Bab 1, Leanita...
Bukan pernikahan seperti ini yang Lea impikan. menikahi seorang pria tampan dan mapan tentu diidamkan oleh kebanyakan gadis, begitu juga oleh Leanita namun tidak dengan tragedi kelam yang menyertainya. Menikahi Marshal adalah impiannya sejak masa pubertas. Lebih tepatnya sejak ia mulai mengenal cucu Oma Rita yang notabene adalah tetangga samping rumahnya. Mereka tidak sering bertemu dikarenakan keluarga Marshal tinggal di kota yang berbeda. Hanya jika sedang libur lebaran atau tahun baru saja tante Rima datang mengunjungi Ibunya yang tinggal sendirian. Anak Oma Rita tidak hanya tante Rima saja. Ada juga Om Irwan dan tante Ria. Hanya saja mereka datang tidak sesering tante Rima dan keluarganya. Apalagi sibungsu tante Ria yang tinggal di luar negeri. Setahu Lea, ketiga anak Oma Rita pernah tinggal di luar negeri tapi tante Rima dan Om Irwan sudah kembali menetap di Indonesia meski tetap saja tidak bisa tinggal bersama orang tuanya. Mereka bukannya tidak mengajak Oma Rita untuk tinggal bersama namun Oma Rita menolak dengan alasan tidak mau meninggalkan rumah penuh kenangannya bersama almarhum sang suami.
Karena terbiasa tinggal sendirian maka Oma Rita jadi akrab dengan keluarga Lea, terlebih selama ini hanya keluarga Lea yang sering menemaninya. Orangtua Lea juga yang mengurus saat Oma Rita sedang sakit. Wanita tua keras kepala nan penyayang itu tidak mau merepotkan anak menantunya sedikitpun.
Sebenarnya Oma Rita punya pembantu rumah tangga dan seorang sopir yang tinggal di paviliun belakang rumahnya, akan tetapi hubungannya dengan kedua pekerjanya itu tidak sedekat dengan keluarga Lea. Dengan keluarga Lea mereka sudah seperti keluarga saja.
Jika Lea cukup mengenal silsilah keluarga Marshal, berbeda sebaliknya. Marshal tidak mengenal Lea dengan baik. Pria itu hanya melihat Lea beberapa kali saat ia mengunjungi sang nenek saat libur tiba. Awalnya Marshal mengira kalau bocah dekil yang sering membuntutinya itu anggota keluarganya namun ternyata bukan. Maka sejak itu Marshal enggan untuk berakrab ria dengan Lea. Bahkan seiring bertambahnya usia mereka Marshal justru terlihat semakin menjaga jarak dengannya. Marshal merasa sangat marah jika liburannya diganggu dengan kehadiran gadis tetangga tersebut. Omanya sering meminta Marshal mengajak Lea bermain bersama disaat Marshal hanya ingin bermain bersama Naomi sepupu cantiknya.
Lea ingat dengan jelas kapan terakhir kali Marshal membolehkannya muncul di rumah Oma Rita saat mereka datang iaitu saat Marshal kelas tiga sekolah menengah atas dan kala itu Lea baru menginjak kelas dua sekolah menengah pertama. Sejak saat itu Lea hanya bisa mengintip kedatangan Marshal dan keluarga besarnya dari balik jendela kamarnya.
Masa itu sudah sangat lama berlalu. Hampir sebelas tahun lamanya. Namun Lea tidak bisa memadamkan gejolak rasanya kepada seorang Marshal william adams. Lelaki blasteran itu telah memaku rasanya sejak belasan tahun yang lalu!
Lea telah berjanji pada dirinya sendiri untuk terus mencintai Marshal dalam diam, karena untuk mengubur perasaannya terasa sangat sulit baginya. Rasa itu terus tumbuh meski Lea juga sadar kalau tidak akan ada harapan baginya untuk berbalas.
Sekarang mereka bukan lagi remaja tanggung nan labil namun rasa itu tetap sama. Lea masih saja melakukan aktifitas yang sama kala melihat kedatangan keluarga Marshal. Yang membuatnya berbeda adalah kedatangan seorang pria tampan yang selama ini cuma Lea dengar namanya tapi tidak dengan orangnya. Dialah, Antonio. Anak tante Ria yang baru kembali ke tanah air. Sepupu Marshal tersebut jauh berbeda dengannya. Antonio malah kelewat ramah kepada Lea, begitu juga dengan adiknya yang bernama Alicia. Sebenarnya adik kandung Marshal sendiri yang seumuran dengan Lea juga ramah padanya. Brigitta sering mengajaknya main bersama tapi selalu dilarang oleh Marshal.
Lea tidak pernah tahu alasan Marshal membencinya selama ini. Ataupun jika tidak bisa disebut membenci namun Marshal terlihat sangat tidak suka padanya. Entah alasan apa yang membuat pria itu mati - matian menjaga jarak dengannya. Untuk ukuran pertemuan mereka yang tidak sering tidak ada alasan bagi Marshal untuk membencinya. Leanita sering memikirkan kesalahan yang mungkin pernah ia lakukan sehingga Marshal begitu padanya. Tapi tidak ada satupun alasan yang bisa ia temukan. Untuk bertanya langsung pada Marshal jelas tidak mungkin karena pria itu memberikan jarak aman bagi mereka. Oma Rita yang peka dengan keadaan cucunya selalu membesarkan hati Lea dengan mengatakan kalau Marshal iri pada Lea karena Lea lebih dekat dengan Oma dibandikan dirinya. Alasan Oma Rita terdengar tidak masuk akal bagi Lea. Tidak mungkin Marshal iri padanya karena bagaimanapun Marshal cucu kandung Oma Rita.
Lamunan Lea buyar kala kenyataan menyadarkannya kalau sekarang pria yang membencinya itu telah berubah status menjadi suaminya.
Entah kenyataan ataukah cuma mimpi saja. Harusnya Lea lebih berharap kalau ini nyata namun meski ia memang nyata telah menjadi isteri Marshal namun tidak membuatnya bahagia. Ada perasaan sesak yang menghimpit dadanya.
Pernikahan mereka terjadi karena tregedi yang merenggut nyawa orang tuanya. Marshal menikahi Lea karena amanat orangtuanya sebelum mereka meninggal dunia. Bagaimana mungkin Lea bisa membawa perasaan bersalah ini seumur hidupnya. Sekarang saja Lea bahkan tidak berani mengangkat wajahnya dihadapan Marshal.
Andai saja, kejadian tabrak lari yang dialami oleh kedua orang tuanya tidak terjadi bersamaan dengan kedatangan keluarga Marshal tentu Marshal tidak harus terjebak dalam pernikahan dengannya.
Leanita kembali memilin jarinya. Semuanya terasa berat baginya. Perasaannya semakin hari semakin memburuk sejak jenazah kedua orang tuanya dimakamkan di dalam liang liat yang sama. Entah kenapa Oma Rita bersikeras untuk menikahkan mereka sebelum memakamkan jenazah orang tuanya. Lea tidak diberi kesempatan untuk bersuara sedikitpun. Terlebih lagi Marshal sendiri juga tidak mengeluarkan kalimat bantahan.
Air mata kembali mengalir deras di pipi Lea. Perasaannya sangat pilu mengingat takdir buruk yang datang tiba - tiba padanya.
" Menangislah untuk terakhir kalinya." ucap suara teduh yang membuat Lea menangis semakin kencang.
Oma Rita membawa tubuh bergetar Lea kedalam pelukannya.
Tangis Lea semakin menjadi didalam dekapan wanita tua yang sudah dianggapnya sebagai neneknya sendiri.
Oma Rita membiarkan Lea menangis dipelukannya. Mata tuanya memandang jauh kedepan. Kesalahan yang ada didepan matanya biarlah ia tanggung demi kebaikan semua orang.
Takdir yang menghampiri mereka memang buruk tapi ia tidak mau semuanya menjadi berlarut - larut.
Semoga Tuhan diatas sana mau mengampuninya kelak.
bersambung....