Bab 4 : Misteri dalam Kediaman Romano

1436 Words
Alexander tersentak ketika Isabella menunjukkan bahwa dia terluka. Dia melihat ke arah kemejanya yang sudah terkena noda darah. "Ah, ini tidak apa-apa," ujar Alexander dengan coba-coba meremehkan cedera yang dideritanya. Isabella tidak puas dengan jawaban itu. "Tidak, Mr. Romano, ini serius. Anda butuh pertolongan medis." Alexander mencoba untuk tetap bersikeras. "Ini hanya luka kecil, Isabella. Tidak perlu repot-repot." Namun, Isabella tidak mau mendengarkan alasan itu. Dia segera mengambil tindakan dengan cepat. "Tidak peduli seberapa kecil itu, Anda harus merawatnya. Biarkan saya membantu Anda membersihkannya dan memberi perawatan sederhana." Isabella membawa Alexander ke kamar mandi yang mewah, berusaha untuk tetap tenang meskipun keadaan sangat tegang. Luka di kemeja Alexander ternyata lebih dalam dan lebar daripada yang dia kira. Dia melihatnya dengan ekspresi khawatir, dan Alexander bisa merasakan getaran kecemasan di dalamnya. Ketika Isabella mulai membersihkan luka itu dengan hati-hati, Alexander menahan rasa sakit yang menyayatnya. Dia merasa sakit fisik yang menyilaukan, tetapi lebih dari itu, dia merasa sakit hati dan bersalah atas apa yang terjadi semalam. Dia tahu bahwa dia telah membuat Isabella tidak nyaman dan merasa terjebak dalam situasi yang sangat sulit. Isabella bekerja dengan cermat, mencuci luka dengan Sodium chloride tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setiap kali kapas basah menyentuh kulitnya, Alexander merasa sensasi seperti terbakar dan meraih puncak rasa sakitnya. Namun, dia tidak menggerakkan sejengkal pun, berusaha menahan rasa sakitnya dan memberi Isabella ruang untuk melakukan perawatan yang diperlukan. Saat Isabella mengelap luka dengan lembut, matanya terus memandangi wajah Alexander. Dia melihat ekspresi yang tercampur antara rasa sakit fisik dan penyesalan yang mendalam. Isabella merasa seolah-olah dia bisa merasakan bahwa ada lebih banyak yang tidak dikatakan oleh Alexander, dan pikirannya terus menerawang ke peristiwa semalam. Kedua orang itu masih merasa canggung satu sama lain, meskipun mereka tidak bisa menghindari kontak fisik ini. Setelah membersihkan luka dengan hati-hati, Isabella mengambil perban dan mulai merawat luka itu dengan lembut. Dia melilitkan perban dengan teliti di sekitar lukanya, berusaha untuk tidak menyakiti Alexander lebih lanjut. Selama proses perawatan, Alexander hanya diam. Dia merasa begitu kecil di hadapan Isabella yang sedang berusaha membantunya. Rasa bersalah yang begitu besar terhadap perbuatannya semalam terus membayangi pikirannya. Dia tahu bahwa dia harus memberikan penjelasan lebih lanjut kepada Isabella tentang apa yang sebenarnya terjadi, tetapi saat ini, dia hanya bisa merasa hancur oleh kebingungannya. Ketika Isabella selesai merawat luka itu, dia mengangkat pandangannya ke wajah Alexander. "Saya pikir ini sudah cukup. Anda perlu istirahat sekarang." Alexander hanya mengangguk, merasa terharu oleh perhatian dan perawatan yang diberikan oleh Isabella. Meskipun dia merasa sangat bersalah atas perbuatan semalam, dia merasa beruntung bahwa Isabella masih bersedia membantunya. Saat Isabella membantu Alexander berdiri dan mengenakan kembali kemejanya, suasana kamar mandi terasa sangat tegang. Keduanya tahu bahwa masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan mereka merasa canggung satu sama lain. Alexander mencoba untuk berbicara, untuk mengatasi ketegangan di antara mereka. "Isabella, saya..." Isabella melihat Alexander dengan tatapan tulus. "Mr. Romano, saya benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi semalam. Saya tidak pernah berpikir bahwa hal seperti ini akan terjadi." Alexander menatap Isabella dengan serius. "Saya juga harus meminta maaf, Isabella. Apa yang terjadi semalam adalah kesalahan besar dan tidak seharusnya terjadi. Saya menyesalinya." Isabella mengangguk. "Anda harus beristirahat sekarang, Mr. Romano." Mereka berdua berjalan keluar dari kamar mandi dan duduk di kursi tengah kamar itu. Sesaat situasi menjadi hening, hingga tiba-tiba ketukan suara pintu menyadarkan mereka. Ketika Alexander mempersilahkan orang itu masuk. Seorang pengawal dengan tubuh tegap dan tinggi menunduk sedikit kearah Alexander. "Tuan, ada masalah." Ucap pria itu dengan cukup serius. Alexander mengangguk. "Aku akan menyusul." Isabella memperhatikan kedua orang itu. Dia merasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi, tetapi dia tahu bahwa saat ini bukanlah saat yang tepat untuk bertanya. Dia merasa lega bahwa situasi tegang antara mereka dan luka Alexander telah dibereskan dengan baik. Alexander berdiri, mengenakan kembali kemejanya yang telah dibersihkan oleh Isabella. Dia memberi Isabella senyuman yang ringan. "Terima kasih, Isabella, atas pertolonganmu." Isabella mengangguk, tetapi ekspresinya tetap khawatir. "Tolong berhati-hati, Mr. Romano. Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi tampaknya ada masalah." Alexander tampak serius saat dia bergerak menuju pintu, bersiap untuk menghadapi masalah yang telah diingatkan oleh pengawalnya. "Saya akan segera kembali dan menjelaskan semuanya nanti. Harap bersabar." Setelah Alexander pergi, Isabella merasa sendirian di dalam kamar yang mewah ini. Pikirannya masih dipenuhi dengan pertanyaan tentang apa yang sedang terjadi dan mengapa dia berada di sini. Namun, dia juga merasa bahwa dia harus tetap waspada dan hati-hati. Dengan rasa penasaran, dia mulai mencari sesuatu di sekitar kamar itu untuk bisa menjawab kebingungannya. Di meja yang elegan, dia mulai membuka dokumen-dokumen yang berada disana. Saat Isabella sedang asik membaca dokumen itu, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. "Isabella?" Suara berat itu menusuk tubuh Isabella. Isabella, yang tengah fokus pada membaca dokumen di meja, tersentak mendengar suara yang tak terduga. Dia segera menoleh ke arah pintu dan terkejut melihat Alexander Romano telah kembali ke kamar. Alexander memandang Isabella dengan ekspresi tak terbaca. "Apa yang sedang kamu lakukan dengan berkas-berkas itu?" Isabella merasakan tubuhnya mulai dingin. Dia meletakkan dokumen yang dia pegang dengan hati-hati di atas meja. "Tidak apa-apa, Mr. Romano. Saya hanya merasa bosan." Alexander mendekati Isabella tanpa berkata apapun, "Apakah itu benar, Isabella?" Isabella mengangguk perlahan tetapi dia mulai merasakan Alexander seperti mencurigai sesuatu dari dirinya. Terdapat keheningan yang tegang dalam kamar tersebut. Isabella merasa detak jantungnya semakin cepat, dan dia merasa sulit untuk menemukan kata-kata yang tepat. Dia merasa dicurigai oleh Alexander, dan dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Alexander masih menatap Isabella dengan tatapan tajam. "Isabella, saya harap Anda dapat memberi saya penjelasan yang jujur. Saya melihat Anda membaca dokumen-dokumen itu dengan sangat serius. Apakah Anda mencari sesuatu?" Isabella mencoba untuk menjaga ketenangannya meskipun dia merasa tertekan. "Mr. Romano, saya hanya merasa penasaran dengan apa yang ada di sini. Saya tidak bermaksud mencari sesuatu yang tidak seharusnya." Alexander mengangguk, tetapi ekspresinya tetap serius. "Saya tidak ingin ada yang mencari tahu lebih dari yang seharusnya." Isabella merasa semakin tidak nyaman dengan situasi ini. "Maafkan saya, Mr. Romano, jika saya telah melanggar privasi Anda. Saya tidak tahu bahwa dokumen-dokumen ini begitu penting." Alexander masih menatap Isabella dengan penuh pertimbangan. "Saya ingin Anda tahu bahwa situasi saat ini tidak mudah. Saya tidak bisa mengizinkan informasi apa pun bocor keluar." Isabella mendengar kata-kata itu dengan perasaan kebingungan yang semakin dalam. "Saya tidak tahu apa-apa, Mr. Romano" Alexander merespon dengan nada yang lebih lembut. "Saya tidak tahu seberapa jujur Anda dalam pernyataan itu, Isabella. Tapi saya harus mengambil langkah untuk berjaga-jaga. Saya mencurigai bahwa ada mata-mata yang mencoba menyusup ke dalam organisasi saya." Isabella merasa kaget mendengar tuduhan itu. "Mata-mata? Organisasi? Saya tidak tahu apa-apa tentang hal itu, Mr. Romano. Saya hanya seorang wanita biasa." Alexander memandang Isabella dengan tajam. "Itulah yang ingin saya pastikan. Saya akan melakukan penyelidikan lebih lanjut. Sementara itu, Anda harus tetap di sini dalam pengawasan." Isabella merasa semakin terjebak dalam situasi ini. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan bahwa dia tidak ada hubungannya dengan mata-mata atau organisasi rahasia apa pun. Tetapi dia juga merasa bahwa dia tidak punya pilihan lain selain menuruti instruksi Alexander. Alexander tampak serius saat dia melanjutkan, "Saya tidak ingin mengambil risiko apa pun dalam situasi ini. Keamanan dan kerahasiaan bisnis saya sangat penting." Isabella mengangguk dengan tegas. "Saya mengerti, Mr. Romano. Saya tidak akan mencoba mencari tahu apa pun lagi." Alexander menatap Isabella dengan serius. "Terima kasih atas pemahaman Anda. Untuk sementara waktu, biarkan saya memeriksa apakah anda seorang mata-mata atau bukan." Setelah berbicara seperti itu, Alexander meninggalkan Isabella yang mematung di kamar itu. Isabella merasa cemas tetapi dia tidak punya pilihan selain menunggu dan melihat bagaimana situasi ini akan berkembang. Dia merasa semakin terperangkap dalam dunia misteri dan intrik yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya. Beberapa jam berlalu, dan Alexander masih belum kembali. Isabella merasa semakin cemas dan khawatir. Dia duduk di kamar tidurnya, merenungkan semua yang telah terjadi sejak dia bangun pagi tadi. Ketika pintu kamar sekali lagi terbuka, Isabella merasa hatinya berdebar kencang. Dia berharap Alexander membawa kabar yang dapat menjelaskan semua kebingungannya. Namun, yang memasuki kamar bukanlah Alexander, melainkan seorang pria yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Pria itu berpakaian rapi dan menatap Isabella dengan tatapan tajam. "Siapa Anda?" tanya Isabella dengan cemas. Pria itu tersenyum tipis. "Saya adalah seorang rekan dari Mr. Romano. Dia telah memberi tahu saya tentang situasi ini." Isabella merasa semakin bingung. "Apa yang sedang terjadi? Mengapa anda di sini?" Pria itu menjawab dengan tenang, "Semua akan dijelaskan kepada Anda dalam waktu dekat. Tapi sekarang, saya memiliki tugas untuk mengawasi Anda." Isabella merasa semakin terjebak dalam labirin misteri yang semakin rumit. Dia merasa tidak punya kendali atas situasi ini dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD