Bab 4 Sepintas melihat punggungmu.

1022 Words
"Kenapa kamu malah mengkhawatirkan putra mama nak? tidak, sayang... semua yang mama dan papa lakukan ini pun atas kemauan putra mama... jadi... kamu jangan khawatir lagi ya nak... sekarang yang terpenting adalah kamu menyiapkan diri kamu untuk pernikahan segera ya... jangan pikirkan yang lain mulai sekarang! semua tanggung jawab yang dulu mama kamu lakukan, sekarang menjadi tanggungan calon suami kamu. Dan kamu hanya harus belajar dengan giat tanpa memikirkan apapun. Buatlah dirimu senyaman mungkin ya sayang... mama akan selalu mendukung setiap keputusan baik yang akan kamu ambil. Apapun itu. Paham?" ucap mama Nisa dengan ramah dan halusnya pada Alena. Dan terlihat gadis itu hanya mengangguk sebagai gantinya. Karena Alena jujur tidak bisa menjawabnya dengan kata-kata. "Sekarang... kamu makan siang disini ya nak, nanti waktu pulang... biar pak supir yang antar. Oke? kalau begitu... kamu lihat-lihat ya... mama mau menyiapkan makan siang dulu." Ucap calon mertua dari Alena. Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawabannya. "Lihatlah keatas nak, kelantai dua, disana ada kamar calon suami kamu. Mungkin kamu akan menyukai suasananya juga." Ucap calon papa mertuanya. Dan lagi-lagi Alena hanya membalasnya dengan anggukan patuh saja. Saat itu ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk menjawab ucapan semua orang karena masih tidak percaya dengan apa yang ia alami. Hingga terdengar suara ponselnya berbunyi dengan awalan getaran beberapa kali. Tanda ada seseorang yang tengah menghubunginya disana. Segera saja Alena mengambil ponselnya dari dalam tas yang tengah mengalung di pundaknya. Alena sedikit menyunggingkan senyumannya disana saat ia tahu siapa yang tengah menghubunginya saat itu adalah sahabat baiknya. Yaitu Nayla. "Halo Nay... ada apa?" tanya Alena saat ia sudah mengangkat panggilan telpon dari sahabatnya itu di sela-sela jalannya menaiki anak tangga sembari menikmati pemandangan perabot antik serta berkelas. Yang pastinya mahal disana. "Emb... Le... kamu dimana? aku dan kak Rudi baru sampai rumah. Tapi kamu nggak ada. Sedang ngapain kamu? jangan bilang kalau sedang menemui ibu kamu ya!?" ucap Nayla saat itu yang begitu khawatir pada sahabatnya itu. Namun saat itu Alena malah menyunggingkan senyumannya disana karena sahabatnya itu begitu pengertian sampai khawatir padanya. Dan tanpa ia sadari. Lelaki yang bernama Emilio itu tengah membuka pintu ruang kerjanya. Lelaki itu berniat akan keluar dari dalam ruangan. Namun karena ia begitu terkejut saat melihat seseorang yang akan menjadi istrinya itu ada di sana, lelaki itu pun segera menutup pintunya kembali secara cepat dan perlahan hingga pintu itu rapat kembali. Sedangkan Alena yang tengah asyik mengobrol itu pun tidak menyadarinya disana. Degupan jantung Emilio seakan hampir menggila saat itu. Hingga beberapa kali lelaki itu menekan dadanya dengan satu tangannya sendiri disana. Dengan punggung yang menyandar pada daun pintu yang baru saja ia tutup kembali disana. "Akh... aku belum sanggup bertemu dengan gadis itu. Apa yang harus aku katakan padanya? biarlah takdir yang akan mengungkap segalanya. Dan aku sebisanya ingin bersembunyi darinya." Ucap Emilio yang lalu berusaha sedikit membuka pintu ruang kerjanya kembali. Lelaki itu berusaha mengintip dari balik pintu dimana keberadaan gadis itu. Dan saat ia tahu di gadis sudah melewati pintu ruang kerjanya, lelaki itu pun segera membuka pintunya dan keluar dari sana. Ia menutup kembali rapat-rapat pintu ruang kerjanya dan tergesa menuruni anak tangga menurun yang ada di depannya. Tanpa menoleh menatap kearah Alena kembali Emilio terus fokus pada anak tangga di depannya. Sedangkan Alena yang menyadari ada suara pintu yang terbuka lalu tertutup kembali segera saja menoleh menatap kearah sumber suara. Alena melihat sekilas sosok gagah lelaki yang tengah bergegas menuruni anak tangga disana. Segera saja Alena menuju kearah teralis yang menghubungkannya dengan lantai bawah. Tatapan matanya terus mengamati sosok gagah itu dengan kemeja lengan panjang biru laut yang tengah tersing-sing di bagian kedua lengannya. Dan sekilas lelaki itu menoleh menatap kearahnya. Namun hanya sekilas saja. Dan Alena tidak dapat melihat wajah si lelaki. Namun Alena tidak tahu jika Emilio sudah tamat menatap wajahnya. Dari bekal foto yang almarhumah ibu Alena yang khusus di berikan pada Emilio. "Siapa dia? masak iya itu kakaknya kak Emilio?" ucap tanya dalam hati Alena saat itu. Lalu ia pun melihat-lihat kembali saat itu. Sedangkan Emilio di bawah tengah menghampiri mamanya disana. "Mah... Emil tinggal dulu ya... maafkan Emil yang mungkin nanti sampai makan malam tidak bisa ikut mah... dan maaf juga nanti nggak bisa ngantar Alena pulang kerumah..." ucap Emilio pada mamanya disana. Mama Emil jelas tahu bagaimana sedihnya ia saat ia tahu ibu dari Alena yang sudah rela memberikan kehidupannya sendiri untuk menyambung hidup Emilio. Dan mama Emil masih ingat dengan jelas saat Emilio sempat mengurung dirinya beberapa hari didalam kamar karena menyesali kehidupannya yang baru adalah pengorbanan dari seorang ibu yang mengorbankan dirinya untuknya. Emilio sempat terpuruk, namun ia pun menyetujui keinginan wanita yang telah memberinya kehidupan itu. Dan berjanji akan sekuat tenaganya untuk menjaga Alena serta membahagiakan gadis itu. Meski ia tahu jika yang harus ia korbankan adalah masa depannya. Ia tidak mau pengorbanan ibu Alena sia-sia. Paling tidak Emilio bisa membalas budinya. "Nggak apa-apa sayang... hati-hati di jalan ya kalau begitu... Nanti biar mama beri tahu Alena kalau kamu nggak ada di rumah." Ucap mama Emilio yang langsung mendapat anggukan dari mamanya. Lalu terlihat lelaki itu berjalan pergi meninggalkan tempat. Terlihat Alena tengah berada diteras balkon atas rumah Emilio saat itu menatap pemandangan sekitar yang ia rasa sangat memanjakan matanya. Hingga terlihat lelaki gagah yang ia lihat tadi tengah menuruni anak tangga saat itu berjalan keluar dari rumah dan menuju ke garasi mobil. Namun Alena juga belum melihat wajah dari si lelaki. "Siapa ya dia? masak iya itu kakaknya kak Emilio?" ucap Alena saat itu. Hingga terlihat mobil yang dimasuki lelaki itu tengah berjalan pergi meninggalkan tempatnya disana. "Dia... kenapa hatiku sedikit merasa sedih saat melihatnya?" ucap Alena saat itu yang lalu membekap dadanya dengan satu telapak tangan dan mencoba menenangkannya. Hingga terlihat calon mama mertuanya itu tengah datang menuju kearahnya. "Sayang... ayo makan siang sama mama." Ucap calon mama mertua Alena. "Oh... iya mah... oh ya, tadi yang baru saja pergi itu apa kakaknya calon suami Ale ma?" tanya Alena yang langsung karena ingin tahu. "Akh... yang mana? yang barusan keluar tadi ya?" tanya balik calon mama mertua Alena. "Iya mah... yang pakai kemeja biru laut, Ale sepintas melihatnya tadi mah..." ucap gadis itu lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD