Penghianat

Penghianat

book_age16+
3
FOLLOW
1K
READ
family
drama
like
intro-logo
Blurb

Dina sudah lama menyadari perselingkuhan suaminya, Bagas. Meski begitu la selalu menutupi walau ada beberapa pertengkaran diantara mereka. Hingga tanpa disadari Dina perlahan mengikhlaskan Bagas, mulai tidak merasakan cemburu, dan yang tanpa Bagas sadari, Dina perlahan menjalani rumah tangganya bersama Bagas tanpa cinta.

chap-preview
Free preview
part 1
"Dina, kemarin aku melihat Bagas jalan dengan perempuan lain." Mina berkata dengan hati-hati. Bagaimanapun ini merupakan topik sensitif, Mina,hanya ingin Dina bertindak atas perselingkuhan Bagas. Dina tersenyum. "Oh.. Bagas kemarin bilang pada aku kalau sedang berkumpul dengan teman-temannya. Dia tidak sendiri kok." Dina mencengkram dress-nya. Kecurigaannya semakin besar, Mina bukanlah orang pertama yang mengadukan perbuatan Bagas dibelakangnya. Dan ini juga bukanlah yang pertama kali. "Dia mengecup pipi perempuan itu Dina, Selain itu Bagas juga merangkul lengannya pada pundak perempuan itu. Sangat mesra layaknya orang yang sedang kasmaran." Mina bersikeras bahwa Bagas berselingkuh. "Kamu mungkin salah lihat, Mina."Dina bergegas mengemasi barangnya lalu pamit pada Mina. Mina hanya bisa menatap sendu kepergian Dina. Berharap yang terbaik untuk sahabatnya. Dina merasa sesak pada hatinya. Bohong jika ia tidak pernah sedih tiap ada teman bahkan kerabat yang memberitahukan mengenai perselingkuhan Bagas. la selalu mengkonfirmasikan langsung. Bagas hanya menjawab jika itu semua hanya salah paham saja.ia sangat ingin percaya bahwa Bagas tidak pernah berselingkuh darinya. Mereka sudah memiliki tiga anak,apa jadinya jika Bagas benar selingkuh? Suara mobil Bagas yang sangat dihafalnya terdengar, Dina bergegas kedepan pintu untuk menyambut kepulangan suaminya. "Hai sayang" Begitu sampai Bagas segera mengecup kening dan pipi Dina "Hai." Jawab Dina lirih. Bagas mengernyit karena Dina tidak membalas pelukannya dan terlihat tidak bersemangat. "Kamu sakit?" Bagas memeriksa kening Dina, tidak panas. Dina menggeleng, ia menggenggam tangan Bagas lalu mengajaknya untuk duduk. "Bolehkah aku bertanya?" Bagas mengangguk. "Bisakah kamu berjanji untuk menjawab jujur?" Dina memilin tangannya, ia takut jika Bagas tidak menjawab jujur, kalaupun jujur Dina akan apa? la tidak tahu tapi saat ini ia ingin Bagas hanya jujur. Bagas seketika menegang. Tapi dengan tenang ia menjawab. "Tentu sayang, aku selalu jujur dan terbuka pada kamu." Dina menatap Bagas tepat di matanya. "Ada beberapa orang yang melihat kamu jalan dengan perempuan lain, kalian mesra, bahkan kamu juga mengecup pipinya. Apakah kamu berselingkuh dari aku?" Bagas yang awalnya menatap mata Dina kini pandangannya berputar tak berhenti bergerak. "Itu hanya salah paham" Jawab Bagas Dina tahu Bagas berbohong, ternyata benar Bagas berselingkuh. Dina hanya diam dan menangis. "Dina, benar aku tidak selingkuh." Bagas panik karena Dina yang menangis. Di sela isak tangisnya, Dina pun berbicara. "Kamu bohong, mulut kamu bisa berbohong tapi tidak dengan mata kamu." Jawab Dina, ia tidak berteriak, tidak menekan suara, semua dikatakan dengan lembut. "Dina, aku-" "Bagas, kita sudah memiliki tiga anak, kembalilah." Pinta Dina, dia akan memaafkan Bagas demi ketiga anak mereka. "Mina kan yang mengadu semua pada kamu? Sahabat kamu itu iri dengan pernikahan kita, karena pernikahannya sendiri berjalan dengan tidak baik. Dia ingin kamu berpisah dengan aku. Jangan percaya dengan dia sayang, percaya pada aku saja. Semua itu salah faham, aku tidak sendirian saat itu, lagi pula dia hanya rekan kerja sayang, tidak lebih." Bagad berusaha membuat Dina percaya. Sementara Dina kesal, ia berdiri dari duduknya. "Jangan menyalahkan Mina, lagi pula yang melihat kamu berselingkuh itu bukan hanya Mina, tapi banyak!" Dina menaikkan nada suaranya tidak habis pikir. Bagas juga berdiri dari duduknya. "Kamu tidak percaya pada aku, terserahlah!" Bagas beranjak pergi meninggalkan Dina. "Sudah cukup kesabaran aku pada kamu, ini bukan yang pertama kalinya, aku selalu memaafkan kamu, tapi aku sudah pada ambang batas kesabaran aku sendiri. Kita bepisah saja, aku akan membawa Tarendra, Tabitha dan Tigran bersamaku!" Dina bergegas ke kamarnya, ia berniat membereskan beberapa barangnya besertaanak-anaknya untuk pergi. Bagas mengejar Dina dan menghentikannya. "Jangan gila kamu!" "Aku tidak gila, kamu-lah yang gila!" Balas Dina sinis. "Kalau kamu berani minta cerai, jangan harap kamu bisa bertemu anak-anak!" Ancam Bagas. "Aku berhak, aku Mama-nya!" Dina berusaha melepaskan cengkraman Bagas pada lengannya. "Kamu pikir dengan keadaan kamu saat ini, tanpa sokongan dari aku, kamu bisa menghidupi mereka? Sadar diri saja, kamu butuh aku! Dina, aku baru saja pulang bekerja mencari nafkah untuk kamu dan anak anak, tapi apa yang aku dapat atas pengorbanan aku? Bukannya aku dimanja atau diberi ketenangan, kamu malah mengajak aku ribut seperti ini! Jangan salahkan aku jika aku nantinya benar-benar selingkuh, ini salahmu yang tidak becus menjadı istrı!" Bagas tidak melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Dina. Dina menangis mendengar semua penuturan Bagas. Siapa yang tidak sakit jika dicap tidak becus? Bagas tidak tega pada Dina, lalu memeluknya. "Dina, jangan berkata yang tidak-tidak, kamu cukup percaya pada aku saja. Aku selalu pulang ke rumah, dimana kamu dan anak-anak kita berada.!" Dina terus menangis. Bagas melihat lengan istrinya yang memerah akibat cengkraman tangannya seketikamerasa bersalah. "Maafkan aku sayang." Bagas memegang dengan lembut lengan Dina dan mengecupnya. Dina tidak bisa berkata-kata, ia begitu sakit mendengar perkataan Bagas, sebelumnya.la blank, sampai tidak bisa berpikir. Bagas membawa Dina memasuki kamar mereka, la menyiapkan obat dan kompres untuk mengobati lengan Dina. "Maafkan aku sayang, maafkan aku." Ucapan Bagas terdengar begitu tulus.Dina hanya diam membiarkan Bagas mengobati lengannya. # Dina tidur membelakangi Bagas, meski begitu Bagas tetap memeluknya dari belakang. Ini merupakan pertengkaran mereka entah yang keberapa kali dalam dua tahun terakhir, tentang hal yang sama. Dalam hati Dina kerap bertanya, apakah ia istri yang terlalu banyak menuntut? Tidak tahu terima kasih? Lagi-lagi, hatinya sesak dan hanya bisa menitikkan air mata dalam diam. Bagas adalah laki-laki yang bisa dikatakan masuk kategori Family Man, dia bertanggung jawab juga menyayangi istri dan anak-anak, tetapi satu hal yang kerap mengganggu pikiran Dina mengenai Bagas yang kerap selingkuh darinya. Bagas tidak pernah mengakui jika dirinya selingkuh, Dina pun tidak pernah memergoki secara langsung Bagas berselingkuh. "Bagas baik dalam segala hal selain hal itu, apakah memang takdirku yang harus menerima kekurangan Bagas ini? Benar, Bagas selalu pulang dan selalu ada saat aku dan anak-anak butuh dirinya. Selain itu, aku juga harus mengakui jika aku sangat membutuhkan bantuan Bagas dalam hal apapun termasuk finansial. Jika aku tetap diam dan tidak mempermasalahkan kelakuan Bagas, kami tidak akan bertengkar, anak anakku tidak akan kehilangan sosok Papa-nya, Bagas juga bersikap romantis, tidak ada salahnya aku sedikit berbagi apa yang aku rasakan pada beberapa perempuan lain. lya. tidak apa-apa."Ucap Dina dalam hati, tanpa disadari Dina perlahan mengikhlaskan Bagas,mulai tidak merasakan cemburu, dan yang tanpa Bagas sadari, Dina perlahan menjalani rumah tangganya bersama Bagas mungkin.Tanpa cinta.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
295.2K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
214.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
152.6K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
172.0K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.6K
bc

TERNODA

read
193.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook