Si Gadis Cantik Yang Polos.
"Berapa harga satu jam?"
Pertanyaan yang kurang ajar, begitu menghina harga diri Nurani Cahya yang bahkan belum pernah berpacaran dengan seorang lelaki.
Nurani kabur dari kampung karena ayahnya menjodohkannya dengan seorang kepala desa. Ayahnya, Pak Pandir, memiliki hutang besar pada kepala desa itu dan ingin menjodohkan Nurani sebagai ganti hutang tersebut.
Nurani tidak mau, sehingga ia melarikan diri ke kota saat mereka baru saja akan akad. Nurani kabur dengan masuk ke dalam bagasi sebuah Aston Martin warna perak yang kebetulan sedang parkir di garasi minimarket di kampungnya. Sayangnya, mobil itu membawanya ke sebuah parkiran hotel yang tidak ia kenal.
"Hai, cantik. Katakan berapa hargamu?"
Tanya lelaki dengan mata biru laut itu. Nurani menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia keluar dari dalam bagasi tanpa memperhatikan sekitarnya, sehingga ketahuan oleh pemilik mobil.
"Apa maksudmu? Saya tidak menjual diri saya!" cetus Nurani kesal. Alih-alih mengerti, lelaki bermata biru laut itu mendekat dan hampir meraih dagunya. Namun, Nurani lebih cepat menepis dan menampar lelaki itu, lalu berlari tanpa tahu ke mana tujuannya.
Gadis jelita dengan rok putih panjang itu berlari tunggang langgang ke arah gang kecil, berharap lelaki gila itu dan ayah serta kepala desa tidak menemukannya.
Kakinya tertusuk paku karena sendalnya tertinggal di dalam bagasi tadi. Ia juga lupa dengan tasnya yang tertinggal di dalam bagasi lelaki bermata biru laut itu.
"Sakit...."
Kakinya tertusuk paku payung dan darahnya mengalir. Entah siapa yang melemparkan paku payung ke arah gang itu. Nurani merasakan sakit di kakinya, tenggorokannya kering, dan perutnya mulai terasa lapar.
"Emak... Abah... Nur lapar."
Gadis berusia 19 tahun itu pun menangis di pojokan gang, menyembunyikan kepalanya di kedua lututnya, memeluk kakinya erat dengan tangisan yang menyayat.
Sementara itu, Nelson tidak mengejar gadis aneh tadi. Ia berada di hotel, sedang mengecek lokasi untuk pabrik barunya. Ia mampir ke minimarket untuk membeli makanan ringan, namun ketika sampai di hotel, ia melihat seorang gadis cantik dan polos keluar dari bagasi mobilnya.
"Satria!" panggil Nelson pada orang kepercayaannya. Seorang lelaki tampan berseragam hitam datang dan memberi hormat.
"Saya di sini, Tuan," ujarnya.
Nelson melemparkan tas milik gadis jelita yang tadi kabur setelah menampar wajahnya. "Cari pemilik tas ini! Ada KTP namanya Nurani Cahya. Aku mau gadis itu, temukan dia secepatnya!"
"Baik, Tuan!"
"Jangan pulang sebelum kamu menemukannya. Jika dalam dua hari kamu tidak menemukannya, maka kepala kamu akan aku penggal!"
Satria mengangguk patuh meski tidak yakin akan menemukan gadis itu.
"Baik, Tuan."
Lelaki tampan berbaju hitam itu pun meninggalkan hotel yang menjadi kediaman sementara Bos besarnya tersebut. Dominggo Nelson Martines adalah seorang pengusaha kaya raya keturunan Spanyol. Ibunya orang Indonesia berdarah Sunda sedangkan ayahnya lelaki Spanyol yang kaya raya. Mereka bertemu ketika ibunya Nelson sedang berlibur bersama keluarganya di Pantai Kuta. Ayah Nelson jatuh cinta dan menikahi ibunya, lalu lahirlah Gabriel. Cerita singkat, meski aslinya tidak sesimpel itu.
"Nurani Cahya...."
Nama yang menurut Nelson sangat Indonesia. Dan jujur saja, Nelson sangat menyukainya.
"Akan aku dapatkan kamu bagaimana pun caranya." Ia tersenyum membayangkan tangan mungil itu menamparnya dan mata indah itu menatapnya takut-takut.
"Jangan panggil aku Nelson kalau kamu tidak bisa aku dapatkan."
Ketukan di pintu membuat Nelson harus beranjak dari ranjang empuknya. Ia menemukan seorang perempuan cantik yang sedang ia hindari.
"Soraya!"
Dia adalah kekasihnya yang sudah Nelson lupakan. Nelson tidak pernah bertahan dengan perempuan yang sama lebih dari satu bulan. Bukan apa-apa, menurut Nelson, para perempuan yang dekat dengannya hanya menginginkan hartanya. Mereka memberikan tubuhnya dan terus meminta uang. Nelson bosan dengan perempuan seperti itu.
"Aku sudah menyuruhmu pulang, bukan?" cetus Nelson.
"Aku mencintaimu, Nel. Bagaimana bisa kamu mengabaikan aku seperti itu?"
Cih, Nelson ingin meludahi perempuan itu. Ia tahu Soraya sudah selingkuh dengan saingan bisnisnya, Alex. Alex adalah saingan bisnis dan saingan dalam hal perempuan. Setiap perempuan yang dekat dengan Nelson akan direbut Alex dan bermalam dengannya. Nelson merasa jijik pada perempuan seperti Soraya.
"Pergi dari sini!" teriak Nelson.
"Tidak! Aku ingin bersamamu!"
"Security!" Nelson memanggil security dan membawa Soraya keluar dari kamarnya dengan paksa.
"DENGARKAN AKU NELSON! AKU TAHU KAMU MENEMUKAN PEREMPUAN BARU! AKU BERJANJI AKAN MENGHANCURKAN WAJAH PEREMPUAN ITU! AKU BERJANJI!"
Nelson tidak peduli. Ia segera meraih ponselnya karena menerima panggilan dari Satria.
"Bagaimana?" tanyanya, seraya menutup pintu dan berjalan ke arah ranjang king-size. Ia menjatuhkan dirinya dengan nyaman, energinya terkuras karena harus menghadapi Soraya.
"Dia sudah ditemukan!"
Nelson menyeringai. "Good! Segera bawa ke sini!"
"Kakinya terluka, dan saya akan membawanya ke klinik dulu!"
"Tidak! Bawa dia ke sini!" tegas Nelson.
"Aku yang akan mengobatinya!" pungkas Nelson tanpa mau dibantah.