BAB 17

1448 Words
Di depan panggung para pemain sudah mulai memainkan perannya, Aura berdiri lalu berjalan ke arah belakang tirai panggung bersiap untuk keluar. Keringat membanjiri keningnya padahal Aura sama sekali tidak merasa panas ataupun gerah tapi sekarang ia cukup banyak berkeringat sampai penata riasnya terus menyeka keringatnya, kegugupannya bertambah. "Kamu tidak apa - apa?" tanya penata rias Aura lalu segera menyeka keringatnya dengan tisu yang baru ia keluarkan. Aura menganggukkan kepalanya, "aku tidak apa - apa," ucap Aura dengan senyum kecil, ia berusaha menenangkan. Bagi Aura, jika orang lain ikut tegang makan Aura yang sudah lebih dulu merasa tegang akan menjadi lebih tegang lagi. Oleh karena itu, Aura mengeluarkan senyum kecil agar semua orang melihatnya baik - baik saja. Kak Shyn yang sedari tadi mengamati Aura menatap ke depan panggung, bagaimana 'pun juga ia tidak bisa meninggalkan orang kantor lebih lama. Kak Shyn mengambil kesempatan untuk memeriksa keadaan di belakang panggung sebisa mungkin, ia juga memikirkan tanggung jawabnya untuk Aura. "Aura lihat aku," ucap kak Shyn memegang pundak Aura. Pandangan Aura juga langsung tertuju ke arah kak Shyn, "jadilah Aura yang selama ini berkerja keras, lakukan yang terbaik. Mereka akan menilai semua usaha kamu," ucap kak Shyn, Aura terdiam sejenak lalu kak Shyn segera menepuk pundak Aura membuatnya tersadar. "Aku akan nonton di depan," ucap kak Shyn yang kemudian berjalan pergi setelah melihat anggukan dari Aura, meski masih dengan wajah tegangnya. Aura menatap kak Shyn yang melangkah kembali ke depan, kak Shyn benar yang harus Aura lakukan adalah menunjukkan apa yang sudah ia latih. Mengenai penilaian, mereka pasti akan menilai berdasarkan kerja keras Aura. "Aura bersiap!" ucap staf yang bertugas di belakang layar, ia memang bertugas mengatur waktu dan masuknya pemeran drama. "Ayo masuk Aura," ucap staf yang mengatur panggung, lalu Aura melanglahkan kakinya masuk ke dalam panggung. Gugup memang, namun saat sudah di depan penonton Aura berusaha dengan keras untuk menghilangkan semua yang saat ini membuatnya merasa risau, ia tidak ingin karena dirinya yang gugup malah membuat penampilannya dan terutama penampilan semua orang terlihat buruk. "Aku tidak peduli pada hubungan percintaan, aku tidak akan jatuh cinta. Tidak akan," ucap Aura dengan percaya diri di depan Tama, sebisa mungkin Aura menunjukkan karakter yang ia perankan agar masuk ke dalam benak penonton. Aura menatap dalam mata Tama yang saat ini sedang beradu peran bersamanya, "aku akan buat kamu jatuh cinta kepadaku," saut Tama dengan rasa percaya dirinya yang tinggi. Karakter Aura dan Tama memang seharusnya berpasangan, akan tetapi di cerita ini hubungan mereka mendapatkan pertentangan dari banyak pihak sehingga mereka harus berpisah. Mereka juga memiliki perbedaan yang sulit untuk di satukan, namun tidak berarti menghilangkan rasa cinta yang tumbuh di antara mereka. Aura berdiri dari duduknya, "sudahlah kita ini teman, tidak perlu merubahnya. Aku cukup nyaman dengan ini semua," ucap Aura menepuk pelan pundak Tama yang seakan tidak berdaya akan ucapan Aura. Peran Tama di sini adalah sebagai sahabat Aura di kampus, mereka banyak mengerjakan tugas dan melakukan hal - hal lain bersama sehingga membuat hubungannya dengan Aura berubah perlahan. Cinta Tama pada Aura memang sepihak, namun Tama menggambarkan dengan baik karakternya yang ingin mencoba menjalani hubungan selain pertemanan dengan Aura. Tama menahan pergelangan Aura, mereka kembali duduk. Tatapan wajah Aura dan Tama saling berbalas, namun mereka masih diam tidak ada yang berbicara di antara mereka karena entah itu Aura ataupun Tama mereka sama - sama bergulat dengan pikiran mereka masing - masing. "Tidak bisakah kita mencobanya," ucap Tama, Aura menggeleng tegas. Karakter yang di mainkan oleh Aura memang memiliki sifat keras kepala, namun ia juga lebih memilih mengalah untuk kebahagian karakter yang di mainkan oleh Tama. "Tidak," ucap Aura lalu pergi meninggalkan Tama yang terduduk. Aura berjalan ke belakang panggung karena ia harus segera mengganti kostumnya, "kamu bagus hari ini," ucap seorang staf yang bertugas sebagai pengatur waktu. Mendengar itu Aura sedikit senang, "benarkah?" tanya Aura yang merasa senang, Aura kemudian berganti pakaian secepat mungkin karena dikejar oleh waktu. Ia kembali bersiap di belakang layar, menunggu waktunya untuk kembali naik ke atas panggung. Sepanjang pertunjukan Aura merasa jika dirinya sangat gugup, Aura bahkan takut jika saja ia malah mengacaukan panggung dan juga penilaiannya. Namun, ia berusaha untuk bersikap seprofesional mungkin yang ia bisa. "Aura ayo," ucap asisten sutradara mengingatkan. Mendengar itu Aura langsung berjalan menuju belakang panggung, Tama baru saja masuk untuk mengganti pakaian karena ini adalah penampilan terakhir Aura menunggu Tama masuk kembali terlebih dahulu. "Pasti bisa," ucap Tama menepuk pundak Aura lalu berjalan masuk ke depan panggung lagi. Tama lebih dulu masuk ke dalam panggung, ia mulai beraksi lagi di atas panggung, asisten menghitung mundur untuk Aura masuk ke panggung lalu saat tiba waktunya Aura berjalan masuk kembali ke panggung. Di panggung Tama sudah berlumuran darah, Aura langsung menangis seakan kehilangan orang yang tercinta sambil mengangkat kepala Tama. "Tama maafkan aku," ucap Aura, ia menampilkan sosok gadis yang menyesal karena menyia - nyiakan seseorang yang begitu peduli. Pada bagian ini karakter yang diperankan oleh Tama di ceritakan tewas tertembak, karakter Aura yang ada di sana menyaksikan karakter Tama di tembak ikut terduduk dengan berlumuran darah, ia segera memangku kepala Tama sambil menatap mata Tama dalam. Tama mengusap pipi Aura dengan tangan yang berlumur darah, "ternyata kita memang tidak berjodoh," ucap Tama dengan senyum kecil. Beberapa saat kemudian tangan Tama yang ada di pipi Aura turun, mata Tama tertutup. Aura menangis hebat di depan Tama yang sudah menutup matanya, Aura terus memanggil Tama namun tetap tidak ada sautan hingga akhirnya ia hanya bisa menangis dan menangis. *** Setelah itu tirai bergerak menutup, dari balik tirai Tama dan Aura saling berpelukan. Aura menangis karena akhirnya ia bisa menyelesaikan tugasnya, "kamu sudah bekerja dengan baik," ucap Tama mengusap pelan rambut Aura, staf lain juga datang mendekat lalu mereka bergantian saling memeluk. "Sudah - sudah, sekarang bersiap untuk penutup. Ambil posisi," ucap sutradara mengingatkan. Para pemain berjalan ke panggung membentuk barisan lalu mereka mengambil posisi masing - masing, mereka saling mengenggam tangan. Beberapa saat kemudian tirai di buka, mereka semua membungkuk sebagai tanda hormat lalu tepuk tangan terdengar jelas dari barisan penonton sebelum akhirnya layar kembali di tutup. Kak Shyn berjalan ke belakang, ia menepuk pundak Aura membuat Aura menatapnya. "Ikut saya sebentar," ucap kak Shyn, mendengar perintah itu Aura meminta izin untuk pergi sebentar yang langsung di sauti dengan anggukan mengerti oleh rekan - rekannya. "Saya akan perkenalkan kamu dengan beberapa orang di perusahaan yang menilai kinerja kamu," ucap kak Shyn ketika Aura berada di sampingnya. Tanpa banyak bertanya dan dengan jantung berdegup kencang Aura mengikuti kak Shyn, lalu beberapa langkah di depannya ada 3 orang laki - laki yang terlihat tengah berbicara. "Perkenalkan ini trainee kita, namanya Aura," ucap kak Shyn ramah kepada 3 pria di depannya. Namun, Aura terdiam beberapa saat ketika menyadari ia mengenal salah satu dari 3 pria itu. Dalam hati Aura agak bingung sekaligus terkejut, ia tidak menduga jika Agry adalah orang yang ikut dalam penilaiannya. "Aura," ucap Aura memperkenalkan dirinya sambil menyalami ketiga orang yang ada dihadapannnya. "Saya suka dengan penampilan kamu, sepertinya kamu cukup berpengalaman. Saya cukup puas," ucap pak Damar dengan ramah, mendengar itu seakan ada sebagian beban yang menimpa pundak Aura terangkat sebagian. Aura tentu saja tidak dapat menyembunyikan senyumnya, "terima kasih Pak," ucap Aura dengan senyum lebar di bibirnya. "Gimana pak Agry? Pengalaman tidak bisa mengkhianati hasil," ucap pak Danar. Sejenak Agry menatap Aura serius, "tentu saja, tapi ada beberapa hal yang masih harus di latih. Selebihnya bagus," ucap Agry dengan senyum kecil di bibirnya. Kak Shyn terlihat tidak mengubah ekspresi wajah datarnya sejak tadi, "pak Januar bagaimana?" tanya pak Danar menatap pak Januar yang masih terdiam. Sosok yang di panggil pak Januar itu mengangguk - anggukkan kepalanya. "Saya setuju dengan pak Agry, Shyn kamu harus membawanya beberapa kalu ke lokasi syuting dan penghayatannya perlu di latih lagi. Bakat miliknya tidak bisa kita lepaskan," ucap pak Januar menatap dalam kak Shyn. Mendengar itu kak Shyn langsung merespon, "saya akan megawasinya lagi," ucap kak Shyn. Pak Januar mengangguk, "pemilihan pemeran utama di atur ulang menjadi 2 minggu lagi sudah tahu itu 'kan Shyn," ucap pak Januar mengingatkan. Mendengar ucapan pak Januar membuat kak Shyn lebih serius, "saya akan mempersiapkannya dengan baik," ucap kak Shyn. Meskipun Aura tidak menjawab pertanyaan dan ucapan - ucapan itu namun perasaannya ikut gusar. Aura tidak ingin mengecewakan semua orang, terutama kak Shyn yang sudah bersusah payah mendukungnya selama ini. "Kalau begitu kami pamit," ucap pak Danar, pak Januar dan Agry mengangguk lalu meninggalkan Aura dan kak Shyn. Beberapa saat kak Shyn diam, membuat Aura bingung harus mengambil sikap seperti apa. "Kamu dengar 'kan," ucap kak Shyn membuat Aur mengangguk membenarkan. "Waktu kita gak banyak, istirahatlah setelah ini. Karena besok adalah latihan yang sebenarnya," ucap kak Shyn menatap dalam Aura. "Baik kak," saut Aura dengan nada suara rendah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD