Pagi ini hangatnya mentari yang menerobos jendela kamar membuat Erlin terbangun dari tidurnya yang lelap setelah tadi malam menngalami tekanan karena ucapan-ucapan suaminya yang sepertinya masih tetap menganggapnya tak ada. Dia bahkan jauh lebih senang manakala Erlin mengaku akan pulang kampung dengan lelaki lain. ‘Ya, kalau tak ada cinta tidak mungkin punya cemburu.’ Erlin menghibur hatinya untuk tidak lagi berharapa apapun dari suaminya, kecuali waktu yang dia janjikan untuk menceraikannya. “Sudahlah aku tak perlu menangis, betul kata Reza semalam, aku sangat tidak layak mendapatkan perlakuan tidak terpuji seperti itu dari lelaki yang telah menikahiku. Karena apapun adanya, diriku buknalah belati namun manusia yang punya hati dan perasaan. Erlin masih terus bermalas malasan di di tas