Dukun Somplak

1054 Words
Unti langsung balik badan dan segera pergi menjauh dari rumah dukun tersebut. namun tak lupa ia meninggalkan jejaknya seperti awal tadi yaitu kentut nan wangi. Si dukun yang mendapati aroma itu lagi seketika langsung menggelepar, kejang kejang dan tidak sadarkan diri. Sungguh efek dari kentut itu sangat dahsyat buat manusia biasa. Dalam sekejap Unti sudah berada di tempat lain. Kali ini rumah yang cukup baik di bandingkan dengan rumah dukun yang kumuh tadi. Kali ini ia begitu yakin jika rumah ini adalah korban yang akan menjadi tujuan peletnya. Perasaan yang ia rasakan nyaris sama sewaktu ia pertama tiba di rumah dukun. Ia seperti ditarik oleh sebuah kekuatan untuk mengarahkannya ke seseorang yang akan menjadi korban pellet dari sang dukun. Tibalah ia dalam sebuah kamar sederhana dengan kondisi yang agak semrawut. Tampak pakaian bekas pakai, celana dalam yang berhamburan di lantai serta beberapa sampah yang tercecer. Cahaya lampu juga tidak begitu terang, hanya remang remang cahaya dari lampu yang kelihatannya memiliki watt yang kecil. Sisa sisa makanan yang sudah menjamur juga terlihat di biarkan begitu saja. Sungguh kamar ini lebih cocok sebagai tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Di tengah tengah ada ranjang yang berkelambu kuning menutupinya. Dalam kelambu tersebut ada seseorang yang sedang tertidur pulas hingga mendengkur begitu kerasnya. Suara dengkuran tersebut cukup memekakkan telinga. Bahkan dari luar tadi ia sudah mendengarnya, hanya saja ia masih ragu apa benar suara itu dari wanita yang ada di hadapannya. Ketika Unti mendekat, suara tersebut semakin kencang. Dilihat dari pakaian yang ia gunakan, ia bisa pastikan jika itu adalah wanita yang di maksud sang dukun. Tanpa harus menunggu lebih lama lagi ia langsung masuk ke dalam raga wanita yang ada di ranjang tersebut. Beruntung ketika masuk tersebut ia tidak mengalami hambatan yang berarti. Hanya tinggal menyesuaikan dengan raga tersebut. Sementara di tempat dukun tadi, si pria tadi masih saja sibuk membakar cerutunya. Asap sesajen yang sudah seperti fogging nyamuk tidak juga membuat ia sesak nafas dengan baunya. Seperti balapan saja antara rokok dan dupa yang dibakar si dukun. Untung saja di rumah ini ia tinggal seorang diri, jika ada penghuni lain sudah pasti akan mabok semua penghuninya. Atau yang paling fatal adalah koit semua. Si dukun sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Ia memang telah lama membujang atau hidup seorang diri tanpa ada keinginan untuk berumah tangga. Sang dukun trauma karena sering gagal dalam membangun rumah tangga. Setiap akan melangsungkan pernikahan selalu saja berantakan di saat saat terakhir. Menjalani profesi sebagai dukun juga belum lama ia jalani dan ilmu yang ia dapatkan adalah bukan hasil turun temurun dan juga bukan dari orang tuanya, melainkan dari saudara sepupu tiri ke 9 dari kakek buyut yang ke 13. Ia sangat beruntung ilmu tersebut bisa ia dapatkan tanpa harus susah payah mempelajarinya. Padahal banyak keturunannya yang sangat mendambakan ilmu tersebut. Ilmu itu sangat tidak bermanfaat untuk dirinya melainkan orang lain. Setiap hari rumah sang dukun penuh dengan antrian orang yang ingin menggunakan jasanya. Meski ramai pasiennya tarif jasanya tidak mahal, makanya ia jadi primadona bagi yang ingin menikmati dunia kesesatan. Semua keahlian perdukunan mampu ia kuasai. Hanya saja pantangannya adalah ilmu itu tidak bisa untuk kepentingan pribadi tetapi hanya untuk kepentingan orang lain dan golongan yang sesat. Kebetulan hari itu ia mendapatkan orderan dari seorang pria yang sepertinya sedang sakit hati, sakit jantung, sakit paru dan sakit ambeien. Meski sebenarnya ia sudah tahu dari kejauhan begitu melihat sosoknya semua sudah terbaca segala keluh kesah pasiennya. Termasuk pria ini salah satunya. Kehidupan cinta pria ini sangat mengenaskan. Bila dalam soal pekerjaan ia termasuk orang yang sukses sebagai pengangguran. Namun dalam soal percintaan ia malah sebaliknya. Nyaris tak ada satupun yang ingin menjadi pacarnya, bahkan menjadi temannya juga orang rada ragu ketulusannya. Rupanya pria ini sudah lama mendaftar untuk menjadi pasien si dukun. Nomor antrian yang ia dapatkan cukup panjang, nyaris tembus seribu tiga ratusan. Padahal pasien yang sedang antri di luar hanya 2 orang. Itupun sebenarnya bukan pasien si dukun melainkan dari kolektor koperasi harian dan satunya lagi dari debt kolektor leasing perdukunan. Rupanya si dukun sedang terjebak riba dunia perdukunan. Beberapa media yang ada adalah hasil dari meminjam di toko perdukunan, meski ia memesannya melalui media online tapi bayarnya tetap ngutang. Pasien pria ini lalu curhat dengan dukun bahwa dia barusan saja di campakkan oleh seorang wanita pujaan hatinya. Berbagai cara ia lakukan agar wanita tersebut luluh dan menerima cintanya. Selalu saja berakhir dengan tragis. Tidak hanya sekali dua kali saja ia di tolak cintanya. Bahkan niat ingin melamar juga pernah ia utarakan, tapi respon yang di dapat malah di luar dugaan pria tersebut. Sang wanita tidak menjawab ia atau tidak melainkan langsung kerasukan. Alhasil ia tak pernah berhasil mendapatkan cintanya. Segala macam pengorbanan sudah ia lakukan demi wanita tersebut. Meski sebenarnya semua modal yang ia dapat adalah modal dari pinjam teman atau tetangga. “Pokoknya mbah, aku mau wanita dalam foto ini tergila gila padaku. Biar dia tahu rasa menolak cinta orang ganteng gimana akibatnya.” Si dukun lalu mengernyitkan dahinya ketika mendengar kata ganteng yang terucap dari mulut pria itu. “Kenapa mbah? Ada yang salah dengan ucapan saya?” “Koe iseh waras to le?” (kamu masih waras kan nak?) “Bukannya yang kesini pada ga waras semua mbah?” “Oya lali mbah le. Toss dulu kita!” Si dukun menyanggupi keinginan pria tersebut setelah mengajukan beberapa persyaratan yang bisa di penuhi pria itu. Bayarannya pun sesuai dengan tariff yang sudah di tentukan si dukun. Target yang di inginkan pun sudah di tentukan kedua belah pihak. Tak lupa sang dukun juga sudah mempersiapkan selembar kertas yang berisikan pernyataan mengenai orderan pria itu. Setelah beres barulah si dukun mulai menggarapnya. Hal pertama yang dukun lakukan adalah menyiapkan perlengkapan sesaji untuk memulai ritual pellet tersebut. Di antaranya adalah dupa, kemenyan beraroma bulgari, kembang 13 rupa yang warnanya hitam semua sampai ke getahnya juga hitam, darah semut yang masih perawan, telur nyamuk yang berbentuk kotak, dan terakhir adalah madu singa yang sudah berlogo halal. Setelah semua bahan siap, ia mulai ritual pada malam hari agar tidak mengganggu penghuni lain. Ia berharap bisa mendapat bantuan dari alam sebelah yaitu bersekutu dengan setan. Biasanya ia juga selalu gagal mendapatkan bantuan tersebut. Karena sebenarnya bukan tanpa alasan jika ia gagal. Rupanya si dukun terkenal pelit di dunia sebelah. Sehingga banyak para demit yang ogah memenuhi panggilan atau membantunya menyelesaikan job yang di dapat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD