tidak dikenal. Memperlihatkan pribadi yang tampak berbanding terbalik dengan pakaiannya. Setelah nenek tua itu duduk di samping Rere. Rere sesekali mencuri pandang ke arah pria misterius itu. Dan kini kerah yang sempat menutup sebagian wajahnya tampak tersingkap. Memperlihatkan wajah tampan yang mempesona. Flashback end Pria itu adalah Bryan. Cinta pertamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD