18

1172 Words
"N-nuna, a-aku benar-benar akan menikah sebentar lagi?" ujar Baekhyun entah yang keberapa kali pada seseorang yang merias dirinya. Tangannya juga sudah berkeringat dingin sedari tadi juga gemetar yang tak kunjung berhenti. "Ayolah, Baekhyunnie. Kau sudah membuatku berapa kali mengulang riasan didahimu itu. Jangan cemas, kau berkeringat terlalu banyak. Dan iya, kau akan menikah dengan Park Chanyeol, oke? Jadi tenangkan dirimu, lima belas menit lagi kau harus menunggu di depan pintu masuk gereja. Ayolah, tolong permudah pekerjaanku, hm?" pinta Bae Irene memohon, seorang MUA terkenal yang sengaja dipesan Chanyeol untuk mengurus hal-hal make up. "Mianhe nuna," Baekhyun melipat bibirnya kedalam, berusaha mengurangi kegugupannya walau ia tahu itu tak akan membantu banyak. Lagi, Irene kini memperbaiki dahi Baekhyun juga pelipisnya yang kini ikut basah. Tok tok! "Sepuluh menit lagi dia harus ke depan aula gereja," seseorang mengingatkan yang diangguki oleh Irene. Baekhyun kembali memejamkan matanya, berdo'a dalam hati supaya dia tidak membuat hal-hal yang memalukan nantinya, misalkan pingsan di atas altar mungkin?  Juga pernikahannya kali ini tidak didatangi oleh kedua belah pihak keluarga. Masih ingat bukan, beberapa hari sebelum pernikahan mereka, Chanyeol sudah mengirim pesan pada ayahnya untuk tidak datang ke hari pernikahannya, dan Baekhyun memang benar tidak melihat seseorang yang berpotensi menjadi ayah Chanyeo datang sampai detik ini. Pun dengan kedua orang tua Baekhyun, ayahnya yang tidak tahu dimana dan juga ibunya yang kini menjadi istri dari ayah Chanyeol, sudah jelas pasti kalau ayah Chanyeol tak datang maka ibunya juga. Tok tok! Sebuah ketukan lagi di pintu mengalihkan atensi Baekhyun. Laki-laki mungil itu membuka matanya dan terkejut benar tatkala mendapati sosok ibunya di ambang pintu, menatapnya dengan raut muka tak terbaca. Hingga pada detik kesepuluh, Baekhyun tak kunjung membuka suaranya. Ternyata benar bahwa hatinya terluka, sedari kecil ia hanya hidup sebagai seseorang yang bukan siapa-siapa, bahkan keluarganya sendiri pun seolah tak menganggapnya ada. Kini kehadiran ibunya membuatnya terkejut bukan karena ia merindukan sosok itu, melainkan berpikir untuk apa orang tuanya itu repot-repot datang kepernikahannya, toh Chanyeol pun melarang mereka untuk datang. Ah, apakah ayah Chanyeol juga datang? Entahlah. "Aku yang akan menggiringmu berjalan menuju altar Baekhyun," ucap suara itu. Baekhyun benar tak menanggapi, hingga seseorang yang sebelumnya mengetuk pintu pertama kali memberitahukan bahwa Baekhyun harus segera ke aula masuk gereja. Baekhyun tahu, Chanyeol mungkin bisa meledak kapan saja jika ada sesuatu yang merusak sesuatu yang telah ia buat. ... Pintu aula gereja terbuka lebar, menampakkan kemegahan juga menunjukkan betapa angkuh dan berkuasanya sang pembuat acara. Dekorasi yang elegan dan terlihat mahal, juga makanan-makanan yang memenuhi meja, ditambah sebuah es berbentuk peri yang menjulang tinggi di sebuah meja. Penonton yang merupakan kolega kerja Chanyeol juga ramai memenuhi kursi-kursi yang ada. Hingga Baekhyun melangkahkan kakinya masuk, ia sudah bisa melihat Chanyeol yang menatap lurus kearahnya dengan senyuman tipis, namun tak sampai sepuluh detik, Chanyeol sudah memicingkan matanya, seolah berusaha mengenali seseorang yang sedang menggandeng Baekhyun masuk. Seingatnya, ia meminta seorang pasteur yang menuntun Baekhyun padanya, tapi kini malah seorang wanita paruh baya yang memegang tangan Baekhyun. "Kau beruntung Baekhyun." Tiba-tiba ibu Baekhyun berbisik kecil disampingnya, disertai dengan senyum miring yang tak terlalu kentara. "Ayahmu menjualmu dan kini kau malah menikah dengan seorang pengusaha muda yang terkenal hampir diseluruh Korea Selatan." Baekhyun tak menjawab, ia benar-benar menutup mulutnya dari ibunya kini. Ah, mungkin Baekhyun benar-benar terlalu menjadi buta rasa akan keluarga, sehingga apapun yang berkaitan dengan keluarga, Baekhyun tak bisa merasakan kerinduan atau apapun itu. Sepuluh langkah lagi Baekhyun mendekat, barulah Chanyeol tahu bahwa itu adalah ibu Baekhyun yang juga kini berstatus sebagai ibu tirinya. Seolah ada bom waktu yang meledak dikepalanya, Chanyeol hampir saja meledak dalam amarah, namun senyuman Baekhyun yang mengatakan seolah tidak apa-apa, mengurungkan niatnya. Chanyeol memejamkan matanya barang sebentar seolah berusaha membuang amarahnya itu. Hingga ketika ia membuka matanya dan telah mendapati Baekhyun yang berdiri didepannya. Submissive itu tersenyum. Indah sekali. Chanyeol mengambil uluran tangan Baekhyun dari ibunya, dan membawa seseorang yang sebentar lagi menjadi pendamping hidupnya itu untuk menghadap pasteur yang sudah siap untuk membacakan sumpah sehidup semati mereka. Akhirnya, kata 'Ya, aku bersedia' sudah terucap dari bibir mereka berdua, ramailah tepuk tangan dari para hadirin yang datang ditambah ketika Chanyeol telah menyatukan bibir mereka berdua. "Terima kasih, Yeollie..." "Simpan terima kasihmu itu untuk nanti malam, Baekhyun," bisik Chanyeol dengan seriangaian bahaya. Dan Chanyeol tetaplah Chanyeol dengan segala kehausannya akan seks. ... Sekarang merupakan sesi dimana tamu-tamu menyalami mereka. Baekhyun akhirnya memilih duduk karena tak mampu berdiri. Perutnya pun sudah terlihat menggembung, juga jasnya yang memang tidak dikancing memperlihatkan bahwa kini laki-laki itu sedang hamil, sudah cukup untuk mengundang beberapa tamu terkejut akan kehamilan laki-laki itu. Chanyeol juga sudah menanyakan perihal ibu Baekhyun yang datang dari Kim Jongin, dan pria tan itu menjawab bahwa memang hanya ibunya sendiri yang datang tanpa ayahnya. Wanita paruh baya itu pun sekarang tidak tahu dimana. Pun juga Baekhyun yang tidak memberikan ucapan apa-apa tentang ibunya pada Chanyeol, membuat pria Park itu menunda dahulu permasahan ibu mereka berdua itu. Mata Baekhyun memicing, ketika mendapati seseorang yang sangat dikenalinya terlihat dari salah satu meja makanan, menatap menyeringai kepadanya. Namun detik berikutnya menghilang. "Noona?" gumamnya yang terdengar oleh Chanyeol. Pria Park itu menoleh, dan menanyakan ada apa, Baekhyun hanya menjawab dengan gelengan. Ah, mungkin saja itu adalah matanya yang salah lihat, pikirnya. Sampai tamu yang bersalaman dengan mereka mulai habis, Baekhyun rasanya ingin membuang air kecil. Laki-laki mungil itu lantas izin kepada Chanyeol untuk pergi ke kamar mandi. "Mau kutemani?" tawar Chanyeol. "Tak apa, lagipula hanya sebentar. Chanyeollie tunggu disini saja. Tidak enak dengan tamu-tamu kita." Chanyeol mengangguk, lantas membiarkan Baekhyun yang kini sudah melangkah menuju kamar mandi. Tentu saja pria Park itu tidak membiarkan Baekhyun sendirian, ia langsung menelepon Jongin untuk menyusul Baekhyun ke kamar mandi. Sesudah membuang hajat, juga mencuci tangan, terdengar seseorang memutar kenop pintu untuk masuk ke kamar mandi. Baekhyun tak peduli awalnya, hingga ia mendapati kakak perempuannya, Byun Yoona telah masuk kamar mandi dan sepertinya mengunci pintu, pikirannya berubah was-was, namun Baekhyun mencoba tenang. "Noona, ternyata benar itu kau. Aku tadi melihatmu," ujar Baekhyun dengan senyuman. Byun Yoona, perempuan itu hanya menyeringai malas. "Cih! Tidak usah sok ramah denganku, sialan!" Yoona lantas menyeret Baekhyun dengan kasar ke sebuah bilik kamar mandi. Baekhyun yang tidak siap akan serangan tiba-tiba itu langsung terduduk di closet.  Hingga sebuah tamparan mengembalikan Baekhyun ke dunia nyata. "Enak sekali hah hidupmu! Dijual ayah sebagai jalang, dan kini kau malah hidup mewah dengan Park Chanyeol. Ibu juga meninggalkanku dengan suami barunya yang juga kaya raya. Sedangkan kalian meninggalkan aku sendirian menjadi jalang! Setidaknya kau juga harus hidup susah sepertiku! MATI SAJA KAU BYUN BAEKHYUN!"  Yoona melayangkan tamparannya sekali lagi pada pipi Baekhyun. Laki-laki itu pun tidak bisa melawan saat perutnya malah bergejolak hebat seperti akan muntah. "Dan sekarang kau hamil. Dasar laki-laki b***k!" Yoona melayangkan tendangan kakinya pada perut Baekhyun. Lelaki itu hanya bisa menjerit kesakitan, dan ia rasa bawahnya kini telah mengalirkan darah. "Noona, mi-mianhae n-noona. Eugh..." Baekhyun kini sudah mengalirkan air matanya, rasanya sakit sekali. "Rasakan itu, sialan!" Seolah sudah menggelap oleh dendam, tangan Yoona sudah ia bawa untuk membuka jas yang Baekhyun kenakan, tak dapat melawan, lelaki mungil itu hanya bisa merintih menahan sakit pada perutnya. Hingga akhirnya Yoona telah berhasil menyobek paksa kemeja yang Baekhyun kenakan, kini tangannya sibuk membuka celana Baekyun dan menanggalkan semuanya, menyisakan Baekhyun yang kini sudah bertelanjang bulat dan juga bagian bawahnya yang berdarah. "Ah, mati mungkin lebih baik untukmu, jalang!" Bruakk!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD