PART. 13 CALON AYAH TIRI RANI

1104 Words
Beberapa bulan kemudian Rani melirik Raja yang duduk di sebelahnya, Raja tengah sibuk dengan tabloid olah raga di tangannya, beberapa bulan ini sikap Raja cukup baik kepadanya, meskipun kadang masih suka berteriak di depannya, dan kadang kesal jika Rani membantahnya. Tapi Raja sudah membawa Rani ke dokter, untuk memeriksakan pita suara Rani. Dokter mengatakan, pita suara Rani tidak apa-apa, kebisuan Rani adalah akibat dari trauma, karena musibah bencana yang pernah dialami. Dokter yakin Rani akan bisa bersuara lagi, asal rajin membuka mulut untuk berbicara, meski belum bisa mengeluarkan suara. Ibu Rani juga sudah tidak di rawat Bu Manda lagi, Bu Manda hanya datang untuk menengok ibunya secara rutin, tiap satu minggu sekali. Bu Manda adalah teman bicara ibunya, yang bisa memahami apa yang beliau rasakan. Ibu Rani juga sudah mulai bisa berjalan, meski masih tertatih, tapi kemajuan Ibunya sudah membuat Rani sangat senang. Sekali lagi Rani melirik Raja yang masih fokus membaca. Sejak tahu kebejatan Robby, Raja tidak pernah lagi meninggalkan Rani di rumah kakeknya, Raja selalu ada di sana bersamanya. Rani mulai merasakan kalau ia menyayangi Raja, karena sikap Raja yang terlihat sangat melindunginya. Rani melemparkan pandang ke luar jendela, bibirnya tersenyum, dan wajahnya merona. Ia teringat, Raja seringkali menciumnya. Raja selalu enciumnya tanpa permisi, tanpa kata, begitupun setelah usai menciumnya, Raja tidak pernah mengatakan apa-apa. Sejujurnya, Rani merasa penasaran akan isi hati Raja, ia ingin tahu apa perasaan Raja terhadapnya. Kadang Raja bersikap seperti seorang ayah kepada anaknya, kadang seperti seorang kakak terhadap adiknya, kadang seperti sikap seorang pria kepada kekasihnya. 'Hhhh ... apa sebenarnya yang ada di dalam hatimu,' batin Rani. Tanpa sadar Rani melirik lagi ke arah Raja. "Kamu sudah tiga kali melirikku, Rani, ada apa?" Tanya Raja, mengagetkan Rani. Rabi jadi merasa seperti kepergok tengah tertangkap tangan sedang mencuri sesuatu. Raja melipat jadi empat tabloid di tangannya. "Ada apa!" Tanya Raja lagi. Rani menggelengkan kepala. Raja menatap bibir Rani untuk menunggu jawaban yang ke luar dari mulut Rani. Tapi Rani bukannya membuka mulutnya, tanpa sadar ia justru menjilat bibirnya. Tanpa diduga oleh Rani, Raja menarik tengkuknya, dan mengangkat tabloid di tangannya untuk menutupi kepala mereka dari pandangan Pak Japri. Raja mengulum bibir Rani dengan lembut. Rani memejamkan matanya, kedua tangannya terangkat dan diletakan di bahu Raja, Raja menggeser duduknya lebih mendekat. Pak Japri melirik dari kaca spion yang tergantung, ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. 'Anak jaman sekarang, kalau sudah ingin tidak pandang tempat, di manapun jadi' gumam hati Pak Japri. Saat Raja melepaskan ciumannya, dan menurunkan tangannya yang memegang tabloid, Rani langsung menundukan wajahnya, ia malu pada Pak Japri. Sedang Raja dengan santai kembali membuka tabloid di tangannya. Pak Japri ingin sekali tertawa, tapi dengan susah payah ditahannya, karena melihat Raja membaca Tabloid dengan hurup yang terbalik. * Rani menemui Ibunya di kamar beliau di lantai atas. Ibunya tengah duduk menjuntai di tepi ranjang. Rani mengutuk pintu yang sudah ia buka, lalu gerak bibirnya mengucapkan salam saat ibunya menatapnya. 'Assalamuallaikum' "Waalaikumsalam, Mbak datang sama siapa?" tanya ibu Rani. 'Sama Bang Raja' jawab Rani dengan gerak bibirnya. "Ibu senang melihat Mbak terlihat bahagia, kakek mu tidak salah memilihkan Bang Raja untuk jadi suamimu." Sorot mata ibunya menunjukkan kegembiraan. Rani hanya menjawab dengan anggukan kepalanya. "Bang Rajanya mana?" 'Bersama kakek' "Ooh, bagaimana sekolahmu Mbak, kapan mulai ujian?" 'Masih lama Bu' "Belajar yang rajin ya Mbak, sekolah yang benar, biar bisa lulus dengan nilai terbaik, ibu nanti akan bicara pada Bang Raja, agar mengijinkanmu kuliah setelah lulus SMA, tapi sebelum mulai kuliah kamu harus memberi ibu cucu dulu, biar ibu tidak kesepian" Bu Lina mengusap kepala Rani lembut. Wajah Rani merona saat ibunya mengatakan tentang cucu yang diinginkannya. 'Maafkan aku bu, belum bisa memenuhi keinginan ibu' batin Rani. "Bagaimana teman-teman sekolahmu Mbak?" 'Baik' "Mereka tahu tidak kalau Bang Raja suamimu?" Rani menggelengkan kepalanya. "Bang Raja yang melarang kamu bilang sudah nikah ya Mbak?" Rani menganggukan kepalanya. "Bang Raja itu baik, ibu bisa merasakan kalau dia menyayangimu, Mbak harus patuh sama dia ya, ibu yakin apapun yang dilakukannya itu untuk kebaikan diri Mbak sendiri" Rani menganggukan kepalanya. * Sementara Raja tengah berada di ruang kerja kakek Rani, di lantai bawah. "Raja, ada yang ingin kakek sampaikan kepadamu" "Ada apa kek?" "Ini perihal ibu mertuamu, ibunya Rani" "Ada apa dengan ibu, kek?" "Kesehatannya sudah membaik, kondisi kejiwaannya juga sudah stabil" "Ya, lantas ada apa dengan ibu?" "Usianya baru 37 tahun, masih sangat mudakan? Jalan hidupnya masih panjang, aku tidak ingin dia kesepian" "Kalau kakek ijinkan, ibu bisa tinggal bersama kami, agar ibu tidak kesepian" "Tidak Raja, bukan itu yang kakek inginkan, Lina anak kakek, dia harus tetap tinggal di sini bersama kakek, tapi kakek ingin dia menikah lagi" "Apa!?" "Ibu mertuamu itu masih muda Raja, aku rasa dia masih pantas untuk menikah lagi" "Maksudnya, kakek ingin ibu mencari suami begitu?" "Tidak Raja, aku yang akan memilihkan suami untuknya" "Apa!? Apa ibu sudah setuju untuk menikah lagi kek?" "Dia harus setuju! Dia sudah berbuat salah dengan kawin lari bersama supir b******k itu, kali ini dia harus menebus kesalahannya padaku dengan menuruti kemauanku!" jawab kakek Rani dengan nada tinggi. "Maaf kek, orang yang kakek bilang b******k itu adalah Ayah Rani, Ayah mertuaku, tolong jangan mengatakan umpatan seperti itu pada orang yang sudah tiada kek" "Raja! Aku ini lebih tua darimu, tidak perlu kamu mengajariku!" Sergah Pak Primus gusar, Raja diam tidak ingin menjawab ucapan kakek Rani. "Dengar Raja, Lina itu anakku, dia memang ibu Rani, tapi aku lebih berhak menentukan masa depannya, aku tidak ingin harta yang sudah aku dapatkan dengan susah payah ini jatuh ketangan orang yang tidak bertanggung jawab, aku tidak ingin Lina memiliki suami yang nantinya hanya bisa menghamburkan uangku, aku ingin dia menikah dengan pria yang tepat, pria yang bisa menjaga dan mempertahankan kejayaan perusahaanku dengan baik" "Apa kakek sudah menemukan orang itu?" "Ya, aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menjadi suami putriku, orang yang selama ini sudah menunjukan dedikasinya kepada perusahaanku, juga kepada diriku secara pribadi" "Apa kakek yakin, kalau ibu akan menerima dia sebagai suaminya? Apa kakek yakin bisa membujuk ibu untuk menikah lagi?" "Lina harus menuruti perintahku!" "Bagaimana jika Rani tidak setuju ibunya menikah lagi?" "Dia harus setuju, aku sudah cukup berbaik hati dengan mau menerimanya di rumahku, aku sudah cukup berbaik hati dengan mencarikannya suami, meski aku harus keluar uang banyak untuk itu" "Rani cucu kakek, itu sudah...." "Dia memang anak Lina, tapi aku tidak pernah ingin memiliki cucu dari mantan supirku!" Kakek memotong ucapan Raja. Raja menghela nafasnya. 'Aku merasa sebagai orang yang berwatak keras, tapi ternyata kakek lebih keras lagi dari pada aku' batin Raja. "Jadi siapa calon suami yang sudah kakek persiapkan untuk ibu?" Tanya Raja. "Robby" jawab kakek mantap. "Robby!?" *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD