10.

1157 Words
Akhtar menatap lama mata Vienza, deru nafas mereka beradu. Saat Akhtar ingin mencium Vienza gerakan itu tertahan. "Ehm... Apa yang kau ingin tanyakan tadi." Akhtar mundur menatap lama wajah datar yang tetap saja cantik itu. Dia memegang dagu Vienza, dan mencium leher Vienza. Beralih ke bibir Vienza yang masih tertutup rapat. Sudah lama Akhtar menahannya, dan tidak untuk sekarang. Dia sudah benar-benar gila jika bisa tahan melihat tubuh seksi Vienza. Tapi sialnya Akhtar tak bisa melanjutkan aktifitas nya, lagi-lagi ada orang yang mengganggu dirinya dan Vienza. "Maaf pangeran hamba pikir ada orang lain yang berada di dapur." Vienza membeku mendengar suara itu. Dia perlahan membuka matanya yang tertutup rapat saat Akhtar menciumnya tadi. "Ghafur.... Ghafur, kenapa kau selalu membuat moodku rusak. Ada perlu apa kau kesini, bukankah kau berada di ibukota." Ghafur terlihat tidak takut dengan Akhtar, dia baru saja melihat wanita yang dia cintai sedang dicium pria lain dan hatinya menggebu-gebu ingin memukul Akhtar saat ini. Dia tahu pasti Vienza tidak menikmati ciuman Akhtar. Dia tahu Viza nya ketakutan, dia melihat jelas semuanya tadi. "Maafkan saya Pangeran, tapi baginda Raja lah yang menyuruh saya untuk menyusul putri dan pangeran disini." Ghafur melirik Vienza sebentar yang ternyata memandanginya lalu membuang muka. Vienza lalu berjalan meninggalkan dapur. "Jika apa yang ingin kau katakan sudah selesai kau bisa pergi Ghafur. Dan ingat jika kau secara tidak sengaja melihat ku sedang bersama istriku, lebih baik kau pergi atau diam ditempatmu." Akhtar berlalu menyusul Vienza yang sudah pergi meninggalkan Ghafur yang menutup kedua wajahnya dengan telapak tangannya. Flash back  "Sayang... Apa sudah selesai membacanya.?" Ghafur sedang memeluk Vienza dari belakang sedangkan Vienza membaca buku. Vienza tersenyum dan membalikkan tubuhnya menatap Ghafur, dia mengalungkan tangannya dileher Ghafur. Ghafur ingin menciumnya tapi Vienza mengelak. Wanita itu tertawa sambil berlari dari Ghafur. Mereka kejar-kejaran didalam apartement kecil milik Vienza. Ghafur akhirnya berhasil menangkap Vienza dan mereka berdua terjatuh. Vienza yang berada dibawah Ghafur melihat mata Ghafur sambil tersenyum. Ghafur mencium kening Vienza dan mata Vienza terpejam. "I love you. Meski kau bosan mendengarnya, tapi aku tetap akan mengatakan nya terus setiap hari." Flash back end. Vienza menatap keluar jendela, sedangkan Ghafur menatap langit sore. Mereka saling merindukan kebersamaan itu, Vienza kembali meneteskan air matanya, rasanya dadanya sesak oleh suatu perasaan yang dinamakan rindu. Ghafur dibawah sana mengetikkan pesan dan mengirimnya ke Vienza. Aku berharap tidak melihatnya tadi. Kau tahu rasanya viza? TIDAK. Kau tidak tahu betapa aku ingin menarikmu tadi. Temui aku malam ini digudang villa ini. Vienza terkejut dan segera menghapus pesan Ghafur karena kehadiran Akhtar. " Vienza, kurasa kau tidak perlu memasak. Aku akan menyuruh Thomas membelikan makanan untuk kita." Akhtar mendekati Vienza, tapi wanita itu menjaga jarak. "Hm.. Kurasa aku bukan monster yang perlu kau takuti. Aku adalah suamimu, dan kau harus ingat itu. Jaga sikapmu Vienza." Akhtar geram melihat ketakutan dimata Vienza saat akhtar mendekatinya. "Aku saja yang memasak. Aku bisa melakukannya, biar Thomas istirahat. Dia pasti lelah." Vienza menunduk lalu pergi dari hadapan Akhtar. Akhtar diam ditempatnya dan melihat ponsel yang terletak dimeja dekat jendela. Diam-diam akhtar mencoba membuka ponsel itu tapi terkunci, hanya menampilkan foto Vienza. Akhtar tersenyum melihat foto diri Vienza yang tersenyum lucu difoto itu. Akhtar mencoba membuka dengan pola-pola asal. Dan percobaan ketiga berhasil. Dia sangat gembira dengan hal itu. Hal pertama yang dituju Akhtar adalah galeri foto milik Vienza. Tidak ada yang menarik selain foto-foto Vienza dengan keluarganya. Mata Akhtar menatap kagum kepada sebuah foto dimana Vienza berfoto dengan ketiga saudara kembarnya. Dia belum pernah melihat adik perempuan Vienza, ternyata adik perempuan Vienza memiliki kecantikan seperti Vienza. Hanya saja yang membedakan adalah sepertinya adik Vienza lebih ceria daripada dirinya. Terlihat jelas dari senyuman nya. Akhtar menggeser foto berikutnya adalah foto Vienza dengan seorang pria. Akhtar penasaran siapa pria yang tidak terlihat wajahnya itu. Mereka berpelukan dengan wajah Vienza yang terlihat, karena pria itu membelakangi kamera. "Apa ini kekasih yang dicintai Vienza?" Akhtar bergumam sendiri. Dicarinya foto lain tapi tidak ada, hanya ada satu foto itu. Akhtar beralih membuka pesan dan kontak di ponsel Vienza tapi tidak menemukan apa pun. Akhirnya akhtar iseng mengirim semua foto Vienza ke ponselnya. Akhtar melihat nama nomornya yang disimpan Vienza dan dia tidak percaya akan apa yang dibacanya. "Gawat." Apa maksud vienza membuat call id nya gawat. Akhtar mengganti nama nya menjadi, "sweet husband" setelah itu dia mengganti wallpaper ponsel Vienza menjadi fotonya. Setelah cukup dia lalu meletakkan kembali ponsel itu seperti semula. Dia tidak bisa menahan senyum diwajahnya membayangkan ekspresi Vienza mengetahui hal yang dia lakukan. ****** Akhtar terbangun saat tangan lembut seseorang menyentuh tangannya. Dia membuka mata dan melihat wajah datar Vienza didepannya. "Ayo makan, semuanya sudah siap." Akhtar memandangi Vienza yang sepertinya sudah mandi. Rambut panjang Vienza masih terlihat sedikit basah dan bajunya nya sudah berganti menjadi kaos pas tubuhnya dan juga masih celana pendek, Hanya warna nya saja yang berbeda. Akhtar turun kedapur villa itu setelah mencuci wajahnya. Dilihatnya Vienza sedang menata makanan di atas meja bersama bibi Hafna. Akhtar tidak yakin makanan ini hasil masakan Vienza, karena semuanya seperti masakan rumah makan favoritnya. Ada udang sambal favoritnya,ayam goreng, sayur sup, sambal terasi dan bakwan jagung. Semua ini menu favoritnya, dari mana Vienza tahu hal ini pikir Akhtar. "Dari mana kau tahu makanan favoritku?" Akhtar menatap penuh selidik kepada Vienza. "Maaf jika kau tidak suka, aku hanya menanyakan kepada Mahira sebelum aku memasak tadi." Akhtar ingat saat dia mengecek ponsel Vienza memang ada panggilan keluar dengan nama adiknya itu. "Kenapa tidak bertanya kepadaku?" Vienza hanya diam tak menjawab. Tapi Akhtar tahu jawaban nya. Vienza takut kepadanya, entah kenapa itu membuat Akhtar gelisah. "Ayo makanlah,apa kau akan terus melihatku makan seperti itu. Atau kau berniat menyuapiku makan istriku?" Bibi Hafna tersenyum malu mendengar pangeran mahkota itu menggoda istrinya. Vienza duduk disebelah Akhtar dan mengambil makanannya sendiri. Bibi hafna dia, suruh beristirahat. "Besok kita akan kerumah sakit, dan sementara kau dirumah sakit aku ada urusan sebentar. Ghafur akan bersama mu saat aku pergi besok, jam tiga sore aku akan menjemputmu." Vienza mengangguk mengerti. Akhtar lelah melihat Vienza yang irit bicara ini. Saat vienza dan akhtar menikmati makan malam yang begitu nikmat menurut Akhtar  itu, yang mulia raja sedang berdoa bersama istrinya agar rencana mereka untuk membuat chemistry antara Akhtar dan Vienza itu berhasil. Ya, ini memang rencana Raja agar anak dan menantunya itu bisa dekat. Hanya saja Raja tidak tahu ada rencana busuk yang disiapkan seseorang untuk Akhtar dan Vienza. ******** Pagi ini Vienza berada di bangsal anak-anak. Dia membawa banyak mainan dan juga buah-buahan untuk anak-anak yang sedang dirawat dirumah sakit itu. Dia bertanya kepada beberapa Dokter keadaan rumah sakit dan menanyakan penyakit anak-anak disana. Ghafur yang diperintahkan Akhtar menemani Vienza menunggu didepan pintu, dia bahagia melihat senyuman yang dulu pernah dia lihat. Tidak jauh dari Ghafur, Akhtar ternyata juga sedang mengamati semua hal yang dilakukan Vienza. Akhtar pertama kali melihat senyuman bahagia diwajah Vienza. "Manis sekali" kata Akhtar kepada dirinya sendiri. Akhtar berjalan mendekati Vienza tapi dia berhenti saat dia melihat Ghafur juga mendekati Vienza.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD