Pasca menggunakan jasa si mbah dukun, kehidupan Paijo lumayan membaik. Dia diberikan sebuah pekerjaan yang cukup memadai sehingga dirinya dapat membayar semua hutang sahabat karibnya, Lek Minto. Namun sayang, semenjak kedekatan Paijo dengan si Juminten membuat hati Lek Minto merasa cemburu membuat hubungan pertemanan mereka sedikit merenggang.
Ini adalah waktu di mana si Paijo ingin pergi Holiday dan menikmati waktu bersama si Juminten. Mereka menyusun rencana agar bisa pergi dan menikmati waktu berdua. Tujuannya bukan berlibur di kota, melainkan di sebuah kampung yang terkesan pelosok dan jauh dari pemukiman. Waktu liburan itu juga dia manfaatkan untuk menggaet hati si Juminten nan alay j****y.
Awalnya Juminten menolak ajakan si Paijo karena Juminten kurang menyukai Paijo. Namun, karena rasa belas kasihan yang setiap saat Paijo selalu membujuknya akhirnya si Juminten mau pergi bersamanya. Mereka pergi ke sebuah tempat dan menetap di sebuah villa kecil yang terdapat di suatu kampung. Kampung itu juga terkenal dengan udaranya yang nyaman dan tentram sehingga siapa saja menginginkan untuk berlibur ke sana.
"Mas Paijo, apa nggak baik jika kita harus menginap di sini hanya berdua?" pertanyaan Juminten membuat Paijo mengatur napasnya.
Meski ini kali pertama dirinya harus menikmati momen bersama seorang gadis, Paijo juga sedikit kikuk harus bersikap seperti apa. Lagi-lagi wajah Juminten membuat si Paijo merasa terpesona. Bukan karena apa, karena si Juminten lebih dominan mirip artis film horrornya itu. Sehingga membuat si Paijo merasa rerobsesi untuk terus menggaet hati pujaannya.
"Nggak ape-ape, Jum. Pokoknye lu tenang aje, gua kagak bakal ngapa-ngapain, lu," hanya itu yang dapat diungkapkan oleh seorang Paijo.
Tanpa di sadari dari kejauhan ada seseorang yang sengaja membuntuti kepergian mereka. Lelaki itu adalah Sujimin,dia merasa cemburu karena kedekatan Juminten bersama si Paijo. Padahal selama ini Sujimin sudah lama nenyimpan perasaan suka terhadap Juminten. Entah karena apa membuat si gadis itu lebih memilih Paijo. Padahal si Paijo tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan dirinya, ya … walaupun sikapnya sendiri sedikit b***t.
Enak banget lu bise menikmati momentum berdua ame si Juminten. Padahal selama ini, gua udah baik ame tuh gadis, masih aje dianggurin. Pokoknye gue kagak tinggal diem.
Sujimin kembali bergegas pulang ke rumahnya. Rasa cemburu dan rasa sakitnya tak dapat lagi dibendung. Dia pun mencari segala cara supaya dapat menyingkirkan si buto ijo itu dari Juminten. Agar dirinya dapat berkuasa penuh dengan Juminten.
"Lek, bagaimane kalo lu pindah profesi?" ucap Sujimin pada Lek Minto.
"Ape maksud, lu, Min?" tanya Lek Minto tak mengerti.
"Gini … pan lu juge dendam ame tuh Paijo, gua ingin lu beralih profesi sebagai dukun. Gua mau lu buat tuh anak sengsare, gimane?"
"Wah! Kagak segampang itu, Min. Apalagi dukun itu kan ajaran sesat, Min,"
"Udeh, kagak ape-ape, gua bakal bayar lu dah nantinye,"
"Haduh, Miin,"
"Gimane?"
"T-tapi, Min,"
"Sepuluh jute, gimane?"
Setelah dipikir-pikir lamanya, Lek Minto pun akhirnya menyanggupi keinginan si Sujimin. Selain itu dia juga dapat dengan mudah membalas dendam dan rasa sakitnya kepada si Paijo. Beralih profesi dari penjual bakso menjadi dukun mungkin membutuhkan waktu yang lama, memprlajari dasar ilmu perdukunan tak semudah mendapatkan cintanya si ono.
Usai beberapa hari berlalu, Sujimin mendapat kabar baik bahwa si Juminten akan pergi ke luar negeri. Dia sengaja mengambil kesempatan itu untuk mendukung kepergian si Juminten. Menyiapkan beberapa keperluan akomodasinya dan juga baya lainnya. Meski itu harus membuat Sujimin menguras kantong sepenuhnya akan dilakukannya untuk gadis itu.
Kepergian Juminten akan dilakukan setelah dua hari berikutnya setelah mempersiapkan segala kebutuhan dan keperluan lainnya. Sujimin sangat semangat dan telaten nembantu mempersiapkan segala keperluan gadis itu. Mungkin saja demi rasa simpati agar Juminten juga menaruh hati padanya. Iya kali, su Juminten menyukai tipe lelaki seperti Sujimin?
*****
"Pak, bagaimana ini rencana kita gagal untuk menjodohkan Paijo karo Munawaroh," gerutu si emak Paijo.
"Lah, piye meneh. Paijone ra tresno karo si Munawaroh, malah ndeen tresno karo si Juminten," balas si bapak.
"Juminten sing kae tho, Pak. Sing alay ples centil,"
"Nggih, Mak. Piye meneh anake dewe tresno, yo bapak nggak bisa melarang,"
"Iyo, yo, pak. Seng penting anake seneng yo awak melu seneng, lagipula si Paijo wes gerang bukan bocah meneh,"
"Iyo, Mak,"
"Ya wes, Pak. Ayo makan, keburu nasiknya dingin,"
"Nggih, Mak."
Sepasang suami istri itu pun langsung menyantap hidangan di atas meja. Mereka sebenarnya merasa nelangsa dengan tindakan yang diambil oleh Paijo yang lebih memilih menyukai si Juminten. Padahal harapan mereka adalah, berharap si Paijo menikahi gadis seperti Munawaroh. Meski sedikit lugu, dan kalem, justru dia sangat baik dan nggak ganjen.
Paijo, berada di sebuah ruangan dengan berbagai sesajen dan dupa di depannya. Kali ini dia benar-benar ingin mempelajari sedikit demi sedikit ilmu hitam perdukunan. Salah satu tujuannya adalah, berharap si gadis pujaannya itu bisa kepincut dengannya.
"Mbah, apa perlu waktu lama untuk mempelajari ilmu ini?" tanya Paijo penasaran.
"Lumayan,"
"Berapa lama itu, mbah?"
"Ya … pokoknya lama, seperti menunggu waktu kiamat,"
"Lah, mbah, bukannya saya sudah membayar dpnya, kok masih dipending juga?"
"Karena menjadi dukun itu bukan sembarangan, melainkan harus benar-benar yakin dan niat, kalau mentalnya lemah, auto down,"
"Tapi, mbah, saya benar-benar menyukai hal-hal yang berbau mistis, mbah, kalau mbah nggak percaya bisa dicek di ponsel saya banyak film horror,"
"Bagus!"
"Terus, piye niki, mbah?"
Si mbah dukun memberikan sedikit ajaran kepada Paijo mengenai teknik perdukunan. Mungkin memang membutuhkan waktu yang lama untuk menikmati hasilnya. Apalagi si Paijo sudah terobsesi banget menjadi seorang dukun dengan tujuan agar bisa memenangkan hati si Juminten.
Meskipun belum ada tanggapan sedikit pun dari mulut gadis itu mengenai rasa sukanya, Paijo tetap mengandaljan segala cara supaya bisa membuat hati si Juminten merasa melas kepadanya.
"Mas Paijo, mohon maap ye, Juminten belum bise menerime cinte Mas,"
"Nggak papa Jum, sing penting saya nggak akan pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Juminten."
Memang sakit rasanya, jika cinta harus bertepuk sebelah kaki. Paijo tak merasa jemu untuk terus berjuang mengambil hati Juminten. Berbagai cara dilakukannya untuk terus memenangkan hatinya. Sama halnya dengan Sujimin, dia pun menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan jauh-jauh sosok Paijo dari hadapan Juminten. Berharap agar gadis itu jemudian jatuh ke dalam rangkulannya. Paijo tak menyadari jika di sisi lain ada seseorang yang hendak melakukan kejahatan padanya. Paijo tetap fokus dengan ajaran ilmu yang diberikan oleh si mbah dukun yang merupakan kakek buyutnya.
"Akhirny … gua bise juge menguasai limu hitam perdukunan, tunggu aje gua ye, Jum, gua yakin lu bakalan nerime cinte gua, hahahah."