Hidup Baru

1181 Words
"Bryan, jelaskan kepada mamah apa maksudnya ini." "Hah?" Bryan membuka mulutnya, bingung. Dia mencerna semua kejadian ini dengan cepat. Tunggu, tunggu, apa yang terjadi? Bryan langsung melirik Citra cepat, wajah gadis itu terlihat berantakan dan tengah meminta maaf sekaligus pertolongan. Bryan yang langsung paham situasinya hanya memijit pelipisnya pelan. Ayunda masih menatap Bryan, "Bry, jelasin sama mamah. Kamu bener hamilin dia?" Rey berdecak, dia tidak menduga jika masalahnya akan sampai serumit ini. Ini juga salah Bryan yang suka berkata tanpa pikir panjang dan mengatakan bahwa dia akan menikahinya dan yang lain. Membuat kecurigaan Ayunda semakin kuat. "Ah ..." Bryan tidak tahu harus menjawab apa di depan ibunya itu. Jika dia jujur maka pegawainya itu akan langsung dimasukan ke dalam bui karena pencemaran nama baik dan penipuan, tapi jika dia berbohong maka dia harus melanjutkan sandiwara ini. Bryan melirik Citra lagi, dia menyatukan tangannya sambil membuat muka memelas, meminta pertolongan. Lalu Bryan beralih ke arah Rey di sampingnya, pria itu dengan tegas menggeleng, agar dia tidak melanjutkan drama konyol ini. "Bry ..." tekan Ayunda kembali. Entah setan apa yang merasukinya, atau mungkin Bryan sudah tidak waras, dia mengangguk menanggapi pertanyaan ibunya. Melinda langsung terkejut dan jatuh pingsan, membuat Ayunda terkejut. "Astaga! Melinda!" "Biar saya saja tan," gadis itu lalu diangkat oleh Rey dan dibawa keluar dari kamar, sebelum keluar mata Rey menyorot tajam ke arah Bryan seolah berkata, 'aku akan meminta penjelasan darimu atas tindakan bodohmu ini.' Setelah Melinda digendong keluar menuju kamar tamu, kini tinggalah Ayunda, Citra dan juga Bryan yang hening di dalam kamar. Citra memejamkan matanya, ia terlalu takut jika saja dia ditampar dengan uang dan disuruh pulang jalan kaki. Kan jauh ... Greb. Citra membuka matanya lebar, dia melihat Ayunda, ibu Bryan menatapnya dengan mata berbinar. "E ... eh?" "Kamu beneran hamil anaknya Bryan kan?" tanya Ayunda. Bryan melotot, "Mah ..." "Hush diem." ibunya menyuruh Bryan untuk diam, dia sekarang menutupi wajahnya, entah malu ataupun tidak tahu harus bagaimana lagi. Mata Citra berputar saking bingungnya. "Eh? Emmm ..." "Gausah malu, aih kamu. Mana cantik pisan lagi, Bry ... ga salah kamu cari pasangan," Ayunda cekikikan senang. Citra memiringkan kepalanya bingung, padahal baru saja tadi dia dipanggil dan diperlakukan dengan dingin, namun sekarang sudah seperti orang yang paling dekat dengan ibu cantik tersebut. Bryan sudah tak tahan, "Mah, aku bawa dia sebentar." Dia berdiri dan menarik Citra dari genggaman ibunya, lalu mereka berdua pergi keluar kamar. Ibunya memajukan bibirnya, cemberut. "Bryaaaan! Mamah belum selesai ngomong sama calon mantu mamah!" terdengar suara teriakan saat pintu kamar ibunya ditutup, Citra menurut takut saat tangannya ditarik dengan sedikit kasar menuju salah satu balkon di ujung mansion. Dia dilepaskan dengan sedikit tenaga, membuat Citra terhuyung pelan dan menabrak dinding. Brak! Satu tangan Bryan mengurung Citra dan menatapnya secara langsung. Membuat gadis itu mau tak mau ikut menatapnya dengan penuh ketakutan. Mati aku. Batin Citra takut. "Siapa kau sebenarnya? Apa kau agen? Mata-mata perusahaan lain? Kenapa kau mengatakan hal memalukan seperti itu di depan ibuku?" tanya Bryan beruntun. Citra menggeleng cepat, dia ketakutan. "Bukan pak ... maaf ... saya salah ..." "Atau kau sebenarnya ingin uang? Dengan siasat pura-pura menamparku di restoran, lalu merangkai semua kejadian ini dan berniat untuk ganti status?" ucapan Bryan semakin dingin dan menusuk. Air mata Citra pecah, dia mulai sesenggukan. "Maaf pak, saya cuma ... saya cuma ..." "Cuma apa? Berapa uang yang butuhkan? Operasi? Biaya naik haji? Katakan padaku, aku akan memberimu lebih dari itu." "Saya cuma ... iseng." Tatapan Bryan kosong. Iseng? Alasan konyol macam apa itu? Citra yang masih dikurung di dalam lengan kekar Bryan langsung berlutut dan menyatukan kedua tangannya, "Maafkan saya pak bos, tapi saya gak mau dipenjara, emak sama abah saya belum dikirimin gaji, Putri bentar lagi study tour tapi belum punya uangnya, skincare saya habis dan cuma bisa cuci muka pake sabun batang sekarang pak ... saya mohon saya mohon saya mohon ..." Bryan melepas tangannya dari dinding dan langsung berteriak keras ke arah balkon, membuat Citra terkejut dan bertambah takut. "Baiklah, baiklah, aku tak akan memenjarakanmu di penjara." ucap Bryan sambil menoleh ke arah Citra, gadis itu mendongak senang. "Benarkah?" "Tentu saja tidak. Aku akan memenjarakanmu di rumah ini." Bryan mengeluarkan seringaiannya. "Maaf?" Citra tidak paham. "Kau sendiri yang mengatakan hal tidak masuk akal seperti itu, kau yang memaksaku untuk menikahimu, bukan? Sebaiknya kau bersiap-siap dengan konsekuensinya." Bryan ikut berjongkok di depannya dan mengusap dagu Citra dengan salah satu telunjuk tangannya. Citra membelalakan matanya kaget, pernikahan?! "Ta-tapi saya cuma bercanda pak, saya tidak berniat untuk mengajukan pernikahan atau apapun itu!" Citra berusaha membela diri. Bryan menghela napasnya, "Ibuku sudah mulai sakit-sakitan, bayangkan saja apa yang akan terjadi padanya jika tau kau hanya berpura-pura dan membohonginya dengan alasan iseng." Glek. Citra memikirkannya. Dia juga langsung teringat dengan emaknya di rumah. Pasti emaknya tidak mau jika anak gadisnya menikah dengan laki-laki yang hanya iseng atau bercanda saat menikahinya. "Dan jika terjadi sesuatu pada ibuku, kau yang akan pertama kali kulempar ke kolam berisi hiu putih." Bryan memang ahli dalam mengancam orang, itu terbukti dari seluruh badan Citra yang bergetar saat mendengar kata hiu. Citra tidak mau menikah. Terlebih lagi dengan bosnya sendiri yang bahkan baru ia temui kemarin malam. Citra bahkan masih menyimpan foto kenangannya dengan Raka di galeri ponselnya. Citra tidak mau menikah seperti ini. Plak! Citra menampar mulutnya sendiri. "A-apa yang baru saja kau lakukan?" Bryan nampak lebih terkejut, tidak dipungkiri jika Bryan adalah tipe cuek-cuek sayang. Citra menggeleng lemah, "Tapi saya benar-benar tidak bisa menikah seperti ini pak ..." dia berujar jujur dari hatinya. Di satu sisi, Citra masih ingin mengejar karirnya dan memberangkatkan emak dan abahnya ke tanah mekkah. Di sisi lain, Citra harus bertanggung jawab atas perbuatannya yang kurang ajar dan tidak berpikir panjang tersebut. Bryan mengerti perasaan itu, dia juga belum siap untuk hubungan seumur hidup ini. "3 bulan," "Ya?" Citra menoleh. Bryan mengulanginya, "Hanya 3 bulan, aku akan membuat skenario agar kau keguguran dan aku akan menceraikanmu karena itu. Tenang saja, aku akan memberikanmu uang yang banyak untuk tinggal di desa tanpa perlu bekerja kembali. Bagaimana?" Citra melongo, itu penawaran yang begitu bagus. "Tapi kenapa?" Bryan mengernyit, tidak paham maksudnya. "Kenapa pak bos sampai seperti ini, maksud saya ... maaf jika ini lancang, pak bos bukan tipe orang yang akan memberi penawaran sebagus ini pada gadis kemarin sore seperti saya." Citra bertanya kembali, dia benar-benar tak tahu maksud dan tujuan pria ini. "Aku juga diuntungkan dengan pernikahan ini, selain menghalau rumor dan bisa menjauhkanku dari Melinda." Bryan menjelaskannya. "Kenapa?" tanya Citra lagi, kini posisi mereka tengah duduk bersandar dan bercerita seperti dua anak remaja. Bryan tiba-tiba menyentil dahi Citra, "Ouch!" "Kau terlalu banyak bertanya, terima atau tidak tawarannya?" Citra memanyunkan bibirnya, memang dasar pak bos kejam! Tapi Citra berpikir, ini penawaran yang bagus, berlagak seperti nyonya selama 3 bulan dan pulang membawa uang untuk hidup 7 turunan. Dia mengulurkan tangannya sambil tersenyum, "Baik." Bryan menatap uluran tangan Citra, lalu dia perlahan meraihnya. "O-oke." Citra tertawa, dia terlihat senang sekali karena akan mendapat banyak uang. Bryan menarik sudut senyumnya dan terdiam melihat Citra. Entahlah, dia sendiri pun tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Karena takdir selalu menakjubkan untuk dinanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD