Jalan takdir itu aneh. Entah apa alasannya. Memberi jalan yang berliku, walaupun ujung-ujungnya kembali ke tempat yang sama.
- FMDE
Edgar melihat Elang yang sedang diobati oleh Ara. Elang tak henti-hentinya menatap mata Ara. Lalu tatapan Elang beralih menatap bibir Ara, membuat Edgar kesal.
'Cup'
Secara bersamaan Edgar dan Elang mengecup Ara singkat. Edgar di pipi dan Elang di bibirnya.
Hal tersebut membuat Ara tentu saja seribu persen terkejut dan membelalakkan matanya. Elang juga ikut terkejut karena Edgar ikut-ikutan mencium Ara.
Plakk plakk...
Tamparan sangat keras mengenai pipi Elang dan Edgar bergantian. Ara merasa seperti w************n saja.
"Anying!!" pekik Elang dan Edgar bergantian.
Wajah Ara memerah. Entah karena marah atau terkejut, cewek itu lalu menjewer Edgar dan Elang, menyeretnya ke pintu keluar.
"Pulang! Jangan balik lagi kesini!" bentak Ara mendorong mereka berdua sampai hampir tersungkur ke tanah.
Ara, dengan kesal mengelap pipi dan bibirnya bekas kecupan Elang dan Edgar.
'Ya Tuhan, mimpi apa aku.'
...
"Edgaaar lu apain apartemen gue?! Anjir lo!!" pekik Elang yang terkejut melihat apartemennya layaknya kapal pecah, "Beresin cepat!"
"Iye iye sabar," jawab Edgar malas, langsung membersihkan meja dan sofa. Kalau tidak langsung dibersihkan, mungkin Elang sudah menjatuhkan Edgar dari balkon apartemen.
"Lo ngapain ikut-ikut nyium Ara?!" tanya Elang dingin.
"Biar rata," jawab Edgar terkekeh, mengingat kata-kata yang diucapkan Ara sesudah menonjok Elang, membuat Elang melipat mukanya kesal.
"Kali ini gue maafin elo. Lain kali lo bakal tau sendiri akibatnya," ucap Elang sambil terpejam.
"Leb--" belum selesai Edgar menjawab.
"Gue serius," jawab Elang sambil menatap Edgar dingin.
"Gue lebih serius kalo gue juga kayaknya suka sama Ara." Edgar membalas tatapan serius Elang.
"Lagian lo juga udah nyerah ya ama cinta pertama elo si sapu tangan itu? Yang jadi alasan elo buat jomblo karatan sampe sekarang?" ujar Edgar sarkastis.
"Lagian elo juga main-main kan dengan Ara? Gue tau elo tipe orang yang suka balas dendam. Jadi, sebagai orang yang suka sama Ara, gue ga bakal ngebiarin elo njatuhin Ara." Edgar mengucapkannya dengan yang memang terdengar nada serius.
Edgar mendengus mencemooh. "Salah satu kelemahan elo adalah mudah jatuh cinta Gar. Dan itu b**o banget," entah kenapa Elang menjadi kesal, karena tak biasanya orang sehumoris Edgar berkata serius seperti ini.
"Dan kelemahan orang kayak elo adalah ga punya hati buat ngerasain yang namanya jatuh cinta dan menghargai perasaan orang lain," jawab Edgar menaikkan salah satu sudut bibirnya. Elang terdiam, perkataan Edgar mungkin ada benarnya.
"Oke liat aja nanti, Ara bakal jatuh cinta sama siapa," kata Elang sambil berdiri dan berlalu menuju kamarnya.
....
Sementara itu di kamarnya, Elang langsung mengeluarkan sebuah kotak putih kecil yang berdebu tipis karena tidak pernah dibuka. Ditepuk-tepuknya debu itu agar luruh. Lalu dibukanya kotak kecil tersebut, yang ternyata berisi sebuah sapu tangan abu-abu bermotif garis putih di pinggirannya.
Flashback on.
"Akhirnya kita menang musuh SMA Garuda. Bilang ga ada rival yang bisa jatuhin mereka, eh pas dilawan ternyata peyot-peyot semua mainnya. Hahaha..." seru Elang pada tim basketnya.
"Hahaha... Iya bener Lang. Apalagi elo yang mimpin, hebatlah pokoknya padahal baru kelas sepuluh. Bangga deh kita sama elo," ujar Brian, kakak kelas Elang yang merupakan anggota basket juga.
Begitulah mereka, bercanda ria sepulang sekolah sampai akhirnya mereka bubar di parkiran yang sudah lama sepi, karena mereka pulang paling akhir untuk merayakan kemenangan mereka di kantin terlebih dahulu.
"Lang gue duluan." Edgar menstarter motornya lebih dulu, yang dibalas dengan acungan jempol Elang.
Setelah itu Elang langsung mengeluarkan motornya. Dan berniat untuk mampir di sebuah toko kaset di samping sebuah lorong.
Baru turun dari motor, tiba-tiba...
Bughh...
Sebuah pukulan yang sangat kuat melayang di tengkuk Elang, membuatnya terhuyung ke depan hingga kehilangan kesadaran beberapa detik. Dengan cepat, Elang di tarik menuju lorong kecil di samping toko kaset tersebut. Tak ada yang melihat karena jalanan benar-benar sepi sore itu.
Bakkk bughh bakk bugghh...
Tendangan bertubi-tubi mengenai perut, rusuk, tengkuk, bahkan wajah Elang dibuat babak belur oleh tiga orang sekaligus.
"Eghh," Elang bahkan tak mampu membalas, padahal ia sudah cukup mahir bela diri. Seluruh wajah Elang berdarah-dara, sampai tak mampu lagi untuk bersuara bahkan berdiri.
Lalu orang yang paling besar mendekat kearah Elang dan berjongkok. "Elang Airlangga, pimpinan tim basket SMA Nusantara, ini balasan dari kami karena kesombongan lo kemarin. Cih!" ia berdecih sambil menyentak dagu Elang kasar.
"Astagaa!!" tiba-tiba suara seorang perempuan memekik, membuat ketiga laki-laki yang mengeroyok Elang menoleh.
"Heh! Kenapa liat-liat?! Lo mau juga kita giniin, hah?!" ucap seorang laki-laki yang berbadan cukup besar sambil menunjuk Elang.
"CUPU!" perempuan itu mengejek.
"Apa lo bilang?"
"CUPU!" seru perempuan itu lagi.
"Anj*ng! Lo bakal nyesel udah berani ngejek kita! Masih bocah udah belagu lo!"
"Buat apa nyesel. Kalo emang mau mukulin gue ya silahkan," jawab perempuan itu santai.
Tanpa ba-bi-bu, laki-laki yang berbadan besar itu hendak menghunjamkan pukulannya ke wajah perempuan SMP tersebut. Tiba-tiba dengan cepat perempuan itu menangkap tangannya lalu memelintirnya kuat.
Bughh.. Sebuah tendangan lutut menghantam s**********n laki-laki itu. Sontak laki-laki itu mengaduh kesakitan. Tak cukup sampai disitu perempuan itu menonjok muka laki-laki itu dengan bogem mentahnya berkali-kali, dirasakannya rahangnya menggerutuk.
"Sialan kau bocah!" maki laki-laki itu. "Hey kalian berdua urusi bocah ini!" pekiknya kemudian.
Namun kedua laki-laki lainnya malah diam saja dan memilih melarikan diri dengan mengajak lelaki berbadan besar yang sudah babak belur tersebut.
"DASAR LAKI-LAKI BARBIE!" teriak perempuan itu saat mereka pergi.
Kemudian, dengan cepat perempuan itu mendekati Elang dan merengkuhnya.
Ketika merasakan rengkuhan perempuan itu, Elang ingin sekali membuka matanya namun tak bisa, matanya sudah benar-benar membengkak karena dihajar oleh tiga orang tadi, yang Elang yakini adalah siswa SMA Garuda.
Namun, perjuangan Elang sia-sia. Akhirnya ia benar-benar pingsan ketika perempuan itu berusaha menyadarkan Elang untuk membuka matanya.
Sehingga saat itulah Elang berjanji satu hal.
"Aku akan menelepon ambulance. Bertahanlah kau pasti bisa!" perempuan itu lalu menyenderkan kepala Elang di bahunya, dan tangan satunya ia gunakan untuk mengelap darah yang berceceran, menggunakan sapu tangannya.
...
Setelah Elang sadar dari pingsannya, Elang menanyakan perihal perempuan yang menyelamatkannya pada orang-orang yang ada diruang rawatnya. Namun tak ada yang tahu. Ia hanya menemukan sapu tangan kecil yang ada di saku baju sekolahnya, seolah itu adalah kenang-kenangan terakhir dari perempuan itu.
Flashback off
"Dasar laki-laki barbie." Elang menggumam kecil sambil tersenyum. Karena hanya kata-kata itu yang diingat Elang dari perempuan yang menolongnya.
"Kau dimana sekarang. Coba waktu itu aku bisa melihat wajahmu. Tak mungkin kan kau tidak mau pada orang tampan sepertiku? Ha-ha." Elang terkekeh pelan sambil menatap lurus kearah sapu tangan yang ia pegang.
"Kenapa sih jalanan di Indonesia ga kaya di Korea yang semuanya ada cctv. Dasar payah!" gerutu Elang.
Elang mendesah kecil. "Hhh... Maaf. Aku tak berusaha untuk mencarimu waktu itu," sesal Elang kemudian.