Malam ini adalah malam kedua Reana menemani Sania sahabatnya untuk menginap di Appartemen yang ditempati Sania. Katanya apartemen itu sebuah hadiah yang diberikan kekasih Sania untuknya. Tapi Reana tidak terlalu yakin itu diberikan kekasihnya atau mungkin dia hanya menempati saja sebab kekasihnya itu sedang berada di luar negri.
Sahabat mana yang tega ketika sahabat terdekatny dan yang paling mengerti kehidupanya luar dalam tiba-tiba jatuh sakit dan di minta untuk beristirahat total
Ya …
Sudah dua malam Sania panas tinggi, dia menghubungi Reana untuk menghantarkannya ke Dokter. Reana pun bergegas datang ke Appartemen itu kemudian menghantarkannya ke klinik terdekat.
Disana Sania di vonis mengalami gejala types dan asam lambung parah, dia diminta merubah lifestyle hingga harus beristirahat yang cukup. Reana memaklumi itu sebab gaya hidup Sania sangat berantakan, wanita itu juga akhir-akhir ini tampak sangat banyak tekanan.
Setelah dari klinik Reana pun pun menginap di apartemen itu menemani Sania dan merawatnya, Reana merasa Sania begitu berarti untuknya sebab Sania yang memberikan dia pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik sejak dia di Jakarta.
Siapa sangka sebuah kesialan terjadi di malam itu, entah bagaimana malam itu Sania merasa sudah lebih baik, selepas pulang dari klinik mereka masih sempat menghabiskan makanan yang Sania bawa sepulang dari kantor lalu berbincang beberapa hal tentang kantor dimana mereka bekerja dalam satu tempat yang sama dan Sania adalah ownernya, namun menjelang malam Reana tidak tahu jika saat itu Sania keluar.
Sania di jemput Poppy dan Yolanda untuk merayakan ulang tahun salah satu rekan mereka disebuah klab malam, Sania tahu Reana tidak suka pergi ke klub dan sebab dia tidak membangunkan Reana yang sudah terlelap.
Di saat itu lah sesuatu yang tidak pernah ada di dalam bayangan Reana terjadi, malam itu Kelandru atau biasa di panggil Keland, kekasih Sania pulang.
Reana tidak tahu apapun sebab dia jika tidur selalu sulit untuk tersadar atau bangun. Reana yang memiliki gangguan tidur itu benar-benar tidur dengan lelap sampai pagi hari sebuah kehancuran itu terjadi.
Reana yang hanya memakai chamisole satin sedang tidur seranjang dengan seorang lelaki, mereka saling berhadapan dan laki-laki itu meletakkan tangannya pada pinggang Reana seperti memeluknya.
"HEY APA-APAAN INI!"
Tiba-tiba saja mereka terbangun, tapi.....bukan terbangun sendiri, melainkan suara pekikan seorang wanita yang begitu menggema telinga membuat Reana terlonjak dan bangkit.
“SANIA?”
Reana bangkit ia terperangah dan dia fikir Sania lah yang berteriak.
“KELAND! WHAT ARE YOU DOING?” pekik wanita yang terlihat masih muda itu.
Reana shock seketika aku turun dari ranjang. "Keland bukankah dia kekasih Sania? Bagaimana bisa dia disini? bagaimana bisa aku tidak tahu, kemana Sania?
Reana kacau dia bergegas mencari handukmenutupi paha mulusnya yang terekspose polos.
“Mau kemana kamu?” teriak wanita itu lagi.
“Sa-ya” Reana tidak lagi peduli akupun masuk kedalam kamar mandi.
Reana terdiam di closet dia dengarkan diluar sana wanita itu terus berteriak pada lelaki itu dan terus menghardiknya, memukulinya.
Sementara Reana memukuli kepalanya, Reana frustasi, Reana melihat pada seluruh tubuhnya jangan-jangan dia sudah diperkosa, Reana berusah merasakan area selangkangannya lalu dadanya.
Tidak…semuanya aman tidak ada apapun yang terjadi, lalu bagaimana bisa lelaki itu ada disana?
"Reaaa … kamu itu b**o atau gimana sih, inikan appartemen lelaki itu? Harusnya kamu tanya Sania yang pergi kemana?
Setelah lama Reana berdiam di dalam kamar mandi, wanita di luar itupun memekik memanggil Reana lagi. Dia enggedor-gedor kamar mandi, Reana lantas bangkit dari closet kemudian mengambil bathrobe disana untuk kemudian bergegas keluar.
"Hey kau ikut aku!"
Seketika wanita itu menarik tangan Reana, membuat aku terduduk di sofa, oh s**t lihat! lelaki itu dengan santainya duduk dipinggir sofa kakinya sudah turun kelantai dia mengusap-usap kepalanya.
Reana lihat wajah laki-laki itu tampak tidak seperti orang yang sedang normal, lelaki itu mungkin masih dalam keadaan mabuk parah begitu terlihat sisa hangovernya sampai saat ini.
“Apa yang sudah kalian lakukan? APA?” bentak wanita cantik yang mengrebek mereka itu.
Lelaki itu pun kini melihat kepada ku tersenyum mencibir, “Apa yang kita lakukan baby? What do you think about a man and woman in bed my sister?" Pria itu tertawa dengan smirk penuh ejekan. "Malam tadi sungguh menakjubkan kami menghasilkan hawa panas yang menghantarkan gelombang keseluruh tubuh."
Netra wanita yang di panggil kakak oleh pria itu masih membola. "Kalian melakukannya? Kelandru kau--"
"Ya kami bercinta." Perjelas pria itu.
“Apa?” Rea terperangah. Dia sejenis makhluk sakit jiwa, kelain mental dan jga kelainan organ mungkin kali ya? mengucapkan kalimat seperti itu dengan gampangnya.
"Eh lakukan apa, kau sakit ya?"
“Stop berakting, aku akan segera hubungi—”
Wanita itu meberhentikan ucapannya.
"Teteh eh...saya nggak berakting tau. Eh...kamu ini kenapa woy, b******a apanya! Astaga ini fitnah!"
Saat sedang keadaan genting tiba-tiba saja pintu terbuka lagi membuat Reana dan dua orang lain didalam sana menyorot ke pintu tampak beberapa orang disana tiba dan membawa sebuah cake besar lengkap dengan lilin.
“HAPPY BIRTHDAY KELAND..."
"HAPPY BIRTHDAY KELAND..."
"HAPPY BIRTHDAY ANAK MAMA WELCOME HOME…”
Diwaktu yang tepat semuanya kian runyam, dua orang lelaki dan wanita tua datang, keduanya seketika menghentikan suara nyanyian dan langkah mereka saat melihat Reana yang hanya memakai bathrobe dan lelaki yang bernama Keland itu pun mengubah wajah tawaanya menjadi frustasi memegangi kepalanya.
"Apa ini?" tanya si pria tua
“Ada apa Miranda? Ada apa, apa yang dilakukan Keland?” wanita tua itu menatap nanar kepada putranya dan Reana bergantian.
Reana semakin tidak berkutik hingga hampir dua jam lebih Reana dan lelaki itu menjadi bulan-bulanan disana. Reana dan lelaki itu dituding berbagai macam hal, Reana terus mengelak namun tidak dengan lelaki itu dia selalu membenarkan semuanya.
Reana tidak tahu ada apa dengan lelaki itu dan entah apa yang konslet dengan otaknya.
Kenapa dia membuat seolah memang mereka sudah berbuat sesuatu dan ini sering. Membuat dua orang yang merupakan orang tuanya jadi tidak memperdulikan pengelakkan Reana, ini sial sekali bathin Reana mereka bahkan ingin menemui kedua orang tua Reana.
Reana merasa dunia ini runtuh, dia bisa mati jika ayah dan ibunya salah paham dan mempercayai dia melakukan hal buruk ini.
Rasanya tubuh Reana tidak lagi memiliki daya, kakinya seakan tidak bertulang, kedua orang tua itu dan wanita yang tidak lain adalah kakak Keland meminta mereka segera melakukan pertemuan keluarga. Meraka merasa anaknya sangat berharga dan tidak ingin ada kehamilan diluar pernikahan lalu menghasilkan keturunan yang tidak di inginkan.
“Saniaaaaaa kau dimana?” Reana bersuara dengan mulut yang dia tutup
Rasanya Reana ingin sekali menghilang dari tempat terkutuk ini. Simsalabimmmm….. tolong mantra apapun bantu aku menghilang dari sini.
Bruakkk…
Hingga ketiganya keluar dan membanting pintu meninggalkan aku dan lelaki itu berdua
Di dalam sana, Reana masih bisa berdiri tegar dia menyesali kenapa sedari tadi tidak pingsan, “Sial, SANIA bahkan tidak bisa di hubungi hingga saat ini.”
“Tolong Mas, sir atau siapapun anda, saya tidak bisa seperti ini, kumohon lepaskan saya dari semua ini. Orang tua saya bisa mati jika mereka lihat saya seperti ini!”
Lelaki itu menyengir kuda, mengacuhkan Reana, seketika saja pria itu bangkit dan pergi kearah balkonnya menghubungi seseorang dengan kesadarannya yang kini sepertinya sudah ia dapati kembali, tidak terlihat sinting dan tidak waras seperti tadi.
Hanya selang beberapa menit saat lelaki itu entah menghubungi siapa, Sania datang, ia berteriak masuk kedalam unit appartement itu langsung menuju balkon.
“BABY…..SORRY TADI MALAM AKU KETIDURAN DITEMPAT YOLANDA!”
Reana lihat jelas Sania memeluknya kemudian mengecup pada bibir lelaki itu, lelaki itu menepisnya keduanya berdebat diluar sana, Reana tidak peduli itu Reana harus berlari pergi dari tempat terkutuk ini dan meninggalkan semua.
Ya… Reana yakin tidak akan ada hal buruk yang terjadi setelah ini, itu urusan Sania dan kekasihnya mereka akan menyelesaikannya nanti dan menjelaskan kepada orang tua lelaki intinya bahwa ini salah paham.
Reana pun sudah memakai pakaiannya, merapikan semua barang-barangku dan melihat pada mereka berdua yang masih entah berdebat apa dibalkon, Reana pun memutuskan segera pergi dari sana.
Sepanjang turun meninggalkan balkon Reana terus menggerutu, Reana kesal, Reana benci keadaan ini, Reana bahkan jadi tidak berangkat ke kantor gara-gara mendengarkan ceramah panjang lebar kedua orangtua itu dan anak sulung mereka.
“Apa-apaan menikah? Mau dikemanakan Sagara, baru juga tiga hari pendekatan, gila ini konyol, sumpah aku benci hari ini!”
Awww…Aww…SIAL ASTAGA.
Reana pun memukul kepalanya, bagaimana bisa hak dari sepatu ku lepas disaat kondisi buruk terjadi.
“Aku tidak peduli!" Dia lepaskan kedua hellsnya dan terus berjalan tanpa alas kaki seperti orang gila.
"BIG NO! kegilaan seperti ini lebih baik dari pada hal yang mencengkam tadi.