Naik motor ke sekolah

1759 Words
Pagi itu Ryota melihat ada motor hitam di garasi. Melihat lebih dekat, motor itu sebenarnya cukup bagus. Sebelumnya dia pernah melihat temannya juga hampir memiliki jenis motor gede yang sama. Tapi milik siapa motor ini? Dia akan bertanya pada orang rumah, tapi ponselnya kembali berdering. Mengabaikan rasa penasaran dan segera berjalan menuju mobilnya. Arsyla meminta untuk di jemput, karena arah rumah mereka berlawanan, maka akan memakan waktu lama untuk sampai ke sana. Dia harus melewati sekolahnya dan kemacetan jalanan Jakarta. Setelah lima belas menit mobil Ryota keluar dari gerbang, Krystal berjalan menuju motornya sambil memegangi helm dan juga jaket. "Nona, anda sebaiknya diantar oleh sopir. Nyonya Esma melarang anda mengendarai motor ke sekolah!" Pak Lim benar-benar kewalahan membujuk nona mudanya. Padahal sudah jelas kalau nyonya Esma tidak mengizinkan. Tapi sepertinya nonanya tidak berniat menurut. Motor itu baru diantarkan pagi tadi oleh jasa pengantaran barang juga berserta surat kepemilikan kendaraan. Krystal secara pribadi menunggu kedatangan motornya sejak pagi buta. Motor itu jenis Honda cb650r dengan harga ratusan juta. Pak Lim langsung melaporkan hal tersebut pada nyonya Esma, dan seperti dugaannya, nyonya Esma tidak setuju dengan pembelian motor. Karena dia khawatir dengan keselamatan cucunya, memintanya menyita kartu debit agar motor itu tidak jadi dibeli. Nyatanya sia-sia karena nonanya memiliki kartu lainnya untuk membeli motor tersebut. Mungkin pemberian dari ibunya. "Tenang Pak Lim. Aku mahir mengendarai motor. Aku sudah membuat SIM bulan lalu!" Krystal sudah mengatakan hal yang sama berulang kali. Dia tahu pak Lim khawatir, dan neneknya mungkin juga marah. Pak Lim melihat nonanya sudah mengenakan jaket, dan saat ini sedang mengenakan helm. Jantungnya berdebar kencang, membayangkan nonanya benar-benar akan naik motor di jalanan yang ramai. Apalagi nonanya masih baru di kota ini. "Nona, jangan lakukan ini. Anda bahkan tidak mengenakan celana panjang. Ini tidak aman. Ada debu di jalanan, ini tidak baik. Lebih baik jika sopir mengantar Anda ke sekolah!" Pak Lim selesai bicara, tapi nonanya malah menyalakan mesin motor gedenya. "Dadah pak Lim. Aku janji akan pulang dengan selamat!" Krystal sudah mengendarai motor barunya itu dengan semangat dan rasa haru. Berbeda dengan hari kemarin, rasanya seperti hari ini adalah hari pertamanya. Penjaga gerbang rumah Martin juga terkesima. Nona muda mereka sangat bergaya dan keren. Berbeda dengan kebanyakan nona muda kaya lainnya. Kemudian dia mengingat nona muda lainnya milik keluarga Martin. Lavanya dikenal sangat anggun dan cerdas. Kesan semua orang di rumah itu berbeda tentang Krystal. Sikap santainya juga cara berpakaiannya juga jauh berbeda dengan Lavanya. Tapi hal tersebut bukan hal yang tidak bisa diterima. Krystal memiliki gaya keren, bahkan saat hanya memakai celana pendek dan kaos oblong. Jika Krystal laki-laki, pasti ada banyak wanita yang terkagum padanya. Esma melihat dari jendela di lantai dua bersama Nadine. Keduanya tidak mengatakan apapun saat melihat Krystal mengendarai mogenya keluar dari halaman rumah Martin. Tapi ada kesombongan di wajah Nadine yang berhasil ditutupi sangat baik dengan ekspresi tenangnya. _ Meskipun masih baru, Krystal menghafal jalan dengan baik. Dia mengendarai motor itu dengan keren. Beberapa pengendara lainnya tertarik saat melihat seorang gadis cantik mengendarai motor gede ke sekolah. Krystal terus menarik banyak perhatian, bahkan saat motor itu memasuki gerbang sekolah. Beberapa siswa dibuat melongo dengan kedatangan seorang gadis mengendarai motor gede warna hitam ke sekolah. Ryota juga baru saja memasuki halaman sekolah bersamaan dengan kedatangan Krystal. Dia awalnya tidak mengenalinya, hanya saja merasa familiar dengan motor hitam tersebut. "Wah, siapa itu? Jantung gue berdebar-debar liatnya!" Arsyla benar-benar terkesima, meskipun belum melihat wajah sang pengendara, dia tahu kalau orang yang mengendarai motor gede itu wanita. Sangat keren, dia tidak tahu ada anak keren di sekolahnya. Ryota merasa ada yang salah. Dia menyuruh Arsyla agar segera keluar dari mobilnya. "Lain kali pesan grab kek, males banget jemput Lo. Mana jauh!" "Apaaan sih. Segitu doang jauh. Lagian punya temen itu harus digunain. Bukan buat pajangan doang!" Arsyla mengambil tasnya, dia akan membuka pintu mobil, saat melihat seorang gadis cantik melintas. "Oh, itu si anak baru kan tadi yang naik moge? Gila sih, kalo gue cowok, pasti langsung gue ajak pacaran!" Arsyla dibuat meleleh oleh seorang gadis. Ryota langsung mengalihkan pandangannya setelah mendengar ucapan Arsyla. Melihat ke arah yang sama, dan saat itu tangannya terkepal kuat. kembali mengingat saat pengendara motor itu masuk gerbang tepat di depan mobilnya. "Ryota, tunggu!" Arsyla terburu-buru karena Ryota langsung keluar mobil mendahuluinya. Dia melihat ekspresi marah di wajah laki-laki itu. Ada apa? Apakah dia mengatakan hal yang keterlaluan? Pemandangan pagi itu langsung menyebar di seluruh sekolah. Anak-anak membicarakan tentang anak baru yang mengendarai moge ke sekolah. Mereka tidak tahu latar belakang anak baru itu, tapi sekarang mereka yakin Krystal pasti dari keluarga kaya. Josh dan teman-temannya juga tadi melihat kejadian yang menggemparkan sekolah. Mereka dibuat takjub, dan semuanya merasa terpesona. "Gue pikir anak baru itu hanya cantik dan bertubuh tinggi, tapi sekarang gue ngerasa lebih dari itu!" Josh menyetujui temannya dalam diam. Ternyata anak baru yang sedikit menarik perhatiannya di pagi kemarin benar-benar menakjubkan. Ada banyak anak-anak kaya yang memilih diantarkan dengan mobil mahal ke sekolah, tapi hanya satu yang akhirnya berbeda. Senyumnya melebar, mendengar celotehan teman-temannya. Moodnya naik dengan cepat, karena anak baru itu. Mikha melihat foto yang dikirim ke grup. Saat itu Krystal juga baru masuk ke kelas. Dia langsung berjalan menghampiri mejanya. "Lo naik motor ke sekolah?" Mikha sudah melihat foto itu dan tahu dalam foto itu memang Krystal. Hanya dia masih tidak menyangka. "Hem!" Krystal menjawab dengan senyum lebar. Karena bisa berangkat ke sekolah dengan motor, perasannya juga terasa baik. "Hah, Lo bisa naik motor? Gila, Lo emang udah punya SIM?" Mikha semakin senang, keputusannya untuk berteman dengan Krystal ternyata tidak salah. Dia awalnya tidak tahu tentang latar belakang Krystal, tapi karena anak baru itu cukup keren, dia tidak peduli dengan latar belakangnya. Kini, dia penasaran, seperti apa keluarga Krystal. Mereka bahkan membiarkan anak mereka naik moge ke sekolah. Bahkan tanpa sadar dia menggunakan panggilan santai dibandingkan kemarin yang masih menggunakan aku-kamu. Krystal mengeluarkan dompet dari tasnya, kemudian menarik kartu dari sana. Itu adalah SIM yang baru didapatnya belum lama ini. Dia sangat bangga saat menunjukkan SIM itu pada Mikha. "Wah, Lo keren banget!" Mikha tidak tahu cara mengendarai motor, dia juga tidak tertarik mempelajarinya. Karena naik mobil menurutnya lebih efisien. Juga dia tidak akan takut dengan debu jalanan. Hanya saja, dia kagum pada Krystal. "Wah, Lo keren banget Krystal!" puji anak laki-laki yang juga baru saja melihat foto Krystal mengendarai mogenya. Senyum Krystal semakin lebar. Tapi kemudian ponselnya berbunyi. Dia melihat itu adalah panggilan ibunya. "Halo, Bu!" Krystal pikir ibunya telah melupakannya, karena sejak dia datang ke Jakarta, ibunya tidak sama sekali menghubunginya. Meskipun mereka memang bertengkar terakhir kali, tapi saat ini mereka jauh, Krystal sedikit merindukan ibunya. Dia pikir ibunya akan menanyakan kabarnya, ternyata ibunya menelpon untuk memarahinya. Membicarakan tentang uang ratusan juta yang digunakan untuk membeli motor. Setelah akhirnya bertengkar lagi, Krystal memilih mematikan panggilan. Ekspresi bahagianya langsung lenyap. "Kenapa? Lo bertengkar sama ibu Lo?" Mikha tidak mendengar apa yang dikatakan ibunya Krystal, tapi dia bisa menebak dari beberapa kata yang ucapkan Krystal pada ibunya. Krystal agak kesal, karena Mikha menguping pembicaraannya. Menurutnya itu tidak sopan, karena belum terlalu akrab hingga sampai berbagai masalah pribadi. "Enggak apa-apa. Gue mau ke toilet!" Krystal sedang tidak ingin ditanyai. Dia ingin menenangkan dirinya. Ibunya adalah orang yang hampir tidak peduli dengan apa yang dilakukan putrinya, tapi hari ini ibunya bicara kasar mengatakan tentang bagaimana putri Martin seharusnya tidak mengendarai motor seperti preman. Apa? Apakah sekarang dia bukan putrinya, dan hanya putri keluarga Martin? Karena kurang berhati-hati, dia menabrak seseorang agak keras. Meminta maaf pada orang itu dan langsung melanjutkan langkahnya. Yah, dia perlu menata perasannya. Dia tidak boleh terpengaruh oleh kata-kata ibunya. Zaki melihat wajah marah si anak baru, juga terlihat kalau anak baru agak kacau. Kemarin anak baru itu begitu ramah dan sangat santai pada orang yang baru ditemuinya, hari ini dia melihat ada kemarahan di wajahnya. Dia merasa tidak nyaman setelah tabrakan itu, mengusir perasaan aneh itu dan kembali ke kelas. Krystal membasuh wajahnya dan berdiri agak lama di depan cermin. Ada beberapa anak perempuan yang penasaran, tapi mereka agak takut saat dia menatapnya. Dia tidak boleh membiarkan perasannya kacau. Hanya saja dia sangat sensitif saat ibunya mengatakan "Putri Martin" segitu tidak diinginkan dia, sampai ibunya kini menganggapnya hanya putri ayahnya. Bahkan orang yang dipanggil ayah itu tidak pernah bicara padanya. Dia hanya Krystal, bukan putri Martin. Keluarga itu, dia bahkan belum merasa mereka adalah rumah. Berjalan keluar dari toilet, saat seseorang tiba-tiba menariknya kuat. "Lepasin!" Krystal mencoba menghempaskan tangan Ryota yang mencengkram tangannya. "Lo naik motor di jalanan, pake rok pendek, harusnya Lo tahu itu bahaya begok!" Ryota benar-benar terkejut mengetahui adiknya naik motor ke sekolah. Apalagi Krystal masih baru di Jakarta. "Apa sih! Bukan urusan Lo!" Krystal tidak tahu kenapa kakaknya itu sangat marah. Kemarin marah karena dia ingin pulang bareng, sekarang marah karena dia berangkat naik motor. Dia muak dengan sikap sok pedulinya itu. "Itu bahaya Krystal!" Ryota bahkan tidak tahu apakah Krystal sudah mendapatkan simnya. Dia tidak yakin dengan kemampuan gadis itu. Apalagi jalanan Jakarta sangat ramai. Krystal berhasil melepas tangannya, dia mendorong kakaknya menjauh dan berniat pergi. "Gue gak peduli, bahkan jika nenek atau papa kasih Lo izin naik motor, gue enggak!" Ryota masih menekankan ucapannya, dia berharap gadis itu mengerti. Krystal menginjak kuat sepatu Ryota dan langsung berlari pergi. Dia tidak mengerti kenapa mereka bertingkah seolah-olah peduli padanya, padahal mereka biasanya mengabaikannya. Di kejauhan, Mikha melihat semuanya. Dia tidak bisa mendengar mereka, karena terlalu jauh, tapi bisa memastikan kalau Ryota sangat marah. Apa yang membuat Ryota marah pada Krystal? Lalu, apakah mereka sudah saling mengenal? Josh menepuk pundak Mikha. Dia melihat hal yang sama dengan adik kelasnya itu. Sedikit terkejut, karena ternyata Ryota mengenal anak baru itu. "Anak baru itu temanmu?" Saat itu Krystal sudah berlari ke arah mereka. Mikha belum sempat menjawabnya, juga saat ini pikirannya agak kacau. "Gue mau nyusulin Lo. Guru udah masuk, jadi gue mau panggil Lo karena Lo terlalu lama di toilet!" Mikha berusaha tetap tenang, dia akan menanyakan tentang hubungan mereka nanti saja, karena masih ada kakak kelasnya. "Ayo, ke kelas!" Krystal melihat ada anak laki-laki yang berdiri di dekat Mikha, anak laki-laki itu bahkan tersenyum padanya. Dia merasa familiar dan balas tersenyum kecil untuk kesopanan. "Kak Josh kami akan kembali ke kelas!" Mikha juga bersikap sopan. Josh terkenal sebagai anak bermasalah, tapi karena keluarganya kaya raya, tidak ada yang mempermasalahkan kelakuannya. Dan setahunya, kakak kelasnya itu tidak pernah berlaku kasar pada perempuan, jadi dia masih menaruh hormat padanya sebagai kakak kelas. Sepanjang pagi ini, Mikha lebih banyak diam. Dia akan sesekali melihat ke arah Krystal. Tidak sabar untuk menanyakan apa yang tadi dilihatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD