30.

1028 Words
Jika ada yang berkata aku pengecut maka itu benar, aku bahkan tidak berani mengatakan aku jatuh cinta padanya saat terakhir kali kami bertemu. Akhtar tersadar saat Ibundanya memegang pundaknya. "Ayah sudah katakan padamu untuk tidak bertindak gegabah. Ayah bisa tahu kau pasti menyesali semuanya bukan." Akhtar hanya diam lalu menatap ayah dan ibundanya. "Aku akan terbiasa tanpanya kelak ayah, ibu." "Apa maksudmu kau tidak akan menjemput atau meminta maaf kepada Vienza Akhtar?" Akhtar hanya diam membuat ayah dan ibundanya tidak percaya. "Kau benar-benar keras kepala Akhtar, apa yang telah dilakukan Vienza sehingga membuatmu seperti ini." Akhtar hanya diam saat ibundanya sudah benar-benar emosi. "Ayah aku permisi kembali ke Istana, ada beberapa pekerjaan yang harus kulakukan. Salah satunya membongkar kejahatan paman tiriku itu." Akhtar pergi meninggalkan ayah dan ibundanya yang tidak tahu harus berbuat apalagi. Akhtar tampak begitu keras dan egois, tapi dia bukanlah pria seperti itu. Dia sangat hancur saat ini, dia kehilangan anak dan istrinya. Tapi ego nya sangat tinggi untuk membuatnya mengatakan kata aku mencintaimu ataupun aku membutuhkanmu dan maafkan diriku. Semua itu tertahan didalam hatinya. Dia menikahi Tania bukan karena cinta. Dia menikahi Tania karena untuk mencari tahu kebenaran tentang pemberontakan yang ternyata didukung ayah Tania yang menjabat sebagai Gubernur kota Yamun. Pemberontakan itu sendiri dipimpin oleh adik tiri dari ayahnya. Tapi baik Tania maupun keluarganya tidak tahu kalau Akhtar ingin mencari tahu sesuatu. Ayah Tania berpikir kalau Akhtar hanya ingin membantu memperbaiki nama nya dan keluarganya.Karena foto Tania bermesraan dengan pria disebuah klub tersebar luas. Dan itu adalah aib bagi seorang Gubernur yang juga seorang bangsawan. Akhtar menutup matanya mengingat suara Vienza yang membutuhkannya saat Vienza menelponnya. Akhtar sangat lelah saat ini, dia rindu tidur dengan nyaman bersama Vienza. Tapi dia harus terus berusaha tidak bergantung lagi dengan Vienza, Vienza membencinya dan tidak mengharapkannya lagi. Setelah semua masalah yang dia selidiki ini selesai, dia akan menceraikan Vienza. Agar Vienza bisa mendapatkan kebahagiannya bersama Ghafur. Dan tentu dia menyuruh Ghafur membawa Vienza jauh dari Wieldburg. ******* Sudah tiga hari berlalu dan Vienza sudah ada di Fortania. Dia tidur dikamarnya dulu, paviliun seorang putri. Dia nyaman dirumahnya sendiri, dan tentu saja dia bisa menjadi dirinya yang penyendiri seperti dulu. Selama tiga hari ini Vienza terus merutuki kebodohannya yang tidak tahu kalau dia hamil. Dia menangisi karena dia sudah berhasil memberikan hatinya untuk Akhtar suaminya. Tapi Akhtar berubah semenjak tahu masa lalunya. Bahkan Akhtar menikah lagi sekarang. Ibundanya tahu semuanya dan awalnya Zira sangat ingin datang ke Wieldburg lalu memberi pelajaran kepada Akhtar. Tapi hal itu tidak jadi dilakukan karena permintaan Vienza. Dan juga Alvian yang berkata biarkan Vienza dan Akhtar yang menyelesaikannya karena ini urusan rumah tangga mereka. Alvian sebenarnya tidak percaya mengetahui Akhtar menikah lagi diwaktu secepat ini. Dia melihat sendiri bagaimana Akhtar menatap putrinya dan bagaimana Akhtar selalu membuat Vienza merona. Makanya Alvian punya keyakinan hubungan Akhtar dan Vienza akan membaik nantinya. "Vienza." Zira datang kekamar putrinya itu yang sedang duduk menghadap jendela. Mengamati pemandangan indah taman kerajaan Fortania. "Ya ibunda." "Kau merindukan Akhtar?" Vienza hanya menggeleng dan kembali menatap taman. "Vienza hanya merasa bersalah karena tidak tahu kalau Vienza hamil ibunda." Zira memeluk anaknya itu. Dia tentu tahu rasanya kehilangan seorang anak. Dia pernah mengalami hal itu. "Ibunda tahu rasanya sayang. Tapi kau tidak boleh terus bersedih Vienza, berdoa lah untuk anakmu yang sudah berada disurga. Lagi pula kau masih bisa hamil lagi bukan." Ucapan terakhir ibundanya mengingat Vienza dengan bulan madunya dan Akhtar. Perasaan rindunya menguar begitu saja. Membuatnya memikirkan lagi suaminya itu, tapi untuk apa dia memikirkannya. Sampai sekarang saja Akhtar belum ada menghubunginya. "Maafkan ucapan ibunda, kau pasti teringat Akhtar bukan." Vienza memeluk ibundanya dan dia merasa sangat nyaman. "Zia menelpon tadi, dan dia berkata untuk mengajak kita liburan. Kamu, Zyan, ibunda, ayah dan juga Zia. Ayah sudah menyiapkan semuanya. Besok kita akan berangkat, kamu tidak keberatan kan?" "Tidak ibunda, malah Vienza merindukan kita berlibur bersama." Lalu setelah itu mereka berdua bernostalgia mengingat masa-masa dimana Vienza masih kecil dan juga remaja. ***** Akhtar mengamati laporan dari Shahid dan juga Thomas. Dia tersenyum puas dengan hasil penyelidikannya dan bukti-bukti yang dia dapat. "Shahid terus awasi paman Ayaz, aku ingin dia mendapatkan balasan karena bermain-main denganku." Akhtar terlihat baik-baik saja dari luar tapi tidak dari lubuk hatinya. Dia benar-benar kacau dan merindukan Vienza. "Baginda Raja, anda ada kunjungan ke Dubai dua hari lagi. Dan kunjungan yang anda lakukan harus bersama Ratu Vienza." Thomas menyampaikan jadwal Akhtar. "Aku akan pergi bersama Tania." "Tapi baginda, putri Tania tidak bisa pergi menggantikan Ratu Vienza. Karena anda tahu sendiri dia adalah selir anda, dan maaf dia tidak bisa menggantikan posisi seorang Ratu." Ucapan Thomas memang benar, seorang Ratu tidak bisa digantikan oleh seorang selir. "Batalkan kunjungan itu, katakan saja aku sedang tidak sehat." Thomas mengangguk paham. Dan selanjutnya Akhtar menanyakan kabar Ghafur.karena terakhir kali dia bertemu Ghafur mereka berkelahi. "Pangeran Ghafur ada di London saat ini Yang Mulia, dia bersama Yang Mulia Omar juga Ibu Suri Fatmala akan kembali besok malam." Akhtar mengangguk mengerti dan menyuruh Thomas serta Shahid keluar dari ruangan kerjanya. Tak lama seseorang mengetuk pintu dan Akhtar menyuruhnya masuk. "Aku membawakan kopi hitam kesukaanmu." Tania membawa nampan berisi kopi dan juga beberapa cookies. "Akhtar, apa kau tidak berniat mengajakku liburan?" Tania memeluk Akhtar dari belakang. Hal yang biasa Akhtar lakukan ke Vienza. "Aku sedang sibuk Tania, keluarlah. Terimakasih untuk kopinya." Tania tidak gentar, dia duduk diatas meja kerja Akhtar dan tersenyum. "Kau tidak merindukan b******a denganku? Sudah sangat lama saat terakhir dulu kita melakukannya." Akhtar memang belum menyentuh Tania sejak mereka menikah. Bahkan Akhtar tidak tahu bentuk kamar Tania. "Tania, maafkan aku. Tapi aku benar-benar sedang sibuk." Tania tidak mendengarkannya, dia langsung mencium bibir Akhtar yang membuat Akhtar malah teringat wajah Vienza. "Tania, please... Aku sedang tidak ingin melakukannya. Kau bisa keluar sekarang !" Tania menatap marah kepada Akhtar. "Aku istrimu Akhtar, dan kau berbuat seperti ini kepadaku. Apa kau hanya menginginkan Vienza? Lalu bagaimana dengan aku Akhtar? Kau sangat tidak adil." Akhirnya Tania keluar dengan airmata, sedangkan Akhtar diam dikursinya sambil menutup mata. Sial dia sangat merindukan Vienza saat ini, bahkan wajah Tania tadi yang dia bayangkan adalah Vienza. Aku merindukanmu permaisuriku..... Tbc ??

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD