“Mau makan yang lain lagi?” tanya Rain setelah kembali dari kasir. “Muter-muter dulu aja gimana, bee? Aku kenyang,” tanggapku. “Kita bungkus-bungkus aja ya kalau ketemu jajanan yang bikin ngiler?” “Boleh.” Rain memasangkan helm di kepalaku, setelahnya ia naik ke motor dan memasang helmnya sendiri. “Ayo,” ujarnya kemudian. Aku mengangguk, duduk di jok penumpang seraya memeluknya erat. Wajahku bersandar di bahunya. Ia menoleh maksimal, memanyunkan bibirnya. Entah atas dorongan apa, tanpa malu kusambut isyarat itu, mengecup cepat. Rain tertawa pelan sambil menggenggam kedua lenganku. “Zi?” “Apa?” “Mmm … aku cinta kamu,” ungkapnya. “Hmm. Me too,” balasku. “Kamu cinta dirimu sendiri?” “Pastinya.” “Sama aku gimana?” “Mmm … lumayan!” kekehku. Ada-ada saja! “Gitu ya?” “Ngambek ya?”