Akhtar duduk berhadapan dengan Vienza yang memakai piyama merah.
Mereka duduk diteras depan bungalow sambil menikmati sunset.
Sebelum memulai cerita tentang dirinya Akhtar mengambil sebotol anggur dan juga beberapa camilan didalam lemari es.
Akhtar memang lapar karena di cafe tadi dia tidak sempat makan apa pun, dia hanya meminum kopi hitamnya.
Perlu dicatat kalau Akhtar adalah penikmat kopi hitam, itu yang dapat diketahui Vienza tentang Akhtar selama mereka bersama beberapa waktu ini.
"Jadi, ada berapa mantan pacar mu Pangeran?"
Akhtar tersenyum geli karena Vienza tidak sabaran mendengar berapa mantan pacarnya.
"Aku memiliki dua mantan pacar, yang pertama saat aku masih remaja. Dia anak dari salah satu pengusaha kaya di Wieldburg. Tapi saat kami melakukannya ternyata dia sudah sering melakukan hal itu kepada pria lain."
Vienza terkejut bukan main saat Akhtar mengatakan kalau saat remaja dia sudah menyentuh wanita.
"Jangan berpikir buruk tentangku sayang, hampir semua pria tidak akan tahan jika ada seorang wanita melemparkan dirinya begitu saja." Vienza menyela ucapan Akhtar selanjutnya
"Jadi maksudmu mantan pacarmu itu yang mengajakmu melakukannya.?"
Akhtar mengangguk dan Vienza tak habis pikir. Apakah dia yang terlalu ketinggalan jaman atau wanita itu yang terlalu modern.
"Setelah hari itu, dia mulai sering mengatur ku. Dia merasa karena sudah tidur denganku dia bisa memilikiku. Tidak lama kami berpacaran dan setelah itu aku memutuskannya. Dia awalnya tidak terima dan mengoceh hingga membuatku pusing. Tapi aku mengancam akan menghancurkan keluarganya."
Vienza masih serius mendengarkan.
"Setelah setahun aku akhirnya menemukan seseorang yang menarik perhatianku. Dia seorang putri dari Maroko. Kami bertemu dipesta yang diadakan di Fortania saat Ayahmu mengadakan pesta ulang tahunnya."
Vienza mengingat ingat putri dari Moroko maksud Akhtar itu. Dan dia ingat.
"Namanya Alena bukan. Putri Alena, yah dia memang cantik dan pintar."
"Dia hanya lumayan cantik Vienza."
"What? Lumayan cantik, apa maksudnya. Jika dia lumayan cantik kau tidak akan terpikat saat itu Pangeran." Akhtar mendekatkan wajahnya ke Vienza.
"Karena bagiku hanya istriku yang paling cantik." Wajah Vienza merona dan dia memukul bahu Akhtar kesal.
"Lalu apa yang terjadi dengan kau dan Putri Alena itu?"
"Alena tidak tahan dengan semua berita tentangku yang dikelilingi wanita cantik. Kami selalu ribut karena hal itu, hingga dia bertanya satu hal kepadaku."
"Apa itu?"
"Dia bertanya apakah aku mencintainya atau tidak?"
Akhtar mengingat saat dimana dia mengatakan hal yang membuat Alena menangis. Vienza tidak sabar menantikan kelanjutan cerita Akhtar.
"Dan jawabanku adalah tidak." Vienza sudah menebak Akhtar tidak bisa mencintai seorang wanita. Ntah apa yang terjadi tapi pria ini sepertinya membatasi perasaannya.
"Dia tentu marah kepadaku, kami berhubungan dua tahun lamanya. Pernah Alena mengatakan sepertinya dia hamil, dan aku sangat kacau saat itu. Kami memeriksakannya tapi ternyata hasil nya negativ. Aku dan Alena bersyukur atas itu semua, hubungan kami kembali membaik, meski Alena tahu kalau aku belum mencintainya. Hingga...."
Vienza merasa Akhtar sangat tega kepada mantan pacarnya itu, kenapa bisa Akhtar tidak mencintai Alena setelah dua tahun mereka bersama.
"Hingga apa Akhtar... Kenapa setengah-setengah sih."
"Hingga dia mendengar kabar pertunangan kita saat itu." Vienza merasa bersalah sekarang. Eh... Tapi kenapa dia merasa bersalah kan seharusnya Akhtar tinggal menolak perjodohan mereka. Jika memang dia memiliki wanita lain.
"Satu hari setelah pertunangan dia meninggalkanku. Dia hanya berkata aku b******k, dan dia juga mengatakan kalau dia sangat mencintaiku."
Vienza memegang bahu Akhtar. Dia tahu perasaan bersalah ada disorot bola mata milik Akhtar.
"Kenapa kau menyetujui perjodohan kita, kau bisa menolaknya jika kau memiliki kekasih."
Akhtar memegang tangan Vienza dan memeluk istrinya itu.
"Aku sangat menyayangi ayahku Vienza, dia yakin kalau aku akan menyukaimu saat nanti kita menikah. Dan dia juga sangat yakin kalau kau adalah wanita yang tepat untukku, meski aku tidak yakin saat ibunda mengatakan kalau kau adalah putri paling cantik diseluruh negri ini."
Vienza tersenyum, bahagia melihat Akhtar sekarang berubah. Tidak kasar dan dingin lagi kepadanya.
"Aku memang menyakiti Alena, tapi jujur aku tidak menemukan perasaan yang sama saat aku dekat denganmu seperti ini. Padahal kau tahu aku dulu sama sekali tidak ingin berada lama-lama denganmu."
Mata Akhtar menatap dalam mata Vienza, dia mengecup kedua mata Vienza.
"Aku tidak bisa mencintai mu Vienza, tapi aku berjanji aku akan bersikap baik dan lembut kepadamu. Aku akan menjadi suami yang baik untukmu, apa kau percaya?" Vienza memperlihatkan jari manisnya yang sudah ada cincin nikah mereka.
"Aku percaya dan aku tidak keberatan jika kau tidak mencintaiku. Lagi pula untuk apa mengatakan cinta, kita seperti ini sudah lebih baik untukku. Boleh aku bertanya sesuatu?"
"Apa?"
"Apa kau memang sudah sering melakukan hubungan ehm... Itu.. Maksudku."
Akhtar tertawa dan mencium bibir Vienza menyentuh p******a milik Vienza sambil melumat bibir manis milik Vienza.
"Apa ini yang kau maksudkan sayang.?" Vienza malu dan membenamkan wajahnya didada Akhtar.
Vienza sekarang merasakan debaran yang cukup kuat saat bersama Akhtar. Dia menyukai senyuman Akhtar untuknya. Dia juga menyukai perhatian Akhtar untuknya. Kenapa dengan dirinya ini pikirnya.
"Aku banyak memiliki teman kencan. Tapi aku tidak sembarangan tidur dengan wanita-wanita itu. Aku juga selalu memakai pengaman, dan aku hanya tergila-gila melakukannya denganmu. Kau berbeda Vienza."
"Jangan membual Pangeran." Vienza tidak percaya, Akhtar pasti hanya menggodanya.
"Aku serius Vienza. Saat aku berpacaran dengan Alena aku masih suka berkencan dengan wanita lain tanpa dia tahu. Tapi saat aku menikahimu dan kita melakukannya aku tidak bisa berhenti untuk terus menyentuhmu. Dan aku tidak tergoda dengan wanita lain."
Vienza melepaskan pelukannya ditubuh Akhtar, dia ingat malam pertama dia terpaksa melayani Akhtar.
"Maafkan aku sayang, aku membuat mu sempat ketakutan kemarin. Maafkan aku?"
Vienza tersenyum dan Akhtar mencium keningnya.
Sore itu mereka lalui hanya dengan berpelukan sambil melihat mentari terbenam. Vienza tahu inilah awal mula kehidupannya dan Akhtar dimulai, Ghafur dan kenangan masa lalunya harus dia tinggalkan.
Mungkin saat ini dia jahat, tapi itu semua demi kebaikan dirinya dan Ghafur.
Malam harinya Akhtar mengajaknya untuk makan malam diluar, Akhtar sudah sangat rapi dengan stelan jas dan kemeja biru dongkernya.
Vienza juga memakai dress berwarna biru dongker pilihan Akhtar. Akhtar memakaikannya kalung bermatakan berlian yang dipesan khusus oleh Akhtar.
Saat memakaikan kalung indah itu Akhtar masih sempat mencium seluruh leher dan bibir Vienza. Dia harus menghentikannya karena Vienza mengomel lipstiknya akan hancur jika Akhtar meneruskannya.
Saat sampai diresort Vienza berpikir mereka akan makan malam direstoran atau pinggir pantai seperti layaknya makan malam romantis. Tapi ternyata salah, mereka pergi dengan sebuah mobil sedan dengan Thomas sebagai sopirnya. Dan dua buah mobil lagi yang mengikuti mereka, tidak jauh dari resort mobil mereka berhenti dan pintu dibukakan.
Vienza memandangi pintu masuk dan bangunan yang terlihat seperti restoran mahal.
Mereka bergandengan tangan masuk kedalam restoran itu.
Seorang resepsionist menyapa mereka ramah dan juga para pelayan disana.
Akhtar menuntunnya menuruni anak tangga dan mata Vienza membulat tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Ini adalah restoran bawah laut yang ada di Maladewa, sungguh luar biasa indah.
Vienza bisa melihat ikan-ikan cantik dan juga terumbu karang yang indah.
Akhtar menuntunya untuk duduk dikursi yang sudah disiapkan.
"Apa kau suka sayang?" Vienza tersenyum bahagia. Dan menggenggam tangan Akhtar, baginya ini sangat indah. Tapi siapa yang memberitahu Akhtar kalau ini juga salah satu list bulan madu impiannya. Zyan tidak tahu akan hal ini.
"Dari mana kau tahu aku juga menginginkan ini? " Akhtar yang sedang memasang lap dikerah kemeja nya melihat Vienza tidak mengerti.
"Aku tidak tahu kau menginginkan ini. Aku malah memang berinisiatif mengajakmu kemari." Wajah Vienza tidak percaya dan dia juga Akhtar tertawa.
"Oke.. Oke... Aku bertanya apa saja yang kau suka kepada ibundamu kemarin."
Akhtar benar-benar membuatnya malu, ibundanya pasti akan menggodanya nanti. Dan sudah pasti ibundanya itu sekarang tidak terlalu khawatir lagi. Karena Akhtar sekarang sudah sangat memperdulikannya, dilihat dari pria itu mencari tahu tentangnya.
Saat makan malam romantis itu Vienza dan Akhtar kembali banyak bercerita segala macam hal. Akhtar dan Vienza kembali ke Bungalow mereka, Vienza benar-benar lelah. Dia secepat mungkin membersihkan tubuhnya, dan dia tidur disebelah Akhtar yang sudah berganti kaos dan celana pendek.
Akhtar memeluk tubuh Vienza sambil menciumi tengkuk dan telinga Vienza.
Membuat Vienza geli dan merona.
"Sayang... Apa kau keberatan jika besok kita ke New York?"
"Untuk apa?"
"Kita akan melihat penampilan Zia disana. Aku sudah memesan tiket untuk kita." Vienza membalikkan posisi tidurnya menatap Akhtar.
"Kau serius?"
"Ya sayang, aku tahu kau merindukannya. Lagi pula setelah dari New York kita akan langsung kembali ke Wieldburg."
"Aku mahu tentu saja, Zia pasti sangat terkejut melihat kita disana."
"Ya, tapi kau harus selalu memegang tanganku selama disana."
"Is... Dasar... Kenapa harus seperti itu."
"Karena jika tidak aku tidak tahu yang mana dirimu atau Zia. Hahahahha... "
Vienza memutar bola matanya malas. Tentu saja Akhtar bisa membedakan mereka berdua. Warna Bola mata mereka berbeda, lagi pula Zia lebih tinggi sedikit dibanding dengan Vienza.
"Bilang saja kamu takut kalau pria lain akan menatapku dan meminta berkenalan."Akhtar tersenyum licik kepada Vienza.
"Jika mereka berani mendekatimu, berarti mereka siap untuk mendapatkan pukulan dari ku sayang."
Kalimat terakhir dari Akhtar menutup semua percakapan mereka. Akhtar sudah melumat bibir Vienza, dan juga sudah membuat Vienza tidak mengenakan apa pun, Akhtar benar-benar tidak bisa berhenti menginginkan Vienza. Mereka melakukannya lagi, hingga keduanya lelah dan tertidur sambil berpelukan.
Ada sebuah pesan yang masuk kedalam ponsel Vienza. Dan Vienza tidak tahu karena dia sudah terlelap.
Ghafur
Aku menunggumu besok diresort. Jika tidak aku akan mengatakan semua nya kepada Akhtar. Aku mencintaimu Vienza, sangat mencintaimu.
TBC...