BAB 30

2024 Words
EPISODE SEBELUMNYA   So Ji serta warga desa yang menyaksikan itu kembali tercengang melihat penampilan Ko Ji yang benar-benar sangat berbeda. Ko Ji yang terlihat ramah dibalik senyumnya yang irit, kini jauh lebih mencekam dengan senyum yang begitu menakutkan. Mata memerahnya seperti hendak menerkam apapun yang tak selaras dengannya. Gigi taringnya juga turut menambahkan ketakutan bagi yang tak percaya dengan perubahan sikap dan wajah dari Ko Ji yang pendiam namun baik hati. Siapa yang akan menyangka bahwa dia kini adalah makhluk penghisap darah yang lebih menakutkan dari zombie yang bergerak secara pasif.   “Kau memang sempurna seperti yang diramalkan. Apa kau mau menjadi dirimu sendiri dengan ikut bergabung dengan klan kami?”   Ko Ji berdecih, “Apa tawaran menariknya?”   “Dunia. Kita akan menguasai dunia ini seperti yang kita mau –“ tawar Minerva sembari mengulurkan tangannya seperti mengajak Ko JI untuk menyambut uluran tangannya itu.   “Coba jelaskan padaku,” ucap Ko Ji yang terlihat tertarik mendengar Minerva mengumbar janji.   Minerva menjelaskan dengan senang hati pada Ko Ji. Dan seperti yang Ko Ji ketahui sebelumnya dari rock Lee bahwa di dunia ini telah lahir para vampire yang tersebar ke seluruh penjuru Negara. Mereka yang nalurinya senang memiliki wilayah kekuasaan, membentuk klan untuk menunjukkan jati diri mereka bahwa mereka lah yang terkuat.   Tak terkecuali klan Minerva yang dipimpin oleh seseorang yang jauh di sana.   “Kau bisa lihat sendiri bagaimana kekacauan ini terjadi. Dunia sudah benar-benar dalam kehancuran dan dunia bawah akan memimpin. Ini telah diramalkan. Dunia manusia tidak akan bertahan lebih lama lagi. Satan sudah bersumpah akan merebut apa yang menjadi miliknya, dan kita akan menguasai kekuatannya jika kita bisa mempersembahkan kekuatan kita kepadanya.”   “Pada siapa? Satan?”   “Sebelum itu terjadi makhluk seperti kita tak banyak yang akan mengikutinya. Tapi dari yang aku tahu sebagian dari kaum kita ada yang bersekutu dengan Satan. Itu tidak akan terjadi jika klan kita bisa memenangkannya terlebih dulu.”   “Klan?” Ko Ji kembali teringat dengan ucapan Rock Lee, bahwa benar ada banyak klan yang terbentuk di dunia vampire.   “Yah dan ketuaku telah meramalkanmu.”   “Apa yang ia ramalkan?”   “Kemenangan darimu.”   Ucapan Minerva tampak begitu meyakinkan. Ia juga menceritakan bagaimana dia dan rekannya yang lain tengah berupaya mengendalikan pemerintahan. Untuk yang satu ini, Ko Ji tak menyangka bahwa para vampire juga tengah membuat kesepakatan dengan manusia juga. Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin jika suatu Negara ataupun dunia bisa dikendalikan oleh mereka.   “Karena rencana yang matang ini, apa kau tidak tertarik untuk bergabung?”   Ko Ji terdiam di tempatnya. Memperhatikan sekitarnya yang masih ada manusia-manusia lemah yang ketakutan akan situasi ini. dunia telah kacau dikarenakan virus yang mengerikan. Hanya berselang beberapa jam saja, sesame manusia telah memanfaatkan manusia lemah yang lain untuk kepentingan mereka sendiri. Lantas, dari segala kehancurna ini, muncul pula vampire yang menyelinap setelah keberadaan mereka selama ini dinyatakan hanya sebuah mitos belaka. Sungguh mengerikan apa yang dimiliki oleh bumi. Semuanya berebu untuk saling memanfaatkan.   Ko Ji menoleh. Menghidu keberadaan sang adik yang baik-baik saja di dekat gerbang. Beberapa warga juga mulai bersiaga dengan tatapan Ko Ji yang terarah kepada mereka hingga menebarkan kengerian. Padahal Ko Ji tak sengaja melakukan itu. Karena darahnya masih mendidih di dalam dirinya, tentu saja aura kegelapan dengan mata kemerahan masih akan terus menyala di matanya.   “Apa yang akan kau lakukan,kak?” ungkap So Ji yang khawatir dengan keadaan kakaknya itu.   Karena apapun yang Ko Ji pilih, ia sudah sulit bisa diterima oleh warga. Seperti halnya dengan so Ji, semua orang juga telah ia tipu. Sosoknya yang misterius ternyata memang membahayakan sejak lama.jika Ko Ji pun ikut dengan mana-mana klan pun, sosoknya juga menjadi ancaman bagi manusia murni. Itu sebabnya kah, Ko Ji selama ini bersembunyi?   Pertanyaan itu terus berulang di kepala So Ji. Ia juga jadi mengerti mengapa One – pria yang ia temui sebelumnya – juga amat berbahaya.   “Aku harap Ko Ji masih di sini,” bisik salah warga yang ikut mendengarkan pembicaraan serius antara Minerva dengan Ko Ji itu. Meski ia mengaku masih tak paham dengan klan ataupun situasinya, dia sudah berasumsi bahwa Ko Ji akan tetap bersama penduduk Sobong.   “Entah makhluk apa sebenarnya Ko Ji itu tapi selama ini dia tidak pernah membuat kita terancam.”   “Tapi..makhluk bukan manusia tetaplah berbahaya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti,” sanggah salah seorang warga yang memilih kontra dengan yang lainnya.   “Kau benar,” sahut yang lain.   “Aku juga berpikir begitu.”   Hati So Ji seketika ikut menghangat. Ia tak menyangka bahwa masih ada beberapa orang yang percaya bahwa kakaknya adalah orang baik. So ji juga sudah memikirkan dan mengingat hidupnya selama ini bergantung dengan kakaknya, sedikitpun keanehan dan rasa terancam itu tak pernah Ko Ji tunjukkan kepadanya. Layaknya manusia biasa walaupun dengan sedikit keganjalan, di setiap kesempatan Ko Ji selalu bersikap baik dan dingin. Tak pernah menyusahkan apalagi meresahkan orang lain.   Segala kebaikan kakaknya selama ini, So Ji yakin jika kakaknya itu berbeda. Ko JI tidak seperti makhluk lain yang kejam dan sadis.   “Sepertinya aku bisa menebak apa keputusanmu –“ tukas Minerva tak sabar.   Ko Ji menaikkan kepalanya lalu mulai melayangkan mata tajamnya ke arah dua vampire yang tersisa. Setelah memikirkan secara matang, Ko Ji mengeluarkan taringnya, “Yah..dan apa yang terjadi setelahnya?”   “Kau akan menyesalinya,” ancam Minerva sembari mengangkat dagunya ke depan.   Secara mengejutkan tanpa siapapun yang menyadarinya, tembok pagar yang ada di sekitar pintu gerbang mulai runtuh. Ternyata sebelum pertarungan itu, Baron telah sengaja terhempas ke dinding untuk membuat retakan tersebut. Semua orang langsung panic karena zombie mulai kembali mendekat. Ko Ji yang melihat itupun tak tinggal diam. Ia segera bergegas melompat melewati gerbang dan menghalau semua zombie yang tersisa.   Minerva tak terima sehingga ia juga ikut meluncur keluar gerbang mengejar Ko Ji bersama Irene. Ketiganya mulai saling bertarung dengan kekuatan dan kecepatan penuh.   “Kali ini aku akan membalasmu!” pekik Irene yang mengeluarkan dua kunai miliknya yang langsung ia lemparkan ke arah Ko Ji yang tengah membantai cepat para zombie yang mulai mendekat.   Sialnya, Ko Ji bisa mengelaknya dengan cara salto indah di udara. Seperti ia bisa merasakan kedua senjata tajam Irene yang ia lemparkan itu, Ko Ji dengan mudah mengembalikannya lewat pantulan samurainya. Dengan kecepatan penuh, dua kunai tersebut kembali pada Irene.   “Sial!”   Karena  sudah dua kali gagal membuat serangan, akhirnya Irene memilih bertarung satu lawan satu dengan Ko Ji. Gadis itu segera meluncur mendekati Ko Ji tanpa mendengarkan aba-aba dari Minerva. Karena terlalu fokus untuk menyerang Ko Ji, ia tak menyadari Minerva meneriakinya untuk satu alasan.   Ko Ji membuat pertahanan atas serangan tangan Irene yang luar biasa cepat. Kedua kunainya ia manfaatkan dengan baik untuk bisa melukai Ko Ji. Tapi tentu saja Ko Ji tak ingin dirinya lengah hingga terluka. Irene terus melancarkan senjatanya dengan cepat. Menikam, menusuk dan permainan kecepatan senjata kunainya. Beberapa kali zombie datang sebagai pengganggu, Irene dengan mudah menebas mereka. Hingga satu trik tipuan, Irene berhasil membuat Ko Ji terdesak hingga kunainya menembus telapak tangan Ko Ji yang ia gunakan sebagai tameng.   Beradu kekuatan, Irene mendorong Ko Ji hingga membuat kunainya bisa menembus dengan dalam telapak tangan Ko Ji itu. Namun dengan mudah, Ko Ji memberikan serangan balasan dengan satu tendangan keras ke lutut gadis tersebut.   Irene tersungkur sehingga Ko Ji bisa dengan mudah menarik tangan Irene hingga gadis itu nyaris mencium tanah. Kedua kunai langsung Ko Ji pisahkan dari Irene lalu Ko Ji menyerangtitik fatal dari kelemahan para vampire. Yaitu bagian kepala.   Ko Ji memukul tengkuk leher Irene dengan keras hingga membuat gadis itu tersedak hebat. Baru saja Ko Ji akan memelintir leher tersebut, Irene berhasil kabur dari genggaman pria tersebut. Menghindar ke jarak yang lebih jauh lalu meredakan bekas pukulan di lehernya itu dengan satu putaran di kepala. Irene terlihat begiu kesal karena berhasil diterkam oleh lawannya dengan mudah.   Minerva yang menonton hal itu terlihat kecewa dengan pertarungan Irene yang berakhir dengan kekalahan gadis tersebut. Minerva datang menghampiri Irene seolah membantunya untuk memulihkan diri.   “Hanya segitu?” ucap Minerva terdengar kecewa.   Irene sedikit gemetaran sambil merasakan sakit yang luar biasa di dadanya. Ternyata Minerva telah mengeluarkan kekuatannya untuk menyerang dirinya tanpa harus saling bersentuhan.   “A..aku lengah sedikit saja –“   “Kekalahan yang sedikit itu tidak kuinginkan.”   Minerva dengan cepat menyelesaikan apa yang sempat tertunda dari rentetan serangan Ko Ji tadi. Yaitu memutar kepala Irene untuk segera mengakhiri kehidupan gadis itu. Seperti yang telah diketahui, cara melenyapkan vampire juga sama layaknya dengan melenyapkan para zombie. Menyerang kepala mereka atau tembus jantung mereka dengan senjata perak. Hal yang paling lazim dilakukan dan tentunya lebih cepat adalah menebas kepala mereka. Meski caranya tentu tak semudah saat mengalahkan zombie.   Apa yang dilakukan Minerva mengagetkan semua orang yang melihatnya. Tak terkecuali Ko Ji yang masih senantiasa waspada terhadap Minerva yang bisa ia rasakan berbeda dengan dua vampire lainnya.   “Sudah bersiap dengan kejutan penutup? Aku masih menunggu keputusanmu,” ancam Minerva yang kini tengah melepaskan dress panjangnya dengan menyisakan tank top atas dengan celana jeans pendeknya.   Ko Ji memasukkan samurainya ke dalam sarung pedangnya kemudian menyiapkan kuda-kuda andalannya. Lewat mata tajamnya ia sudah memberikan jawaban yang pasti pada Minerva yang juga sedang menyiapkan diri untuk menyerang.   “Tidak ada jawaban lain selain tidak –“   Minerva berdecih, “Kalau begitu, bersiaplah untuk mati.”   “Aku akan menebak apa kelanjutan dari ramalan ketuamu itu,” tukas Ko Ji sembari melayangkan seringainya untuk menggertak lawannya. Minerva membalasnya dengan seringai yang sama.   “Oh Ya? Apa?”   “Aku ramalkan diriku..tidak akan mati ataupun kalah dalam pertarungan ini –“   “Kau terlalu percaya diri.”   “Bukankah itu yang diramalkan oleh ketuamu, bahwa aku akan menjadi pemenangnya?”   KILAS BALIK   “Yah dan ketuaku telah meramalkanmu,” tukas Minerva begitu meyakinkan.   “Apa yang ia ramalkan?”   “Kemenangan darimu.”   KILAS BALIK SELESAI   Minerva awalnya ingin tertawa mendengar perkataan Ko JI tersebut. Tapi setelahnya, tawanya berpendar karena menyadari sesuatu. Bahwa ini telah diramalkan sebelumnya.   Sementara itu di tempat lain, seseorang tengah berdiri di sebuah atap gedung tinggi memantau situasi kota yang setengah kawasannya telah hancur. Lewat mata rubynya ia mengawasi keadaan sembari merentangkan tangannya. Seperti menunggu sesuatu akan datang kepadanya.   Dan benar saja. Seekor elang besar menghampiri gadis berambut perak dengan wajah yang tertutupi jubah hitamnya itu. Elang tersebut lantas bertengger di tangannya dan sang gadis pun mulai bertanya pada elang tersebut.   “Apa seperti yang kukatakan?” tanya gadis tersebut sambil menyeringai puas dan yakin dengan berita yang akan disampaikan sang burung.   Setelah mendengarkan, gadis itu menyeringai puas, “Benarkah? Itu bagus sekali.”   Gadis tersebut lantas mengangkat tangannya untuk membuat burung elang tersebut terbang kembali. Burung elang tersebut pun pergi meninggalkannya dan terbang tinggi menuju tempat baru yang akan ia pantau.   “Minerva..maafkan aku,” ucapnya lirih serta terdengar menyedihkan. Tapi sebenarnya, bibirnya membentuk lengkungan yang lebar seolah itu adalah ucapan kegembiraan. Bukan ucapan kesedihan.    Kembali pada pertarungan sengit antara Minerva dengan Ko Ji, keduanya ternyata masih saling bertahan. Beberapa luka mulai tampak di wajah Ko Ji, namun tidak pada Minerva yang masih berkulit mulus tanpa cacat. Keadaan tersebut mengundang kekhawatiran So Ji dan warga yang masih bertahan menyaksikan pertarungan sengit tersebut.   Meski beberapa orang masih ragu dan takut dengan keadaan yang akan menerpa mereka nantinya jika salah satu dari mereka memenangkan pertarungan ini, mereka tak mengelak bahwa pertarungan antar makhluk penghisap darah ini sungguh menegangkan.Sebagian dari mereka bahkan memberi dukungan pada salah satu petarung meski hal tersebut takkan terdengar oleh keduanya.   So Ji yang sejak tadi diam terkesima dengan kemampuan pedang sang kakak, kini mulai merasa was-was. Apakah kakaknya benar-benar akan baik-baik saja menghadapi sosok vampire wanita yang terlihat kuat itu. Bahkan beberapa saat yang lalu, Minerva menggunakan kekuatan spiritualnya untuk menundukkan serangan Ko Ji. Seperti yang ia lakukan juga terhadap rekannya sendiri.   Apalagi Minerva pun juga menambahkan tentang asupan kekuatan Ko Ji yang tak mengimbanginya. Membuat So Ji semakin takut kakaknya akan celaka kali ini.   “Aku bisa merasakan bahwa kau sekarang tengah kehausan. Apa itu tidak masalah buatmu?”   Napas Ko Ji mulai naik turun. Ia memang sedang dalam kondisi kurang maksimal. Ko Ji seketika terjatuh setelah mendapat serangan spiritual dari Minerva itu.   .   .   bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD