part 1
"Dina, kemarin aku melihat Bagas jalan dengan perempuan lain." Mina berkata dengan hati-hati.
Bagaimanapun ini merupakan topik sensitif, Mina,hanya ingin Dina bertindak atas perselingkuhan Bagas.
Dina tersenyum. "Oh.. Bagas kemarin bilang pada aku kalau sedang berkumpul dengan teman-temannya. Dia
tidak sendiri kok." Dina mencengkram dress-nya.
Kecurigaannya semakin besar, Mina bukanlah orang
pertama yang mengadukan perbuatan Bagas
dibelakangnya. Dan ini juga bukanlah yang pertama kali.
"Dia mengecup pipi perempuan itu Dina, Selain itu
Bagas juga merangkul lengannya pada pundak perempuan itu. Sangat mesra layaknya orang yang sedang kasmaran." Mina bersikeras bahwa Bagas berselingkuh.
"Kamu mungkin salah lihat, Mina."Dina bergegas mengemasi barangnya lalu pamit pada Mina.
Mina hanya bisa menatap sendu kepergian Dina.
Berharap yang terbaik untuk sahabatnya.
Dina merasa sesak pada hatinya. Bohong jika ia tidak pernah sedih tiap ada teman bahkan kerabat yang memberitahukan mengenai perselingkuhan Bagas. la selalu mengkonfirmasikan langsung. Bagas hanya
menjawab jika itu semua hanya salah paham saja.ia sangat ingin percaya bahwa Bagas tidak pernah berselingkuh darinya. Mereka sudah memiliki tiga anak,apa jadinya jika Bagas benar selingkuh?
Suara mobil Bagas yang sangat dihafalnya terdengar,
Dina bergegas kedepan pintu untuk menyambut kepulangan suaminya.
"Hai sayang" Begitu sampai Bagas segera mengecup
kening dan pipi Dina
"Hai." Jawab Dina lirih.
Bagas mengernyit karena Dina tidak membalas
pelukannya dan terlihat tidak bersemangat. "Kamu
sakit?" Bagas memeriksa kening Dina, tidak panas.
Dina menggeleng, ia menggenggam tangan Bagas lalu
mengajaknya untuk duduk. "Bolehkah aku bertanya?"
Bagas mengangguk.
"Bisakah kamu berjanji untuk menjawab jujur?" Dina memilin tangannya, ia takut jika Bagas tidak menjawab jujur, kalaupun jujur Dina akan apa? la tidak tahu tapi
saat ini ia ingin Bagas hanya jujur.
Bagas seketika menegang. Tapi dengan tenang ia
menjawab. "Tentu sayang, aku selalu jujur dan terbuka
pada kamu."
Dina menatap Bagas tepat di matanya. "Ada beberapa orang yang melihat kamu jalan dengan perempuan lain, kalian mesra, bahkan kamu juga mengecup pipinya.
Apakah kamu berselingkuh dari aku?"
Bagas yang awalnya menatap mata Dina kini
pandangannya berputar tak berhenti bergerak. "Itu hanya salah paham" Jawab Bagas
Dina tahu Bagas berbohong, ternyata benar Bagas berselingkuh. Dina hanya diam dan menangis.
"Dina, benar aku tidak selingkuh." Bagas panik karena Dina yang menangis.
Di sela isak tangisnya, Dina pun berbicara. "Kamu bohong, mulut kamu bisa berbohong tapi tidak dengan mata kamu." Jawab Dina, ia tidak berteriak, tidak menekan suara, semua dikatakan dengan lembut.
"Dina, aku-"
"Bagas, kita sudah memiliki tiga anak, kembalilah." Pinta Dina, dia akan memaafkan Bagas demi ketiga anak mereka.
"Mina kan yang mengadu semua pada kamu? Sahabat kamu itu iri dengan pernikahan kita, karena pernikahannya sendiri berjalan dengan tidak baik. Dia ingin kamu berpisah dengan aku. Jangan percaya
dengan dia sayang, percaya pada aku saja. Semua itu salah faham, aku tidak sendirian saat itu, lagi pula dia hanya rekan kerja sayang, tidak lebih." Bagad berusaha
membuat Dina percaya.
Sementara Dina kesal, ia berdiri dari duduknya. "Jangan
menyalahkan Mina, lagi pula yang melihat kamu
berselingkuh itu bukan hanya Mina, tapi banyak!" Dina
menaikkan nada suaranya tidak habis pikir.
Bagas juga berdiri dari duduknya. "Kamu tidak percaya pada aku, terserahlah!" Bagas beranjak pergi meninggalkan Dina.
"Sudah cukup kesabaran aku pada kamu, ini bukan yang pertama kalinya, aku selalu memaafkan kamu, tapi aku sudah pada ambang batas kesabaran aku sendiri.
Kita bepisah saja, aku akan membawa Tarendra, Tabitha
dan Tigran bersamaku!" Dina bergegas ke kamarnya, ia berniat membereskan beberapa barangnya besertaanak-anaknya untuk pergi.
Bagas mengejar Dina dan menghentikannya. "Jangan gila kamu!"
"Aku tidak gila, kamu-lah yang gila!" Balas Dina sinis.
"Kalau kamu berani minta cerai, jangan harap kamu bisa bertemu anak-anak!" Ancam Bagas.
"Aku berhak, aku Mama-nya!" Dina berusaha
melepaskan cengkraman Bagas pada lengannya.
"Kamu pikir dengan keadaan kamu saat ini, tanpa sokongan dari aku, kamu bisa menghidupi mereka? Sadar diri saja, kamu butuh aku! Dina, aku baru saja pulang bekerja mencari nafkah untuk kamu dan anak
anak, tapi apa yang aku dapat atas pengorbanan aku? Bukannya aku dimanja atau diberi ketenangan, kamu malah mengajak aku ribut seperti ini! Jangan salahkan aku jika aku nantinya benar-benar selingkuh, ini salahmu yang tidak becus menjadı istrı!" Bagas tidak
melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Dina.
Dina menangis mendengar semua penuturan Bagas.
Siapa yang tidak sakit jika dicap tidak becus?
Bagas tidak tega pada Dina, lalu memeluknya. "Dina, jangan berkata yang tidak-tidak, kamu cukup percaya pada aku saja. Aku selalu pulang ke rumah, dimana
kamu dan anak-anak kita berada.!"
Dina terus menangis. Bagas melihat lengan istrinya yang memerah akibat cengkraman tangannya seketikamerasa bersalah. "Maafkan aku sayang." Bagas memegang dengan lembut lengan Dina dan mengecupnya.
Dina tidak bisa berkata-kata, ia begitu sakit mendengar perkataan Bagas, sebelumnya.la blank, sampai tidak bisa berpikir.
Bagas membawa Dina memasuki kamar mereka, la menyiapkan obat dan kompres untuk mengobati lengan
Dina. "Maafkan aku sayang, maafkan aku." Ucapan Bagas terdengar begitu tulus.Dina hanya diam membiarkan Bagas mengobati
lengannya.
#
Dina tidur membelakangi Bagas, meski begitu Bagas tetap memeluknya dari belakang.
Ini merupakan pertengkaran mereka entah yang keberapa kali dalam dua tahun terakhir, tentang hal yang sama. Dalam hati Dina kerap bertanya, apakah ia istri yang terlalu banyak menuntut? Tidak tahu terima
kasih? Lagi-lagi, hatinya sesak dan hanya bisa menitikkan air mata dalam diam.
Bagas adalah laki-laki yang bisa dikatakan masuk kategori Family Man, dia bertanggung jawab juga menyayangi istri dan anak-anak, tetapi satu hal yang kerap mengganggu pikiran Dina mengenai Bagas yang
kerap selingkuh darinya. Bagas tidak pernah mengakui jika dirinya selingkuh, Dina pun tidak pernah memergoki secara langsung Bagas berselingkuh.
"Bagas baik dalam segala hal selain hal itu, apakah
memang takdirku yang harus menerima kekurangan Bagas ini? Benar, Bagas selalu pulang dan selalu ada saat aku dan anak-anak butuh dirinya. Selain itu, aku
juga harus mengakui jika aku sangat membutuhkan bantuan Bagas dalam hal apapun termasuk finansial. Jika aku tetap diam dan tidak mempermasalahkan
kelakuan Bagas, kami tidak akan bertengkar, anak anakku tidak akan kehilangan sosok Papa-nya, Bagas juga bersikap romantis, tidak ada salahnya aku sedikit
berbagi apa yang aku rasakan pada beberapa
perempuan lain. lya. tidak apa-apa."Ucap Dina dalam hati, tanpa disadari Dina perlahan mengikhlaskan Bagas,mulai tidak merasakan cemburu, dan yang tanpa Bagas sadari, Dina perlahan menjalani rumah tangganya bersama Bagas mungkin.Tanpa cinta.