DUA PULUH

1220 Words
Chris telah membebaskan Keiyan beserta Endrew atas perintah dari raja Arsel dan Ratu Ellena. Bahkan Kei dijamu dengan istimewa setelah keluar dari penjara tersebut. Endrew juga mendapat perawatan dari tabib kerajaan. Kei dan Endrew tidak mengerti dengan apa yang diinginkan oleh junjungan makhluk penghisap darah tersebut, kenapa perlakuan mereka sangat berbeda saat pertama kali menginjakkan kaki di dunia ini. Usai jamuan makan malam, Kei beserta Endrew digiring menuju Aula kerajaan tempat di mana Singgasana raja vampir berada. Keduanya berjalan melewati sebuah lorong yang sangat panjang, di setiap sisi terdapat obor-obor yang menerangi jalan di sana. Tibalah mereka di depan sebuah pintu yang sangat besar dengan ukiran-ukiran kuno. “Kalian berdua pasti bingung kenapa kalian dibebaskan. sebelumnya kami mohon maaf atas perlakuan putra kami kepada kalian. dan kami ingin mengembalikan barang yang telah diambil oleh putra kami.” Raja Arsel memberikan sebuah buku serta tongkat milik Endrew. "Terima kasih banyak, Yang Mulia." Endrew menjemput buku serta tongkatnya yang berada dalam genggaman raja Arsel. "Kenapa yang mulia membebaskan kami berdua dan bahkan mengirim seorang tabib Endrew, bukankah kami ini santapan kalian?" tanya Keiyan. Pertanyaan yang sedari tadi ia simpan di dalam hati, akhirnya keluar juga. “Awalnya memang begitu. Tapi, kalian bukanlah orang sembarangan yang bisa kami jadikan santapan. Bahkan kaum kami harus bisa menahan dahaga kami agar tidak memangsamu walaupun kami ingin, kamu memiliki darah dengan aroma yang menggoda, akan sulit bagi kami untuk mengendalikan nafsu ini. Anda tahu, ini sangatlah menyakitkan bagi kami para vampir.” “Lantas kenapa anda tidak meminum darah kami kalau memang itu menyiksa kalian?” lanjut Kei penasaran. “Inilah yang akan kukatakan sebenarnya, darah Tuan Keiyan berbeda, darahnya istimewa. Semakin kami tergoda oleh aroma darah anda, semakin cepat bagi kami menemui ajal. Anda pasti tahu dengan jelas, kalau darah anda adalah racun bagi kami. Itulah mengapa anda biarkan para pengawal mengambil darah anda.” telisik raja Arsel. “Hm …. “ Kei tersenyum kecut. Kei tidak habis pikir, kenapa raja Arsel berbicara seperti itu. “Kalau memang saya tahu, sudah dari hari kemarin aku meracuni pengawal anda saat masih di dalam hutan. Dengan mudah kami bisa melarikan diri sini.” Kei melanjutkan. Raja Arsel tersentak dengan apa yang diucap Keiyan, benar apa yang dikatakan Kei. kalau Kei tidak tahu menahu mengenai keistimewaan darahnya, lantas bagaimana ia bisa menyembuhkan Alex? “Tuan Keiyan, apakah anda tahu bagaimana cara menggunakan darah anda agar bisa dijadikan obat?” Keiyan mengernyit tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan Raja Arsel. “Apa yang anda katakan? di awal anda bilang kalau darah saya merupakan racun, dan sekarang anda mengatakan kalau darah saya bisa dijadikan sebagai obat!” Kei tidak percaya dengan apa yang ia dengar selama di sini. Baru dua hari Kei menginjakkan kaki di Dunia Immortal, dan kini ia mengetahui satu fakta lagi mengenai keistimewaan darahnya. Kini kepala Kei terasa sangat pusing, sebenarnya apa yang telah terjadi? Raja Arsel bisa menyimpulkan kalau Keiyan sama sekali tidak tahu akan keistimewaan darahnya sendiri, sangat terlihat dari pertanyaan serta kebingungannya. Raja Arsel Pun menceritakan semua keadaan Alex serta beberapa pengawal yang mencoba nekat mencicipi rasa darah yang sangat menggoda tersebut. Pun dengan Kei yang mengatakan bahwa dirinya baru saja menginjakan kaki di Dunia Immortal. “Jadi? apa rencana anda selanjutnya?” tanya Raja Arsel kepada Keiyan. Keiyan mengedikkan bahu tidak tahu. “Entahlah … aku juga tidak tahu harus ke mana? hanya buku ini satu-satunya petunjuk ke mana saya harus melangkah. “Aku melihat ada sedikit aura seorang peri pada diri anda, ya … walaupun itu sangat tipis dan nyaris tak terlihat. Tapi saya bisa merasakannya juga. Saya sarankan untuk pergi ke arah barat, di sana wilayah kaum fairy tinggal. Mungkin di sana anda juga bisa mengetahui cara menggunakan darah anda. Saya sebagai seorang ayah, memohon kepada anda agar sudi menolong penerus tahta ini,” Raja Arsel memohon.. Raja Arsel rela merendah demi bisa membangunkan Alex dari tidurnya. Keiyan menggeleng seraya berkata, “Tidak, Baginda … tidak seharusnya anda memohon dan merendah seperti itu kepada saya. Anda hanya perlu minta tolong kepada saya. Saya akan berusaha menolong semampuku. Besok pagi-pagi sekali aku akan pergi menuju barat. Anda tidak perlu khawatir Yang Mulia.” “Terima kasih banyak. Bawalah Christ bersama kalian nanti. ia akan membantu dan melindungi anda selama perjalanan nanti. Silakan anda beristirahat sebelum hari esok datang,” ucap raja Arsel. Keesokan harinya, Keiyan dan Endrew sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan didampingi oleh Chris seperti yang dikatakan oleh raja Arsel semalam. Kei mengerti kenapa Chris mendampinginya. Itu karena ada sedikit keraguan dalam diri Raja Arsel. Junjungan kaum penghisap darah itu takut kalau Kei tidak akan menolong Alex. Dengan mudah Kei bisa melewati kawasan Hutan Hitam. Itu karena Christ yan telah membuka penghalang ilusi di sekitar hutan tersebut. Mereka berjalan menuju Barat, di mana kaum peri tinggal. Tidak ada percakapan selama perjalan mereka tersebut. hanya suara deru angin dan kicau burung sebagai pengantar perjalanan. Di lain tempat, Seorang pemuda sedang terbaring lemah di atas ranjang. Dinding pondok yang terbuat dari kayu, tampak rapi dan bersih meskipun beralaskan tanah. suara pintu berderit, tanda seseorang masuk ke dalam pondok sederhana tersebut. “Syukurlah … sudah lebih baik dari kemarin,” gumam pria tua dengan rambut yang seluruhnya sudah memutih termakan usia. Kakek tua itu sesekali melihat luka pemuda yang hampir sembuh. “Lukanya sudah mulai mengering, tapi kenapa dia masih tidur juga?” Kakek berpikir sejenak, “Kurasa dia tidak punya energi, sudah dua hari ia seperti ini. aku akan mencari makanan terlebih dulu.” Kakek itu berbalik menuju luar rumah. dan membawa busur panah beserta anak panahnya. Ya, Kakek itu akan pergi berburu. Meskipun sudah tua, kakek masih saja gagah dan bugar. Beliau juga masih memiliki tulang yang kuat untuk berburu. Kakek itu bernama Gerald. Beliau tinggal di tengah hutan seorang diri, tanpa ada sanak saudara atau pun keluarga. Dalam waktu singkat, Kakek Gerald dengan mudah membidik seekor kelinci serta ayam hutan. Ketangkasan dan kelincahan yang masih dimiliki, sangat kentara bahwa Kakek Gerald bukan orang sembarangan. Beliau seperti mantan seorang panglima kerajaan. Kakek pulang menuju pondok sederhananya dengan menteng hewan hasil buruan. Beliau memasak Kelinci dan ayam itu di atas kuali yang terbuat dari tanah liat. tungku api yang terbuat dari beberapa batu juga sangat sederhana dan unik. Seluruh rumah Kakek terbuat dari kayu yang diambilnya dari hutan. Pemuda yang berbaring di atas ranjang, perlahan membuka kelopak matanya. “Sudah bangun, Anak muda?” tanya kakek tanpa melihat ke arah pemuda tersebut. Pemuda itu terkejut dengan apa yang dilihatnya.ia melihat, hampir seluruh tubuh terlilit oleh kain penutup luka. Pemuda itu masih saja bungkam, tidak membuka suara atau pun hanya sekadar mengucapkan terima kasih kepada pemilik rumah. “Makanlah terlebih dulu, Anak muda. Aku tahu kau sekarang sangat lapar setelah apa yang kamu alami sepanjang perjalanan.” Pemuda itu masih saja bungkam, ia mulai memperhatikan setiap sudut rumah sederhana itu. “Makanlah! setelah itu ceritakan padaku kenapa kamu sampai terluka dan terseret air sungai.” pemuda itu memperhatikan Kakek yang sedang makan daging kelinci di hadapannya dengan teliti. “Bicaralah, tanyakan apa pun yang ingin kau tanyakan, aku yakin kalau kamu juga pernah berbicara dan makan seperti ini.” cacing dalam perut pemuda tersebut sudah berdemo besar-besaran. Selama tiga hari terakhir, pemuda itu sama sekali belum makan apa pun. ia kemudian mengambil beberapa potong daging kelinci, dan memakannya sama seperti kakek makan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD