BAB 6

1035 Words
Aura memakai pakaian terbaiknya hari ini, masuk menuju ruangan audisi yang sama seperti audisi terakhir kali. Kali ini, ia datang lebih awal karena khawatir kejadian kemarin terulang kembali padanya. "Silakan mendaftar ulang," ucap staff mengarahkan Aura menuju sebuah meja. Aura mengambil kertas yang berisi formulir dan langsung mengisinya dengan data pribadi miliknya, setelah menyerahkan formulir itu kembali ia langsung mendapatkan nomor urut untuk audisi. Ia melihat angka yang tertulis di sebuah kertas dengan bentuk bulat. Di sana terlihat tulisan angka 12 yang kemudian ia tempel tepat dipinggang kanannya. Ia juga mendapat kertas naskah yang menggambarkan sebuah karakter yang nantinya harus ia perankan dihadapan para juri nanti. Aura membaca dan mencoba memahami karakter yang disebutkan, banyak orang yang juga berlatih sepertinya. Ia mencoba memfokuskan pikirannya pada naskah yang ada ditangannya dan berusaha tidak terganggu dengan orang lain yang sudah semakin banyak yang datang dan berlatih. Ia juga tidak menyangka jika saingannya akan sebanyak ini padahal ini adalah audisi babak terakhir, yang berarti saat audisi tahap pertama pasti lebih banyak berkali-kali lipat daripada ini peserta yang mendaftar. "Hai," ucap seseorang yang berada di samping Aura. Di pinggang sebelah kananya juga tertempel angka 13 yang berarti ia akan maju setelah Aura. "Halo," balas Aura ramah. "Kamu mau ini?" ujar seseorang tersebut menjulurkan sebuah botol yang terlihat seperti botol obat. "Apa ini?" tanya Aura bingung. "Obat penenang, biar kamu gak gugup." "Ah, aku gak pernah makan obat sejenis itu. Aku biasanya makan ini," balas Aura sambil membuka tasnya. Dari dalam tasnya ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi permen jelly. "Serius, itu ngebantu?" tanyanya penasaran. "Kalo buat aku sih iya, kamu mau coba? Daripada kamu makan obat, kayaknya bakal gak baik buat kesehatanmu." Aura menyodorkan kotak berbentuk tabung yang tadi dipegangnya. Perempuan yang duduk di samping Aura mengambil beberapa jelly dan memakannya. Begitupun dengan Aura yang juga ikut memakan jelly dari dalam kotak tadi. "Perhatian, saya akan memanggil sesuai dengan urutan. Nanti masuknya dalam satu batch ada lima orang sesuai urutan, ya." Semua peserta mendengarkan arahan dan penjelasan dari staff, tak lama lima urutan pertama masuk untuk batch pertama. Suasana semakin tegang karena sebelumnya mengenai masuk per-batch tidak dijelaskan, kini Aura merasakan persaingan yang semakin ketat dan semua orang yang terus berlatih menunjukan kemampuannya. Bagi Aura kini ia tidak boleh merasa buruk, karena dihadapan jurilah penilaian yang sebenarnya akan dilakukan. Melakukan persiapan adalah hal yang harus dilakukannya sekarang, apalagi sudah jelas jika ia akan masuk be batch ketiga yang berarti tidak lama lagi adalah gilirannya. Entah karena Aura yang terlalu fokus terhadap latihannya atau memang semua berjalan dengan begitu cepat kini giliran batch-nya untuk masuk. Saat batch sebelumnya keluar, Aura dan teman yang tadi baru ia kenal masuk bersama. Mereka juga saling memberikan semangat sesaat sebelum memasuki ruang audisi, setelah staff mempersilakan mereka untuk masuk, kini Aura dan teman se-batch-nya berjalan bersama-sama menuju ke dalam ruang audisi. Kini mereka berdiri ditengah panggung yang berada tepat dihadapan para juri. Mereka bersama-sama mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum akhirnya mengambil posisi mereka masing-masing. Peserta dengan nomor sebelas memulai dialog, disusul dengan Aura yang menyusul memainkan perannya. Mereka menunjukkan sebuah cerita singkat tentang persahabatan, Aura berusaha sebaik mungkin menunjukan karakternya. Lampu yang mengarah panggung 'pun bermain dengan baik, seakan sedang berada dipanggung sesungguhnya bukan di acara audisi. Ini membuat Aura sedikit terbebani, dengan semua kemampuannya Aura menunjukan melalui setiap gerak dan ekspresi yang sudah ia latih tadi. Tepuk tangan dari beberapa staff yang ikut menonton di tribun belakang meja juri menutup adegan dengan baik, kini mereka kembali berbaris di tengah panggung. "Saya pikir sejauh ini, tim batch ini adalah yang terbaik." "Terima kasih," ucap kami kompak. Kami menunjukkan sedikit kepuasan pada kerja keras kami, banyak masukan dan komentar dari juri yang sangat membantu memperbaiki kesalahan yang disadari atau tidak disadari. "Baiklah, kepada juri silahkan memutuskan dua orang yang akan lolos." Aura cukup kaget dengan ucapan pembawa acara, tidak diberitahu sebelumnya jika pengumuman akan diadakan secara langsung selepas penampilan. Apalagi ia sangat sadar jika saingannya menampilkan penampilan yang cukup baik. "Hm ... menurut pendapat juri peserta yang lolos pertama adalah," ucap salah satu juri dengan nada yang membuat setiap peserta semakin gelisah "Peserta dengan nomor tiga belas," sambung juri tadi yang dibalas dengan tepuk tangan seluruh staff. "Selamat, ya," ucap Aura sedikit berbisik. Jujur saja, ia terkejut jika peserta yang sempat mengobrol dengannya kini menjadi peserta pertama yang lolos. Perasaanya semakin campur aduk karena hanya tinggal satu tempat lagi yang tersisa. "Baik, untuk peserta yang lolos kedua adalah ... sudah siap?" tanya juri yang seolah menarik ulur. "Selamat, peserta nomor dua belas." Aura terdiam selama beberapa saat, karena ia benar-benar merasa sangat terkejut. Jika bukan karena peserta nomor 13 yang menyadarkannya, mungkin ia akan tetap mematung. "Terima kasih banyak, dewan juri," ucap Aura dengan sedikit membungkuk. Air mata mengalir melewati pipinya, kini ia dan peserta lainnya berpelukan sebelum bersama keluar dari ruangan. "Untuk yang lolos nanti akan diberikan info selanjutnya melalui pesan atau email," ujar salah satu staff. Aura dan peserta nomor 13 masih bergandengan tangan keluar dari ruang audisi, di luar kami kembali berpelukan dan saling mengucapkan selamat. "Btw, kita belum kenalan." "Ah iya juga, aku Aura." "Aku, Kina. Kayaknya kita bakal jadi teman akrab," ucap Kina menerima menyambut uluran tangan Aura. "Tentu," balas Aura sengang. Mereka berdua berjalan, memutuskan untuk makan siang bersama. Tiba-tiba Kina mengajak Aura untuk mengadakan perayaan kecil atas kelulusan mereka, sedangkan Aura dengan senang hati menerima ajakan Kina. *** Aura dan Kina menyelesaikan makan siang mereka dan berpisah sebelum mereka saling bertukar nomor telepon. Aura melangkahkan kakinya menuju halte bus, ia menunggu beberapa saat hingga sebuah bus datang. Sore ini Aura akan melanjutkan pekerjaanya di cafe, untungnya bus tidak terlalu ramai. Ia mengeluarkan kartu transportasinya, namun gagal saat menempelkan pada layar untuk tiket masuk. "Maaf kayaknya saldo kamu kosong, silahkan isi dulu. Kamu gak bisa naik," ucap sang supir bus setelah beberapa saat menunggu. "Saya bayar pakai tunai aja pak," balas Aura. "Gak bisa mbak, harus pakai kartu. Silakan turun dan isi dulu mbak." Aura menghela napas dalam, mengutuk dirinya sendiri terlalu bodoh karena lupa mengisi ulang saldonya. Padahal, harusnya saat ia menaiki bus tadi pagi harusnya ia melihat saldo tersisanya di layar. "Saya yang bayar, Pak," ucap seseorang menghentikan langkah Aura saat hendak berbalik turun. "Kamu?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD