Beautiful Wound | 4

920 Words
“Kirana,” Panggil Rania lirih, begitu berada di ambang pintu ruang rawat Kirana, Kirana yang melihat kedatangan Rania tersenyum.                   “Rania...kau baik-baik saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu tadi.” Kirana tersenyum tulus, begitu cantik seperti biasanya yang akan membuat semua pria luluh.                   “Aku baik-baik saja, kau seharusnya mengkhawatirkan  dirimu sendiri.”                   Rania tersenyum lemah, ia melihat ke arah Aksa yang berdiri berseberangan dengannya, dan ia kembali tersenyum miris saat Aksa mengabaikannya, bahkan pria itu tak menatap ke arahnya. Sepertinya Aksa benar-benar tidak peduli dengan kehadiran Rania.                   “Aksa, kau tumben sekali diam, Rania di sini.” Kirana merasa aneh dengan sikap Aksa yang tidak biasanya, pria itu biasanya akan hiperaktif jika ada Rania, menggoda, mengejek, kadang merajuk pada Rania, namun kini yang ia lihat adalah Aksa yang seolah benar-benar tidak menginginkan kehadiran Rania di ruang rawatnya.                   “Ohk,” Aksa menatap Rania sekilas, membuat sakit itu semakin terasa di d**a Rania, saat Aksa benar-benar mengacuhkannya.                   “Apa ada sesuatu yang aku lewatkan? Kau bertengkar dengan Rania?” Kirana menatap Aksa menuntut jawaban, sepertinya rasa penasaran Kirana tidak mudah hilang begitu saja.                   “Tak apa, Kirana, aku akan pulang untuk mengambil  bajumu, nanti aku kembali lagi.” Rania tersenyum dipaksakan. Ia berbalik dan saat itu  juga ia merasakan kepalanya mendengung sakit tak tertahankan seperti dijatuhi sesuatu yang sangat berat.                                 “Uhuk... Uhuk....”Rania terbatuk, juga memegangi kepalanya yang terasa dijatuhi ribuan batu, ia jatuh terduduk, satu tangannya ia gunakan untuk menutup mulutnya dan satu tangannya lagi ia gunakan untuk memegangi kepalanya yang  mendengung sakit.                   “Kirania.” Teriak Kirana melihat Rania memuntahkan darah  dari mulutnya, membuat Aksa langsung mendongakkan wajahnya dan begitu terkejut melihat keadaan Rania yang terlihat kesakitan.                   “Astaga cucuku, apa yang terjadi?” Nenek Rania yang baru saja sampai di rumah sakit  berteriak histeris melihat cucunya itu yang berlumuran darah.                   “Nenek...ba...wa...aku...ke Jepang” Bisik Rania sebelum kesadaran merenggut dirinya secara penuh.                   “Kirania.” Teriak Kirana melihat Rania yang tak sadarkan diri di pangkuan neneknya, begitu juga Aksa, pria itu sangat terkejut dan langsung menghampiri Rania, ada rasa sakit dan penyesalan yang mendominasi hatinya melihat sahabatnya seperti itu, tidak seharusnya ia memarahi Rania, seharusnya ia menanyakan bagaimana keadaan  Rania, seharusnya ia memaksa gadis itu untuk memeriksakan kondisinya.. seharusnya... seharusnya, begitu banyak kata  seharusnya yang menjadi penyesalan untuk Aksa.                   Akira dan Keanu yang baru masuk setelah menjemput orang tua mereka di lobi rumah sakit begitu terkejut melihat Rania yang tak sadarkan diri dengan wajah pucat pasi dan mulut yang berlumuran darah, Akira segera memanggil dokter, dan dalam hitungan detik, tubuh Rania telah diangkat ke brankar dan di bawa menuju UGD.                   Mereka menunggu dengan cemas di depan ruang UGD, semua bertanya-tanya apa yang terjadi dengan gadis itu, bukankah ia baik-baik saja tadi, namun tidak ada yang bisa menjawab sebelum dokter  keluar dari ruangan tersebut.                   “Terjadi pendaharan di dalam otaknya, dan ia juga terlambat ditangani, kemungkinan untuk hidupnya sangat kecil.” Akira membelalakan mata mendengar penjelasan dokter, sedangkan Keanu sama-sama terkejut, rasa sesak dan penyesalan itu menyeruak, seandainya mereka juga memperhatikan kondisi Rania, karena Rania juga mengalami kecelakaan itu, seandainya mereka sebagai orang tua lebih peka dengan kondisi anaknya, dan di detik itu, mereka benar-benar mendapat pukulan telak, mereka benar-benar merasa gagal menjadi orang tua.                   “Tolong lakukan yang terbaik untuk cucu saya dok, setelah operasi saya akan membawanya ke Jepang untuk mendapat perawatan di sana.” Akira terkejut mendengar perkataan orang tuanya, jika mereka akan mengambil anaknya, tanpa sadar ia menggelengkan kepalanya, ia belum memberikan kebahagiaan dan kasih sayang untuk Rania dan kini orang tuanya akan mengambilnya.                   “Kalian gagal menjaga salah satu dari mereka.” Kata Ny. Kei, nenek Rania. Dan apa yang telah dikatakan oleh wanita tua itu, merupakan sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat. Kedua paruh baya itu hanya bisa menyesal dengan keadaan putrinya, dan mereka hanya bisa menuruti perkataan Ny. Kei, sebagai hukuman karena lalai menjaga salah satu dari anak kembarnya.  Flashback end ~ ***                   Tak terasa gadis itu sudah sampai di Bandara, sepanjang perjalanan Tokyo-Jakarta ia habiskan dengan  melamun, mengenang memori yang tidak akan pernah  ia lupakan, dalam hati kecilnya gadis itu begitu merindukan keluarganya. Bagaimanapun mereka tetaplah keluarganya. Orang yang paling ia sayangi di dunia ini, tak ada kebencian sama sekali dalam hatinya, ia masih  mencintai orang tua dan saudara kembarnya seperti biasanya dan ia sudah melupakan kejadian masa lalu itu. Sekali lagi ia menghirup udara Jakarta yang sudah lama ia rindukan, memejamkan matanya, menikmati saat hembusan  angin menyapa wajahnya.                   “Kirania....” Tiba-tiba ada yang memeluknya begitu kencang hingga tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang, membuatnya membuka mata, dan melihat gadis yang memiliki wajah yang sama dengannya tengah memeluknya begitu  erat, dan di belakangnya ia melihat Ibu dan Ayahnya tersenyum bahagia. Kirana melepaskan pelukannya.                   “Nenek yang memberitahu kami jika kau akan pulang hari ini.” Kirana menjawab kebingungan Rania dengan kedatangannya, karena ia tidak memberitahukan tentang kepulangannya pada siapa pun.                   “Anak nakal, kenapa baru kembali, Bunda sangat merindukanmu, maafkan Bunda sayang.” Akira memeluk anaknya dengan erat, air mata itu langsung mendesak keluar dari tempatnya, perasaan rindu  itu membuncah, melihat anaknya kembali dalam keadaan baik-baik saja.                   “Gadis bengal, Ayah tidak akan membiarkanmu pergi lagi, kau menyiksa kami semua karena begitu merindukanmu, maafkan Ayah sayang.” Keanu memeluk anak dan istrinya, sungguh ini adalah hal yang paling membahagiakan untuknya, saat melihat anak gadisnya telah kembali, dan ia berjanji akan menebus semua kesalahan dan waktu yang terbuang karena kebodohannya.                    “Aah aku begitu bahagia.” Kirana juga ikut memeluk  ketiganya itu penuh cinta. Semuanya telah kembali, keluarganya telah kembali.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD