BAB 25

1405 Words
Setelah perjalanan yang cukup panjang akhirnya mobil Agry berhenti tepat di sebuah gedung berukuran cukup besar, Aura menatap gedung yang terlihat sepi dari luar itu namun terdapat banyak mobil yang terparkir di depannya dari mobil berukuran kecil hingga mobil berukuran besar dan juga mobil truk pengangkut barang terlihat terparkir juga. Setelah mematikan mesin mobiknya Agry kemudian melepaskan sabuk pengamannya lalu menatap Aura sambil berkata, "kita sudah sampai," ujarnya kemudian Aura juga mengikutinya dan melepaskan sabuk pengaman lalu mengambil kembali tas yang ia letakkan di samping. Ini kali kedua Aura datang ke set, saat pertama kali Aura datang ke set ia datang bersama dengan kak Shyn yang menemaninya. Set kali ini terlihat berbeda dengan set sebelumnya, dari dalam mobil Aura melihat sebuah bangunan yang sebagian dari bangunan itu di atur sedemikian rupa mirip dengan bangunan sekolah lengkap dengan papan nama sekolah yang tertempel di depannya. "Ayo kita turun," ucap Agry kemudian Aura segera turun begitu Agry membuka pintunya. Panas matahari yang beranjak naik membuat Aura mengibas - ngibaskan tangannya, memang belakangan suhu udara terasa cukup panas mungkin karena musim kemarau sudah datang sehingga udara yang berhembus juga terasa panas dan matahari juga terasa lebih panas dari biasanya. Aura mengikuti langkah Agry yang ada selangkah di depannya, "set untuk sekolah," ucap Agry menjelaskan kepada Aura, sepertinya Agry sangat mengerti jika saat ini Aura tengah kebingungan. Langkah kaki Aura terus mengikuti Agry yang berada di depannya, beberapa orang menyapa Agry dengan hormat. Sepertinya, banyak orang di sini yang kenal dengan Agry. Aura tersenyum kecil kepada orang yang menyapa Agry yang juga ikut menyapanya, Agry berjalan dengan langkah cukup lebar membuat Aura juga melangkahkan kakinya. "Ayo Aura," ucapnya kemudian Agry mengajak Aura ke ke sebuah sudut ruangan. Agry menatap Aura yang kini tengah menatapnya bingung, "kamu bisa melihat prosesnya di sini, kamu akan tahu bagaimana cara kamu mempelajari apa yang kamu tidak tahu jika kamu benar - benar mengamati dan belajar. Saya akan meninggalkan kamu di sini," ucap Agry kemudian ia pergi sebelum Aura sempat berbicara. Di sini, Agry benar - benar bersikap berbeda seperti apa yang biasa Aura temui. Agry lebih dingin dan juga terlihat profesional, Aura tidak akan mempermasalahkan itu karena ia tahu dunia kerja tidak bisa di campur dengan dunia sehari - hari. Seperti apa yang tadi dikatakan oleh Agry, sekarang Aura mundur dan duduk di sebuah kursi yang tadi ada di belakangnya. Mata Aura menatap proses syuting berlangsung, ia menyelidik setiap titik dari set dan melihat setiap gerak serta ekspresi dari para pemain. Para pemain terlihat profesional bagi Aura, mereka dengan mudah merubah sikap dengan suasana antara istirahat dan saat syuting di mulai, sesekali Aura dapat melihat keakraban semua pemain yang ada di sana. Dunia yang selama ini sudah di impikan Aura sekarang benar - benar sudah ada di depan matanya, Aura menatapnya mendalam hingga entah berapa lama waktu sudah berjalan namun Aura dapat mendengar jika sutradara sudah mengumumkan untuk istirahat selama 2 jam ke depan. Semua pemain terlihat keluar dari set, staf lain juga terlihat mulai mengatur ulang set selagi pemain lain beristirahat. Agry juga terlihat tengah berbincang dengan sutradara, sesekali Aura menatap Agry yang tertawa saat berbincang. Setelah nelihat langsung, Aura jadi tahu jika sebenarnya syuting tidak secepat film yang sudah di tayangkan di televisi ada beberapa kali pengulangan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. "Hei," ucap seseorang menyadarkan Aura, di depannya berdiri seorang laki - laki. Aura sangat tahu ia adalah laki - laki yang sama yang ada di set tadi, Aura langsung berdiri dari duduknya dengan sigap. Aura tersenyum kecil, ia canggung dan juga merasa tidak enak karena sepertinya Aura mengambil tempat duduknya. "Sepertinya aku mengambil tempatmu, silakan," ucap Aura kemudian ia bergeser. Laki - laki itu tersenyum ramah, tidak ada kemarahan atau kekesalan dari kata - katanya. Aura merasa cukup lega karenanya, Aura berdiri sambil menatap ke arah set yang tengah di atur ulang. Semua staf berkerja sama, mirip seperti yang terjadi di teater. "Ehem," deham laki - laki itu masih di posisinya. Laki - laki itu tidak bergerak, ia masih menatap dalam Aura. "Kamu siapa?" tanya laki - laki itu menatap penasaran Aura, mendengar ucapan laki - laki itu Aura menatap ke arahnya. Sejenak Aura terkaku ia bingung harus memperkenalkan dirinya seperti apa, Aura terlalu lama sibuk dengan pikirannya hingga ia tidak sadar jika Agry sudah berada beberapa langkah darinya. Aura masih diam, ia juga bingung haruskah memperkenalkan dirinya ia benar - benar merasakan canggung dalam diamnya. "Jangan ganggu dia Ken," ucap Agry membuat Aura tersadar. Mata Aura langsung berhadapan dengan Agry, kemudian laki - laki yang di panggil Ken itu terlihat menatap dengan pandangan mencibir. Agry mendekat di antara Aura dan Ken, wajah Agry terlihat datar namun Ken terlihat berbeda ia menatap dengan pandangan penuh tanya ke arah Agry. "Pacar kakak?" tanya Ken membuat Aura segera menggelengkan kepalanya. Mendengar itu Agry langsung meminting Ken yang kemudian mengaduh kesakitan, setelah beberapa saat Agry melepaskan pintingannya. Ken menatap kesal ke arah Agry namun Agry membalas tatapan Ken dangan ekspresi datarnya. "Jangan ngaco kamu," ucap Agry dengan wajah datarnya. Sedangkan Ken terlihat masih mengejek Agry, "lagian tumben banget bawa cewek ke sini," lanjut Agry membuat Ken segera mundur mendekat ke arah Aura. "Ngapain kamu sembunyi di sana," ucap Agry hendak mendekat namun Ken tetap bersembunyi sambil memegang pundak Aura. Agry terlihat menatap tajam ke arah Ken namun Ken terlihat tidak terpengaruh sama sekali, ia terlihat sama sekali tidak takut dengan Agry yang memintanya untuk menyingkir dari belakang Aura sedangkan Aura ia mencoba tetap menahan tawanya karena tingkah kedua bersaudara ini. Aura tertawa melihat kelakuan mereka, "kalian ini, semua orang akan menatap ke sini jika kalian tetap akan seperti ini," ucap Aura memperingatkan. Agry menggelengkan kepalanya, "Ken cepat ke sini," ucap Agry memerintah namun tetap saja Ken tidak mengikuti perintah Agry dan masih sibuk mengolok - oloknya. Aura menarik napasnya dalam, "oke stop," ucap Aura kemudian ia menyingkir. "Ken sudahlah, lebih baik kamu istirahat sekarang. Waktumu tidak banyak," ucap Agry memberikan peringatan. Ken tetap mengolok - olok Agry sampai Agry malas sendiri meladeninya, "kakak ipar sampai bertemu lagi nanti," ucap Ken lalu segera berlari setelah menjulurkan lidahnya mengarah ke Agry. Setelah kepergian Ken, Aura dan Agry sama - sama menjadi canggung. Ia kemudian tertawa, "maafkan kelakuan Ken, dia memang usil seperti itu. Lupakan saja ucapannya," ucap Agry merasa tidak enak kepada Aura. Sadar akan kecanggungan mereka berdua Aura tertawa kecil, "sudahlah," ucap Aura masih dengan kekehan. Agry menghembuskan napasnya dalam, "ya sudah, kita harus makan siang juga. Ayo nanti kita kembali lagi," ucap Agry mengajak Aura untuk makan siang. Jujur saja Agry merasa bertanggung jawab, karena ia yang mengajak Aura jadi Agry merasa harus ikut bertanggung jawab dengan apa yang harus mereka lakukan. Agry berpikir sejenak, sedangkan Aura diam ia bukan seseorang yang terlalu ribet ia akan menyetujui ke mana Agry memutuskan. "Kita akan makan di restoran dekat sini," ucap Agry memberi tahu. Lalu Aura mengangguk, kemudian langkah mereka berlanjut menuju mobil yang tadinya terparkir. Saat langkah mereka sudah hampir sampai mobil, Agry membuka kunci mobil. Tangan Aura meraih gagang pintu mobil, lalu membukanya. Saat Aura masuk dan baru saja terduduk, itu bersamaan dengan Agry yang juga baru masuk dan duduk. BRAKKKK!!! Suara pintu mobil tertutup membuat Aura dan Agry sama - sama terkejut, mereka sama - sama mengalihkan pandangan mereka ke belakang. "Ken?!" ucap Agry agak terkejut. Di belakang Ken duduk dengan senyum lebarnya, "aku akan ikut makan siang dengan kalian," ucap Ken bersemangat. Agry menggeleng, " apa - apaan kamu, sana turun. Waktu istirahatmu tidak banyak," saut Agry menolak, sedangkan Aura hanya diam melihat pertengkaran antara Agry dan Ken. "Tenang aja kak, aku masih bisa istirahat 2 jam lagi. Bagianku masih lama," ucap Ken dengan kekehan. Agry menggelengkan kepalanya menyerah, "kakak ipar, kenalkan aku Ken. Aku adiknya meskipun kami tidak mirip," ucap Ken dengan tawa sedangkan Agry menatap tajam Ken dari kaca tengah mobil. "Berhenti bicara omong kosong," ucap Agry yang lelah dengan ucapan Ken. Mendengar protes dari Agry tidak membuat Ken menyerah, "aku gak bicara sama kamu," saut Ken acuh. "Meskipun panggilan kakak ipar cocok dengan kakak, tapi aku mau tahu nama kakak siapa?" tanya Ken. Aura yang tadi hanya diam dan memantau hanya tersenyum, "aku Aura," saut Aura dengan senyum tipis. Hanya sekali melihat Ken, Aura dapat melihat jika Ken adalah tipe humble. Ia sepertinya mudah akrab dan berteman dengan siapapun, setidaknya Aura bersyukur untuk tidak merasa canggung karena kehadiran Ken. "Ken tutup mulutmu," ucap Agry yang meminta Ken segera diam ketika ia hendak menceritakan kebutukan Agry kepada Aura.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD