Lelah menunggu seseorang yang sangat diharapkan kedatangannya itu, Fela menepikan dirinya sejenak dari area matras karate yang mengisi tengah ruangan besar ini. Ia mengelap keringatnya dengan handuk kesayangannya. Dilanjut meneguk air meniral yang tak pernah absen ia bawa. Dalam kesendiriannya itu, Fela bertanya, “Kemana Mas Wira? Padahal aku udah semangat banget karena sore ini bakalan dibimbing sama dia..” “Mana udah mau magrib, apa aku pulang aja, ya? Mama sama ayah pasti nungguin aku pulang.” Lagi, Fela membuat pertimbangan. Apakah ia harus tetap di sini menunggu Wira yang tak kunjung datang, seorang diri. Atau kah ia pulang saja. Kali ini, apakah Fela lagi-lagi akan menelan pil kekecewaan karena Wira? “Ahh, selalu saja. Mas Wira ada dendam apa sih sama aku!? Kayaknya emang sengaja