BAB 43

1700 Words
Agry melangkah mendekati Aura, ia menatap Aura dengan senyum kecil membuat Aura merasa bersalah karena bersikap seperti sebelumnya kepada Agry padahal jika dipikirkan tentu saja harusnya Agry terkejut melihat sikap Aura seperti itu. Namun, Agry memahami mungkin Aura memiliki masalah tersendiri. Dari kejauhan Agry melihat Aura yang tengah mengusap air matanya, ia terlihat lebih baik sekarang meskipun matanya terlihat merah dan membengkak. Langkah kaki Agry semakin mendekat ke arah Aura, saat sudah di depan meja Aura dengan agak ragu Agry menatap Aura yang juga membalas tatapannya. "Aku boleh duduk?" ucap Agry, Aura mengangguk dengan senyum tipis. "Tentu saja duduklah," saut Aura pelan, Agry menarik kursinya lalu duduk di depan Aura. Awalnya Aura juga merasa canggung karena Agry melihatnya seperti ini, entah Agry akan ilfeel atau menjauhi Aura setelah ini ia tidak terlalu memperdulikannya. Apa yang saat ini Aura lakukan adalah mencoba merubah sikapnya, meskipun sulit Aura sangat ingin keluar dari zona yang tidak nyaman ini. Tangan Aura mengeluarkan kembali kertas kecil yang sudah ia buat untuk Ken, "titip ini untuk Ken," ucap Aura menyodorkan kertas yang terlipat. Agry agak terkejut awalnya namun ia mengangguk dan menerimanya tanpa bertanya lebih jauh, "oke, nanti aku kasih ke Ken." "Bapak mau?" tawar Aura, ia menyodorkan puding yang tidak ia sentuh sama sekali. Agry menggeleng, "jam berapa jadwal kamu selanjutnya?" tanya Agry menatap dalam mata Aura. Sejenak Aura diam, ia juga melirik jam tangannya. "Jam 2," ucap Aura menjawab pertanyaan Agry. Mendengar itu Agry tersenyum, "ayo ikut aku," ucap Agry tiba - tiba membuat Aura bingung dan juga terkejut bersamaan. "Ke mana?" tanya Aura, jelas saja ia ingin tahu. Jujur saja Aura bingung ketika Agry mengajaknya untuk mengikutinya, entah ke mana Agry mengajaknya pergi karena ia tidak memberi tahu terlebih dahulu meskipun Aura juga sudah menanyakannya. Tentu saja Aura tidak bisa menolak ajakan Agry, ia mengusap kembali wajahnya dengan tisu yang ia keluarkan dari dalam tasnya. Agry tersenyum, "ikut saja, ayo!" ajak Agry. Aura bingung namun ia tetap menganggukkan kepalanya, "ya baiklah," ucap Aura lalu mengambil tasnya, Aura berdiri dari duduknya lalu berjalan menyusul Agry. Tiba - tiba Agry menghentikan langkahnya di depan pintu, "gerimis, apa kamu mau menunggu di mobil ada payung?" ucap Agry bertanya pada Aura. Di luar memang masih hujan, namun sudah tidak sederas tadi. Angin yang berhembus juga sudah tidak sekuat tadi, langit juga sudah mulai agak menerang dari sebelumnya yang menggelap dan mendung. Seakan langit mendukung rencana Agry, di luar beberapa kendaraan juga sudah mulai berlalu lalang kembali. Mendengar itu Aura langsung menggelengkan kepalanya, "tidak apa - apa, aku bisa lari. Ayo!" ucap Aura pelan, melihat itu Agry mengangguk lalu mereka berdua berlari ke arah mobil Agry yang terparkir di depan cafe. Aura dan Agry tertawa saat masuk ke dalam mobil, "maaf jadi harus kehujanan," ucap Agry merasa sedikit bersalah. Aura menggelengkan kepalanya, "untuk apa minta maaf, hujan sepertinya akan segera reda. Langit sudah lebih terang," ucap Aura kemudian mengusap lengannya yang agak basah karena tetesan air hujan. Agry tersenyum, "tenang saja ini semua akan terbayar," ucap Agry kemudian ia menyalakan mesin mobilnya, Aura segera memakai sabuk pengamannya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, benar saja hujan yang rintik tadi perlahan mulai berhenti. Jalanan mulai kembali menjadi ramai karena lalu lalang dari mobil yang berlalu, Aura memijat kepalanya yang tiba - tiba terasa pusing. Aura memiliki sensitifitas terhadap cuaca, ia tidak bisa berada di suhu yang terlalu dingin dan terlalu panas. Di tambah ia habis menangis tadi, tentu saja kepalanya terasa sangat pusing. Aura menyadarkan kepalanya di kaca mobil, masih sambil memijat kepalanya Aura memejamkan matanya berharap rasa pusing di kepalanya ini segera menghilang. Mata Agry menangkap Aura yang masih memijat keningnya, "apa kamu baik - baik saja?" tanya Agry melirik Aura dengan sudut matanya. Anggukan di tunjukkan oleh Aura sebagai jawaban, "aku gak apa - apa," jawab Aura pelan. Mobil berhenti saat lampu berganti jadi merah, Agry menatap Aura ia kemudian memberikan sebotol air mineral yang langsung di minum oleh Aura. Tiba - tiba saja tenggorokannya terasa sangat kering, namun kemudian menjadi lebih baik berkat air minum yang di berikan oleh Agry. Aura yakin sekali setelah ini ia pasti akan terkena demam atau flu, kepalanya terasa berat meskipun sekarang sudah agak berkurang. Biasanya saat malam hari akan menjadi lebih buruk, namun Aura tidak mungkin merepotkan Agry lagi karena kelemahan dirinya. "Sudah lebih baik?" tanya Agry ia menatap Aura yang menganggukkan kepalanya. Agry kembali menjalankan mobilnya, tidak ada yang berbicara di antara Aura dan Agry lagi. Agry sendiri memilih untuk diam karena sepertinya Aura sedang tidak enak badan, terlihat jelas dari wajahnya yang terlihat memucat. Rencananya Agry hendak membawa Aura ke suatu tempat makan, ia tahu jelas sepertinya Aura belum sempat makan siang oleh sebab itu Agry berinisiatif mengajak Aura keluar untuk makan. Agry menolehkan kepalanya, matanya menatap Aura yang tengah memejamkan matanya sepertinya ia tertidur. "Itu lebih baik," gumam Agry. Melihat Aura tertidur ini lebih baik di mata Agry daripada melihat Aura seperti tadi siang, apa lagi itu adalah pertama kalinya Agry melihat Aura yang biasanya bersikap ramah, ceria dan penuh energi menjadi Aura yang dingin dan lebih banyak diam. Agry mengingat kembali bagaimana tatapan wajah Aura tadi yang terlihat sangat berbeda dari yang selama ini Agry lihat, Aura bahkan sampai berlarian entah masalah apa yang mengejarnya sampai - sampai Aura harus berlari seperti itu. *** Beberapa menit kemudian Agry sudah sampai di tujuannya, ia kemudian mematikkan mesin mobil. Agry menatap Aura yang masih memejamkan matanya, rasanya Agry ingin membiarkan Aura tertidur tetapi sayangnya Agry lebih akan merasa bersalah jika melihat Aura sakit karena terlambat makan. Agry sengaja mengajak Aura makan di taman kota, selain karena ramai dan banyak tempat makan enak di sini juga karena di sini ada banyak yang bisa di lihat. Agry sendiri berharap jika Aura melihat hal baru lain akan membuat Aura sejenak melupakan masalah yang menganggu pikirannya. "Aura!" panggil Agry, namun tidak ada pergerakan dari Aura. "Aura!" "Aura!" Agry menyentuh pundak Aura lalu memanggilnya kembali, "Aura!" Beberapa saat kemudian Agry dapat merasakan Aura bergerak, ia kemudian mengusap matanya lalu membenarkan posisinya. Aura menatap Agry yang ada di sampingnya, Agry menyodorkan lagi botol air mineral lalu memberikannya pada Aura yang langsung meminumnya. "Ayo keluar," ucap Agry, lalu Aura mengangguk. Agry keluar lebih dulu baru setelah itu Aura. Mereka berjalan bersampingan, ternyata Agry menjakaknya makan di taman kota. "Kita akan makan di sana," ucap Agry menunjuk sebuah restoran dengan telunjuknya, Aura mengangguk mengerti ia juga pernah beberapa kali makan di sana. "Aku mau ke sana dulu," ucap Aura menunjuk mini market. Agry mengangguk, "biar aku temani," saut Agry, kemudian Aura menggeleng. "Tidak perlu, bapak duluan saja." Agry mengangguk pasrah, ia kemudian berjalan meninggalkan Aura. Sebenarnya buka ke mini market tujuan Aura tapi ke toko sebelahnya, toko itu menarik perhatian Aura secara tiba - tiba. Aura berjalan ke arah toko itu lalu membuka pintunya, mata Aura memandang isi toko itu. Aura berjalan melewati sisi - sisi toko itu, ada banyak barang yang di jual namun langkah kaki Aura terhenti. "Ini bagus," ucap Aura dalam hatinya memegang sebuah gelang, seseorang datang mendekati Aura. "Itu pilihan yang bagus, gelang itu memiliki arti yang bagus," ucap wanita yang sepertinya pegawai toko ini. Aura menatap wanita itu, "apa artinya?" tanya Aura terlihat tertarik. "Abadi," ucap wanita itu. Aura terkejut dengan gelang yang ada di tangannya, ia tidak menyangka jika gelang di tangannya ini memiliki arti yang sangat menarik. Tiba - tiba Aura teringat dengan Agry, ia memiliki terlalu banyak hutang pada kebaikan Agry. Aura tiba - tiba kepikiran untuk membelikan Agry gelang ini, sebagai ucapan terima kasih Aura. "Apa bisa aku minta kotak untuk gelang ini?" tanya Aura, ia berencana hendak membelikan gelang ini kepada Agry, apa lagi arti gelang itu sangat menarik. "Setiap pembelian gelang akan mendapatkan kotak mbak," ucapnya, Aura mengangguk mengerti. "Saya mau gelang ini," ucap Aura dengan bersemangat. "Baiklah, saya akan membungkusnya. Tunggu sebentar," ucap wanita itu namun Aura mencegah langkahnya. "Apa mbak bisa bantu saya untuk memilih satu lagi," ucap Aura, tiba - tiba ia teringat dengan Ken. Tadi Ken sudah memberinya cokelat, sepertinya teraktiran makan malam tidak cukup untuk itu. Aura berpikir, membeli hadiah yang sama dengan Agry. Aura merasa tidak enak jika menerima hadiah dari Ken begitu saja, setidaknya Aura terpikir untuk membalas hadiah dari Ken meskipun harganya tidak seberapa. "Ada yang khusus?" tanya wanita itu. Aura sejenak berpikir, "saya ingin yang berarti kebahagiaan," ucap Aura, ia berpikir agar gelang itu membawa Ken pada kebahagiaannya. Wanita itu mengangguk, "kalau begitu ini yang cocok," ucapnya menunjuk ke salah satu gelang yang juga terlihat bagus. Aura mengangguk, "saya memesan 2 itu, saya minta kartu ucapan juga," ucap Aura kemudian wanita itu menganggukkan kembali kepalanya. Perempuan itu berjalan meninggalkan Aura setelah memintanya menunggu, tak lama ia kembali. "Ini," ucapnya menyerahkan kartu ucapan kepada Aura. "Saya akan mempersiapkan gelangnya," lanjut wanita itu kemudian ia meninggalkan Aura. Sembari menunggu Aura mengeluarkan pena dari dalam tasnya, ia merogoh dalam tasnya mencari pena yang sepertinya ada di dasar tas. Setelah merasa tangannya menyentuh pena, Aura langsung mengambil dan mengeluarkannya. Tangan Aura membuka kartu ucapan pertama, ia berpikir sejenak sebelum menuliskan sesuatu di atasnya. Terima kasih sudah menjadi orang baik, semoga semua kebaikan kembali kepada kamu. -Aura Tulisan pertama Aura sudah selesai, tulisan itu nantinya akan Aura berikan kepada Agry. Kemudian Aura membuka kartu ucapan yang kedua, ia kembali berpikir sejenak sebelum menggoreskan tinta di atas kartu ucapan itu. Selalu bahagia Ken, kebahagiaan tidak akan beranjak darimu. -Aura Beberapa saat kemudian wanita yang mengurus pesanan Aura kembali datang, ia menyerahkan dua buah kotak berisi gelang kepada Aura. Ia menunjukkan kembali isi kotak itu, kemudian Aura mengangguk senang karena pesanannya benar. "Berapa mbak?" tanya Aura. "270 ribu," ucapnya, kemudian Aura memberikan 3 lembar uang seratus ribuan. "Sebentar ya mbak," ucapnya kemudian Aura mengangguk, selagi menunggu wanita itu mengembalikan sisa uang Aura. Kini Aura memasukkan kartu ucapan yang sudah ia tulis tadi di ke dalam kotak, kemudian ia menutupnya kembali dan memasukkannya ke dalam paper bag yang sudah di berikan oleh wanita itu. Tak lama wanita itu kembali dan menyerahkan kembalian uang Aura, setelah menerima kembaliannya Aura berjalan keluar toko menuju tempat makan yang di tunjuk oleh Agry tadi. Aura melirik jam di pergelangan tangannya kemudian mempercepat langkahnya, ia tahu jika Agry sudah menunggu agak lama karenanya sehingga Aura berjalan dengan terburu - buru.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD