When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sampai menjelang tengah malam Mirror yang dipenuhi pengunjung masih terlihat aman. Beberapa wajah perusuh yang akhir-akhir ini sering datang dengan sikap urakannya juga tidak menampakkan batang hidungnya. Mungkin mereka tahu penjagaan disana diperketat, karena akhir pekan selalu full pengunjung. Masih dibuat galau permasalahannya dengan Shera, anak buahnya yang lain tidak ada yang berani celometan mengusik Liam. Sejak datang dia lebih banyak bungkam, mengotak-atik ponselnya dengan helaan nafas kasar. Jangankan telepon, kirim pesan sekedar menulis kata maaf saja dia ragu. Orangnya di Mirror, tapi pikiran Liam entah kemana. “Buruan kesini! Aku sudah dikepung, peluruku sudah habis ini!” seru Hera, anak perempuan Xena yang juga merupakan bestienya Jingga. Dari tadi mereka berdua sibuk dengan