bc

Siasat Licik Istri Pertama

book_age18+
5
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
HE
arranged marriage
boss
heir/heiress
drama
tragedy
bxg
lighthearted
kicking
brilliant
office/work place
affair
like
intro-logo
Blurb

Daniel ingin memiliki seorang keturunan dari istrinya yang berprofesi sebagai seorang model tapi ditolak mentah-mentah oleh Mira. Wanita itu justru menyarankan suaminya untuk menikah lagi dan memiliki istri kedua yang mau mengandung dan melahirkan anak untuknya. Daniel mulai merasa frustasi dan bosan dengan segala macam aktivitas istrinya itu, mulai mencari sesuatu yang nyaman di tempat lain. Tidak sengaja bertemu dengan Nara tanpa pernah terduga sebelumnya, merasa nyaman dan cocok hingga yang semula menolak kesempatan dari sang istri, kini pria itu benar-benar mewujudkan apa yang diinginkan oleh istrinya itu. Daniel meminta izin untuk menikah dengan Nara dan mau tidak mau Mira harus setuju akan hal itu, karena memang semua itu adalah ide darinya. padahal, wanita itu tak benar-benar berpikir bahwa suaminya akan menikah lagi. Wanita itu hanya mengucapkan hal konyol yang ternyata dianggap serius oleh suaminya. Dan, ya mau tidak mau harus merestui tapi tak menyadari bahwa semua itu adalah awal petaka dari hancurnya hubungan rumah tangganya dan Daniel.

chap-preview
Free preview
Egois
“Daniel … hah … aku … aku hampir sampai, Sayang ….” “Aku juga Mira. Ayo, kita sama-sama mencapai puncak kenikmatan ….” Keduanya sama-sama bisa merasakan gejolak cinta yang membara dan sama-sama ingin melepaskan diri dengan menyemburkan lahar panas yang berhasil keluar dari dalam inti tubuh mereka masing-masing. Matahari sudah mulai terbenam dan memancarkan cahaya bulan yang hangat, masuk dan menyinari ke dalam kamar mereka dengan penuh kelembutan, juga yang sampai saat ini masih di penuhi oleh keheningan mendalam. Mira dan Daniel baru saja sama-sama selesai memadu kasih di atas peraduan yang sama. Mereka sama-sama menyelesaikan momen intim yang penuh dengan cinta, kasih sayang, dan dimana seluruh kehangatan tubuh mereka saling bercampur menjadi satu, menciptakan suasana yang penuh dengan ketenangan. Mereka berdua berbaring dalam pelukan yang hangat, mencoba untuk kembali menstabilkan detak jantung yang masih berdegup kencang yang rasanya tidak beraturan dan sebagai sisa-sisa dari perasaan yang baru saja mereka alami. Keduanya saling menatap satu sama lainnya, merasakan kehangatan tetapi di dalam ketenangan itu, sampai saat ini masih ada sesuatu yang mengganjal di pikiran, Daniel. Mira memandang wajah Daniel dengan begitu sangat lekat, melihat ke dalam matanya yang penuh dengan sebuah harapan besar. Wanita itu dapat merasakan jelas, ketulusan cinta yang dimiliki oleh suaminya, tetapi di waktu yang sama pun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Meski wajah suaminya itu sudah mulai berubah tersenyum lebar dan penuh cinta, mengelus rambut wanitanya dengan penuh kelembutan. “Sayang …. Kau tahu, bukan … aku begitu sangat mencintaimu?” Daniel yang sejak tadi hanya diam pun, mencoba untuk memulai pembicaraan, suaranya terdengar lembut namun penuh dengan keyakinan yang mendalam. Mira menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis penuh dengan cinta. “Tentu. Aku tahu betul bahwa kau memang begitu sangat mencintaiku, Daniel. Dan, aku juga merasakan hal yang sama, benar-benar mencintaimu. Kau … adalah segalanya bagiku, Sayang.” Namun, sejurus kemudian sikapnya langsung berubah, Daniel menghela nafas panjang, seolah-olah dia sedang menyiapkan diri untuk mengatakan sesuatu yang begitu sangat berat. “Tapi sebenernya … ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Sayang ….” “Bicaralah, Daniel. Aku akan mendengarkannya, memang apa yang ingin kau katakan?” “Mira ….” Suara Daniel kembali memecah keheningan yangendalam, dari nada suaranya pun terdengar sangat serius namun tetap lembut. “Aku … aku ingin sekali memiliki keturunan darimu.” Mira tersentak, hatinya mulai merasa gusar dan bergetar saat mendengar permintaan sederhana itu. Wanita itu tahu betul, impian terbesar suaminya adalah memiliki keturunan darinya. Tetapi ia juga … bukan enggan tapi memang merasa belum saatnya mereka memiliki seorang anak, padahal usia mereka sudah jalan hampir tiga tahun. “Keturunan?” Mira terdiam sejenak. “Maksudnya, anak?” “Ya,” jawab suaminya dengan nada tegas. “Aku begitu sangat ingin sekali memiliki anak darimu. Seorang putra atau putri yang akan menjadi bagian dari kita. Cukup satu saja, Sayang … aku … aku ingin melihat bagian dariku tumbuh besar dan menjadi kebanggaan kita suatu hari nanti.” Mira menggigit kuat-kuat bibir bawahnya, berjuang untuk menahan perasaan yang saat ini sedang berkecamuk. Tiba-tiba bayangan tentang memiliki seorang anak menari-nari di dalam otaknya, ia akan merasakan segala macam kerepotan yang ada. Setelah itu berganti pada impian-impian yang hadir di dalam benaknya. Mira sudah begitu sangat lama bergulat di bidang seni model, perjuangannya bisa sampai pada titik ini, sebagai model yang terkenal pun mulai terbayang di dalam benaknya dan tak semudah itu mendapatkannya, banyak proses yang harus dilalui olehnya. “Daniel ….” Suaranya terdengar lembut namun mantap. “Aku … aku merasa masih belum bisa siap untuk semua harapan yang satu itu.” “Kau tahu … menjadi model yang terkenal itu adalah hal yang begitu sangat penting bagiku, iya kan? Dan … sampai saat ini aku masih ingin mengejar hal itu.” “Impianku menjadi seorang model terkenal dan aku rasa … ini adalah waktu yang paling begitu sangat penting bagiku, Daniel. Jadi … aku merasa kalau saat ini memang belum menjadi saat yang baik untuk kita memiliki seorang anak.” Daniel terdiam sejenak, sebenarnya ia sudah merasakan lelah karena terus saja meminta hal ini pada istrinya. Tapi, mengingat kedua orang tuanya yang begitu sangat menunggu momen-momen memiliki cucu, membuatnya kembali mengutarakan niatnya. Lagi pula, pria itu juga ingin sekali memiliki seorang anak dan ada yang memanggilnya dengan sebutan, Ayah. Daniel menatap istrinya dengan lekat, penuh kelembutan dan juga pengertian. “Aku mengerti. Aku tahu bahkan begitu sangat paham dengan apa yang menjadi prioritasmu sejak dulu bahkan sampai pada saat ini, Mira ….” Daniel mulai merubah posisinya, kini dia terduduk di tepi ranjang, wajahnya menunjukkan penuh keraguan yang mendalam. “Tapi … bagaimana juga dengan impian sederhana yang aku inginkan, Mira? Aku … aku juga ingin bisa merasakan kebahagiaan menjadi seorang ayah.” “Lagi pula, jika kita terus menundanya maka … aku merasa nantinya akan ada yang hilang dan sesuatu yang berharga, jika kita masih tidak mau berpikir untuk memiliki seorang anak.” Mira mulai merasakan ketidaknyamanan di dalam dirinya dan juga hatinya. Ia memang ingin sekali membahagiakan suaminya itu. Tapi … di sisi lain, impiannya untuk menjadi seorang model terkenal pun terlalu kuat untuk diabaikan begitu saja. “Daniel … bagaimana jika kita mulai bergerak dengan mencari solusi lain?” “Solusi lain? Solusi lain seperti apa? Solusi yang paling tepat adalah kamu ikhlas mengandung darah dagingku, Mira. Hanya satu anak saja, aku tidak masalah … setelah itu silahkan kamu kembali dengan segala macam aktivitasmu itu.” “Aku … aku tidak akan pernah menuntut apapun lagi darimu, setelah kau … mau mengandung dan memberikan aku keturunan secara ikhlas.” “Daniel … mungkin kita bisa mencari jalan tengah lainnya, tanpa harus menuntut aku untuk mengandung dan melahirkan. Semuanya juga aku akan melakukan dengan penuh keikhlasan, dan semuanya pun demi kamu.” Daniel mengangkat alisnya, penasaran dengan apa yang baru saja dikatakan oleh istrinya. “Jalan lain? Solusi dan jalan lain apa yang saat ini melintas di dalam pikiranmu itu, Mira?” Suara Daniel yang sebelumnya penuh dengan kelembutan, kini berubah menjadi sangat dingin bahkan … datar. Daniel merasa sudah benar-benar sangat frustasi sekali dengan semuanya, ini bukanlah yang pertama mereka membicarakan hal yang sama, tapi sudah yang kesekian kalinya. Mira menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dengan penuh kehati-hatian yang mendalam, wanita itu mengungkapkan ide yang saat ini terlintas di dalam benaknya itu. “Daniel … bagaimana jika dengan menikah lagi?” Daniel melebarkan matanya, masih belum paham kemana arah pembicaraan istrinya itu tapi ia sudah merasakan ada sesuatu yang salah di sini. “Hah? Maksudnya bagaimana, Mira?” “Bagaimana kalau aku memberikan kamu kesempatan untuk menikah lagi?” Daniel menatap wanita itu dengan sorot mata tajam dan ingin mengulitinya hidup-hidup. “Apakah … kau sudah tidak waras, Mira?” Mira melihat ada amarah yang terpancar dari sorot mata suaminya itu, tapi masih benar-benar ditahan agar tidak meledak-ledak. “Aku … hanya ingin memiliki seorang anak darimu! Bukan dengan menikahi wanita lain, Mira!” Suaranya tegas, penuh penekanan di setiap kata yang keluar dari bibirnya itu. “Daniel … tolonglah … bukankah sudah sering aku katakan, bahwa saat ini aku sedang fokus dengan karirku. Aku tak ingin menghancurkan karir yang sudah dibangun cukup lama, hanya karena seorang anak.” “Lagi pula, kau bisa memikirkan istri lagi. Kau tidak akan mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini, bukan?” “Hei, aku bukan pria bodoh! Aku tak mungkin melakukan hal tersebut! Berniat memiliki seorang anak dari wanita lain, sesuai dengan apa yang kau pikirkan itu, Mira! Kau benar-benar sudah tidak waras!” Nada suaranya meninggi dan benar-benar membuat Mira terkejut. “Daniel! Kau seharusnya jangan egois seperti ini, dong! Aku juga ingin menjadi seorang wanita hebat! Aku ingin memiliki karir yang bagus dan cemerlang! Kau seharusnya mendukung, bukan malah bersikap seperti ini!” Daniel tertawa terbahak-bahak, “Egois? Kau mengatakan bahwa aku ini egois?” Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dalam hal ini … yang sebenarnya egois itu siapa, Mira? Aku … atau … kamu!” Tatapannya tajam, kian menghunus hingga ke jantung hatinya lebih dalam. “Ya Allah, Daniel … kenapa kamu jadi begitu sangat berlebihan sekali hanya karena seorang anak sih?” Mira masih dengan sikap keras kepalanya, tak malu kalah bicara dalam hal ini, ia pun membalas tatapan tajam suaminya. “Aku … aku minta di dukung olehmu untuk menjadi maju di dalam karir yang cemerlang!” “Seharusnya, kamu itu merasa senang karena aku memberikan kesempatan kamu untuk bisa menikah lagi.” “Suami orang lain di luar sana, pasti akan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, Daniel. Tapi, kenapa kamu justru marah?” “Kenapa aku justru marah? Karena aku … masih memiliki pikiran yang waras, Mira! Aku … masih bisa berpikir dengan jernih dan tak semudah itu memanfaatkan kesempatan yang kau berikan! Lagian, kesempatan macam apa yang kau berikan itu? Sungguh tidak masuk di akal! Ingin memiliki seorang anak, tapi aku justru diminta untuk menikah dengan wanita lainnya.” “Kau … memang benar-benar sangat tidak waras sekali, Mira!” ejek Daniel dengan tatapan meremehkan. “Daniel, kamu itu tampan … seorang CEO di sebuah perusahaan besar. Kita bisa mencari seorang wanita yang aku dan siap untuk mengandung anakmu. Kau, bisa memiliki istri lebih dari satu, iya kan?” “Aku akan begitu sangat mendukung akan hal itu dan benar-benar tidak merasa keberatan, jika semua itu dapat membuatmu memiliki keturunan, Sayang ….”

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook