Bab 10 Berusaha ada untukmu.

1004 Words
Abiyan saat itu masih berontak akan menghampiri Alena yang sudah berjalan beberapa langkah di depannya. Namun Nayla cukup kuat untuk menarik lengan tangan Abiyan saat itu. "Tapi Nay... Alena sendirian tuh..." ucap Abiyan saat ia sudah melihat Alena menyeberang jalan dan menyapa kedua orang disana. Lalu Abiyan berhenti berontak saat ia melihat kedua orang tersebut malah patuh dan menunduk saat menyapa Alena. "Nay... itu beneran? dia nggak akan ngapa-ngapain Alena kan? gimana?" ucap Abiyan yang masih diliputi rasa tidak percaya atas apa yang di lihatnya disana. "Apa yang kamu khawatirkan Biyan?? lihatlah... Alena malah cekikikan pada kedua pengawal itu." Ucap Nayla yang seketika itu mampu membuat lelaki itu menoleh menatap kearahnya. Abiyan menatap Nayla dengan tajam disana. "Pengawal? siapa mereka? kamu tahu pastinya siapa mereka ya kan?" tanya Abiyan pada gadis itu. "Emb... Alena mau jadi artis... mereka pengawalnya... jadi... jangan coba-coba ya..." ucap Nayla pada lelaki itu. Dan saat itu juga Abiyan mendelik seketika. Dan saat lelaki itu menatap kearah Alena lagi. Gadis itu sudah masuk kedalam mobil dan mobil itu melaju pergi meninggalkan tempat. "Udah ah ayo Biyan... nunggu apa lagi sih?" ucap Nayla yang lalu menyadarkan Abiyan disana. Di dalam mobil yang Alena tumpangi. "Pak... ini mau kemana kita?" tanya Alena pada kedua orang itu. "Kita mau ke butik non... karena nyonya sudah menunggui disana. Mau ambil gaun pengantin..." ucap salah seorang yang menjawabnya. "Oh..." ucap Alena lagi. "Oh ya pak... boleh tanya nggak?" ucap Alena yang ingin tahu. "Boleh non... silahkan, non mau tanya apa?" jawab keduanya. "Emb... apa mama disana dengan kak Emilio?" tanya Alena yang penasaran. Meski Alena tahu jika Emilio sudah mengiriminya pesan jika ia akan muncul jika sudah waktunya. "Oh tidak non... tadi nyonya sama tuan besar datangnya. Dan tuan besar pergi ke kantor." Ucap.salah seorang yang menjawabnya. "Oh jadi begitu ya? oh ya pak! emb... apa tuan muda kalian itu tampan? akh... maksud aku itu... apa kak Emilio wajahnya tampan?" tanya Alena yang ingin tahu. "Tampan sekali non... bahkan... artis ibu Kota sampai luar Negri kalah... dan lagi ya... tuan muda juga banyak mendapat tawaran untuk main film atau iklan... nggak hanya di dalam Negri aja non yang nawarin. Di luar Negri pun banyak." Ucap salah seorang dengan jujurnya. Dan Alena saat itu hanya mendengus sebal. Bukannya malah senang. "Non kenapa malah terlihat tidak senang begitu akan punya suami tampan?" tanya salah seorang pada Alena. "Gimana saya harus senang pak? kak Emil aja tingkatanya sudah model luar Negri... nah saya? buluk begini pak... kentang banget... trus pantas saja kak Emil nggak mau ketemu saya." Ucap Alena dengan nada sendunya. "Uhuk!" tiba-tiba Emilio tersedak minumannya saat ia menatap layar ponsel yang ada di depannya. Sembari senyumnya tersungging disana. Ternyata di dalam mobil tersebut ada kamera pangawas yang tepat menghadap wajah Alena. Dan lelaki itu bisa mendengar percakapan sertaelihat semua yang Alena dan kedua pengawal yang ada di dalam mobil tersebut ucapkan dan katakan. "Ada apa Emil?" tanya mamanya yang tengah duduk di sampingnya. Dan menatap sang putra yang tengah cekikikan menatap layar ponsel dengan kedua telinga yang di sumpat oleh headset di kedua sisinya. Rupanya sengaja Emilio datang kesana hanya ingin melihat Alena memilih gaun dan mencobanya. Emilio menyempatkan waktunya sebelum ia sibuk kembali. Namun saat itu hanya ada dirinya dan mamanya saja disana. Dan hanya mamanya yang tahu jika ia sengaja datang. Saat itu Emilio tidak mendengar apa yang mamanya tanyakan. Sampai mamanya menepuk pundaknya beberapa kali disana. "Ehmz..." dengus mamanya disana. "Ada apa sih mah?" dengus Emilio balik pada mamanya. "Sayang... dari tadi kamu tuh cekikikan aja! hemz... ada apa memangnya? kamu lagi apa? liat apa? hemz... maen apa sayang?" tanya mama Emilio pada sang putra. "Lagi liat video kelinci imut mah... imut banget... akh... udah ya mah... Emil sembunyi dulu di dalam ruangan sana." Ucap Emilio yang lalu beranjak dari tempatnya dan pergi seketika. Hingga terlihat Alena dan dua orang yang mamanya suruh. Datang mendekat ke arahnya. "Sejak kapan Emil suka dengan kelinci? perasaan dia nggak suka deh?" ucap dalam hati mamanya saat itu. "Mama..." sapa Alena pada calon mama mertuanya. "Iya sayang... gimana perjalanannya?" ucap mama yang ingin tahu. "Emb... biasa aja kok mah..." ucap Alena. "Yaudah... cepat pilih sayang... gaun mana yang menurut seleramu? yang kamu sukai... ini untuk acara sakralnya sayang... kalau untuk acara rame-rame sama resepsinya nunggu kamu lulus sekolah... atau kuliah, pokoknya tergantung kalian berdua aja gimana ngaturnya." Ucap mama Emil pada calon menantunya. Dan Alena hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya. Alena pun lalu segera mengikuti karyawan butik yang sudah menungguinya disana. sedangkan Emilio hanya bisa menatap Alena dari balik tirai tipis yang menghalangi pandangannya. Namun terlihat Alena yang tengah memilih gaun disana. "Dia ini sangat lucu dan imut saat menyebut dirinya sendiri kentang. Astaga... aku rasa ini pertama kalinya aku tertawa lebar setelah aku usai operasi. Tenang sayang... aku janji nggak bakalan melirik wanita lain. Meski aku tahu... jika mereka lebih sempurna dari dirimu calon istriku." Ucap Emil yang hanya dirinya sendiri yang mendengarkan. Hingga terlihat Alena sudah membawa tiga gaun untuk di cobanya. Gadis itu lalu membawa gaun itu masuk kedalam kamar ganti. Dan beberapa saat saja ia lalu keluar dengan mengenakan gaun yang pertama. Gaun warna biru muda dengan renda dan juga payet cantik. Dimana gaun tersebut adalah edisi terbatas butik tersebut. Butik milik salah satu artis terkenl ibu Kota dan juga perancang busana yang sudah mendunia. Seketika itu pula terlihat Emilio menatapnya disana. Namun... seketika Emilio menyibakkan sedikit kelambu itu dan memberi isyarat gelengan kepala pada mamanya. Tanda ia tidak suka Alena memakai gaun tersebut. Dan... benar saja. Mamanya menggeleng pada Alena. Alena pun segera tahu jika calon mama mertuanya itu tidak suka. Alena kembali masuk kedalam ruang ganti. Saat itu Alena berganti gaun sudah sampai empat kali. Namun tidak ada yang pas bagi Emilio saat ia melihatnya. Wajah cantik gadis itu pun segera cemberut, mama Emil pun tidak tega ketika melihatnya. Sampai... Emil memberi isyarat pada mamanya untuk mengambil gaun dengan warna pink muda disana. Mama Emil pun segera melakukan apa yang putranya inginkan. Usai mengambilnya, sang mama memberikan gaun tersebut pada Alena.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD