Akhtar membeku melihat Vienza berada diruang pribadinya ini.
Sama dengan halnya Tania, dia juga terkejut melihat wanita yang dia tahu pasti istri dari Akhtar. Putri Vienza ini benar-benar cantik pikirnya, pantas saja Akhtar belakangan ini susah sekali menemuinya.
"apa yang kau lakukan disini Vienza?"
Akhtar masih ditempatnya menatap Vienza dengan perasaan campur aduk. Bagaimana tidak, istrinya itu memakai gaun tidur tipis dan tanpa b*a nya. Sedikit dari d**a Vienza terlihat dan leher mulus itu menggoda Akhtar sekarang.
"aku sedang melihat apa yang dilakukan suamiku diruangan ini bersama wanita lain". Vienza tidak suka berbasa-basi jadi dia langsung menyampaikan isi dari pikirannya. Dan sekarang dia sangat menyesali ucapannya. Akhtar menyeringai puas melihat wajah kesal Vienza.
"hahahhahaha... Maafkan aku tuan putri. Kau jangan takut aku akan melakukan hal macam-macam kepada suamimu ini. Yah... Walaupun dulu kami sering melakukannya."
Tania berjalan kearah Vienza yang masih ditempatnya menatap Akhtar dan sekarang beralih menatap Tania.
"kenalkan, aku Tania. Aku teman pangeran Akhtar sejak kecil. Aku sekarang mengakui kalau berita yang beredar memang benar, kau memang sangat cantik putri Vienza."
Vienza tak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Dia sedikit tersenyum kepada Tania dan pergi dari ruangan itu.
Akhtar seakan mati kutu saat ini, tapi apa perdulinya jika Vienza marah.
Akhtar mengusap wajahnya kasar dan membuang nafasnya.
"waw... Istrimu sangat cuek dan juga sedikit menyebalkan ternyata. Aku sudah memujinya tapi dia hanya tersenyum sedikit saja lalu pergi."
"sudahlah Tania, kau kembalilah ke rumahmu. Aku akan menyuruh pengawal mengantarkanmu." Akhtar bangkit dan ingin pergi.
"ehm... Pantas saja kau belakangan ini jarang menemuiku ternyata istrimu berhasil membuatmu takluk Akhtar."
" aku tidak takluk padanya Tania, aku hanya tidak mau dia membuat berita aneh tentang kita. Aku akan menyusulnya sekarang."
"bukankah bagus kalau dia membuat berita itu, raja akan menikahkan kita. Dan kau bisa dengan bebas melakukannya denganku seperti dulu."
Akhtar menatap tajam Tania saat ini. Dia dan Tania memang berteman sejak kecil, Tania menyukainya tapi tidak dengan nya. Tania dengan senang hati melayani Akhtar setiap mereka b******a.
Tapi sejak dia menikah Akhtar tidak pernah lagi melakukannya dengan Tania. Tania tidak marah, dia mengerti. Hanya saja dia cemburu kepada istri Akhtar ini.
"apa kau akan merayu istrimu itu Akhtar.?"
"diam dan pergi dari sini Tania, jangan buat aku marah. Kau mengerti aku bukan. Dan jangan pernah berbicara apa yang pernah kita lakukan lagi. Kau dan aku tahu kita melakukannya karena apa. Jadi jangan permalukan dirimu sendiri."
Akhtar keluar dan membanting pintu. Dia menemui Vienza dikamar putri itu, dia tak habis pikir Vienza akan melihatnya sedang bersama Tania.Akhtar membuka pintu kamar Vienza dengan kasar dan melihat wanita itu sedang berbaring dan memejamkan matanya.
"aku tahu kamu belum tidur, aku ingin menegaskan kalau aku dan Tania tidak melakukan apapun tadi, dan kuharap kau tidak membicarakan hal ini kepada ayah."
Vienza menatap Akhtar yang berdiri didepan dirinya.
"aku mengerti."
Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Vienza. Dia sejujurnya tidak ambil pusing dengan apa yang dilakukan Akhtar. Hanya saja dia tidak suka cara Akhtar bermain dibelakangnya sementara dia menjalani semua kewajibannya sebagai istri dan putri mahkota yang baik dikerajaan ini.
Akhtar melihati Vienza dari rambut hingga ujung kakinya.
Vienza memutarkan badannya membelakangi Akhtar. Membuat Akhtar semakin frustasi dengan pikirannya akan tubuh Vienza.
"apa kau tidak tahu cara sopan santun saat aku berbicara kepadamu"bentak Akhtar membuat telinga Vienza risih.
Dia duduk diatas tempat tidur dan menundukkan kepalanya memberi hormat.
"maafkan aku. Aku berfikir kau akan kembali keluar tadi."
Saat Vienza menundukkan kepalanya gairah yang sudah ditahan Akhtar akhirnya tak bisa ditahannya lagi.
Dada mulus milik Vienza benar-benar menggodanya. Dia memegang dagu Vienza dan mencium bibir istrinya itu.
Akhtar mendudukan Vienza dipangkuannya ditempat tidur itu.
Gaun putih transparan ini membuatnya gila hanya dengan memandang Vienza.
Vienza sama seperti malam pertama mereka, dia tak menolak tapi juga tak menginginkannya.
Setiap Akhtar melakukan ini padanya dia merasa sangat bersalah.
Akhtar perlahan membuka resleting gaun Vienza, dan meraba punggung mulus itu.
Ditidurkannya Vienza dan dia membuka pakaian itu. Tatapan memuja Akhtar akan yang dilihatnya tak pernah hilang saat mereka seperti ini.
Akhtar mulai menggila menciumi semua tubuh Vienza membuat Vienza menahan mati-matian desahannya.
Hingga Akhtar melakukan hal tak terduga yang membuat Vienza kehilangan kendali nya. Dia mendesah, membuat permainan Akhtar semakin liar.
Sekujur tubuh Vienza dipenuhi dengan kiss mark dari Akhtar. Dia tergesa-gesa membuka semua pakaiannya dan bersiap melakukan nya sekarang.
Tok... Tok... Suara ketukan pintu tak membuat Akhtar berhenti. Meski dalam hatinya mengumpat.
Tok... Tok...
"pangeran, kurasa ada yang mengetuk pintu. Ah...." desahan itu kembali keluar saat Akhtar menciumi perut rata Vienza.
Tok... Tok... Tok..
"shit...." maki Akhtar dan turun dari ranjang sambil melilitkan selimut yang ada kepinggangnya. Dia bersiap mengamuk sekarang.
"ada apa ha?"bentak Akhtar saat pintu terbuka. Ghafur sampai menarik nafasnya karena terkejut.
Dia sempat memperhatikan kedalam kamar melihat seorang wanita terbaring hanya memakai selimut untuk menutupi tubuhnya. Dan pangeran Akhtar juga melakukan hal yang sama.
"Ghafur aku bertanya ada apa, sampai kau mengganggu waktu ku dan istriku ha, dan apa yang kau lakukan barusan aku melihatnya. Kuperingatkan agar kau jangan pernah menatap putri Vienza. Karena itu adalah aturannya. Dia istriku dan calon Ratu diistana ini."
"maafkan saya pangeran. Saya hanya ingin mengatakan kalau besok baginda Raja meminta anda pergi ke Moskow untuk kunjungan bersama putri Vienza. Baginda Raja baru mendapat undangannya malam ini."
"astaga Ghafur, kau bisa memberiku pesan saja. Tidak perlu mengganggu malamku. Kali ini kumaafkan jika lain kali kau melakukan hal ini aku akan memberikan hukumanmu. Dan ingat, jangan menatap istriku lagi seperti kau sedang mencari tahu sesuatu."
"baik pangeran. Hamba mengerti."
Ghafur pergi dan Akhtar menyampaikan kepada para penjaga kamar Vienza kalau malam ini dia tidak ingin ada lagi yang mengganggu dirinya dan Vienza.
Akhtar kembali masuk kedalam kamar dan melihat Vienza masih membelakanginya.
Punggung Vienza menjadi hal pertama yang dia kecup dengan lembut lalu beralih kelehernya dan juga bibir merah dan manis itu.
Dan malam ini pun dilewatkan Akhtar berbeda dengan malam biasanya. Setiap dia melakukan hubungan intim dengan istrinya ini rasanya sungguh memabukkannya dan menginginkannya lagi dan lagi.
Akhtar lagi-lagi melihat Vienza yang sudah tertidur, diusap nya pipi merona itu dengan hati-hati. Betapa beruntungnya dia memiliki mainan seperti ini.
Tapi malam ini pun Akhtar tidak tidur dikamar ini. Dia memilih tidur dikamarnya sendiri. Tanpa dia sadar perasaan yang dia tolak itu sudah mulai menjalar memasuki ruang hatinya yang tak pernah ingin dia lakukan selama ini.
****
TBC