1. Nikahi Adikku

1057 Words
"Tolong, nikahi adikku." "Uhukkkk ...!" Seorang pria langsung tersedak minumannya saat tiba-tiba diminta menikahi seseorang, dia langsung menoleh ke arah samping, seketika dia hanya bisa terdiam menatap pada sahabatnya yang tengah menatap padanya dengan penuh harap. "Dhaf, cuma kamu harapanku!" "Fan, kamu gila." Pria bernama Affan langsung menggeleng. "Gak Dhaf, aku yakin dengan permintaanku." Affan mengambil minuman miliknya lalu meminumnya beberapa teguk. Pria itu kemudian menatap bingung pada lalu lalang jalanan di depan cafe. Berbeda dengan Dhafi, dosen muda itu menatap bingung pada sahabatnya yang meminta bertemu dengannya. "Ada masalah apa Fan?" tanya Dhafi. Affan menghela napasnya panjang, lalu dia bercerita. "Indira, dia dekat dengan Latif." Mendengar itu Dhafi mengerutkan keningnya. "Latif?" Latif, adalah salah satu sahabat mereka. Seorang pengusaha cafe dan sudah beristri juga memiliki satu anak laki-laki yang masih balita. "Dekat bagaimana Fan?" tanya Dhafi. "mereka kan baru kenal beberapa hari." Affan menggeleng. "Mereka sudah kenal beberapa bulan, bahkan sebelum aku bertemu dengan Indira." "Latif pernah menolong Indira dan ibunya saat mereka pertama datang ke Jakarta. Latif yang menyewakan rumah di dekat rumahku." Dhafi mengangguk mengerti. "Jadi, sejak awal Latif tahu kalau Dira adik berbeda ibu denganmu?" "Yah, sepertinya. Jika tidak, bagaimana Latif bisa tidak terkejut sementara kamu aja kaget." "Aku gak mau Indira menjadi perusak rumah tangga orang lain. Kenzo, anak Latif, jangan sampai dia bernasib sama sepertiku, juga kamu. Karena itulah, tolong nikahi adikku!" pinta Affan sekali lagi. Dhafi kembali minum minuman bersoda miliknya. Dia sangat terkejut dengan permintaan sahabatnya yang mendadak. "Kamu kan tau Fan, aku benci perempuan dan gak akan pernah menikah!" Affan tertawa kecil. "Aku tahu, kamu pernah suka dengan Bel ...." Affan menoleh menatap pada sahabatnya dengan tak enak hati. "sorry, bukan maksudku un–" "Gak apa," ucap Dhafi memotong ucapan Affan. Kemudian pria itu melihat pada jam di tangannya. "Sorry Fan, aku harus balik, ini sudah sangat malam," ujar Dhafi. "Dhaf, tolong pikirkan permintaanku," pinta Affan sekali lagi, tetapi Dhafi tidak menjawab, pria itu bergegas pergi meninggalkan Affan. Affan pun menunduk, bingung harus bagaimana dia menyadarkan adiknya, dia sudah cukup banyak mendapatkan informasi tentang hubungan Indira dan Latih dan mereka benar-benar berpacaran. Sementara itu Dhafi, pria itu duduk di mobilnya. Kembali teringat dengan permintaan sahabatnya tadi. "Bisa-bisanya Affan minta hal seperti itu padaku." Dhafi menghela napasnya panjang, lalu dia yang berniat menjalankan mobilnya mendapat satu pesan pada nomor ponselnya. Pria itu segera membuka pesan itu. From : Nanny Starla. Maaf Tuan, saya tidak bisa meneruskan kontrak kerja setelah akhir bulan ini. Membaca pesan itu, Dhafi menarik napasnya panjang. Dia mengetuk pada kemudi mobilnya dan menatap pada cafe di depannya. Bisa dia lihat Affan masih duduk di dalam sana. Dan seketika Dhafi kembali memikirkan permintaan Affan. "Gak, masih ada waktu cari cara lain!" ujar Dhafi, kemudian pria itu segera menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu. Tak butuh waktu lama bagi Dhafi untuk sampai di tempat dia tinggal. Sebuah apartemen kelas atas. Keluar dari mobil, pria itu melihat ke sekeliling basement yang cukup sepi. "Lebih baik aku istirahat," gumamnya. Masuk ke lobi apartement, Dhafi menghentikan langkahnya saat ada yang memanggilnya. Pria itu pun menoleh dan mendapati seorang wanita dengan gaun coklat tua datang menghampirinya. "Winda," sapa Dhafi. Winda, dia adalah istri dari Latif, sahabatnya yang tadi dibicarakan dengan Affan. Dhafi mundur dua langkah tak mau terlalu dekat dengan wanita di depannya. "Ada apa kau malam-malam ke sini?" "Tolong, bantu tanyakan unit berapa apartemen suamiku di sini?" tanya Winda. Dhafi mengerutkan keningnya. "Apartemen Latif?" Winda mengangguk, kemudian mengeluarkan ponselnya dan menunjuk sebuah lokasi. "GPS hape Mas Latif di sini, tolong. Aku yakin dia janjian ketemuan sama selingkuhannya." "Apa?" tanya Dhafi, tiba-tiba pria itu teringat dengan Indira, adik Affan yang juga salah satu mahasiswanya. "Mas Latif selingkuh lagi," ujar Winda, dengan bulir air mata yang turun ke pipinya. Merasa cemas dengan Indira, dan merasa tak harus menutupi sebuah bangkai. Akhirnya Dhafi memberitahu nomor berapa unit apartment milik Latif yang memang dia ketahui. Tanpa menunggu Winda bergegas menuju unit yang diberitahukan padanya. Sementara Dhafi, dia bingung apakah tindakannya benar atau salah. "Astaga, kenapa bisa seperti ini," gumam Dhafi yang kemudian menyusul Winda. Dan di lobi apartemen, seorang gadis baru saja masuk. Dengan langkah terburu-buru gadis itu menuju lift. Gadis itu menangis, teringat dengan larangan kakaknya tadi siang tentang hubungannya dengan sang kekasih yang merupakan sahabat kakaknya. Gadis itu adalah, Indira. Di dalam lift yang lain. Dhafi cemas karena dia cukup telat menyusul Winda. "Bagaimana kalau mereka berkelahi," gumamnya cemas. Keluar dari lift, Dhafi langsung menghampiri Winda yang tengah menggedor pintu apartemen Latif. "Keluar Mas! Keluar!" teriaknya. "Aku harus bagaimana?" gumam Dhafi bingung, dia tidak mau ikut campur, tapi dia cemas jika terjadi sesuatu yang buruk dengan Indira, adik sahabat yang paling baik. Akhirnya Dhafi hanya bisa terdiam, melihat bagaimana Winda tampak berteriak memanggil suaminya. Hingga akhirnya pintu unit apartment itu dibuka. "Winda," ucap pria yang hanya berbalut handuk saja. Dia Latif yang terlihat begitu terkejut. "Mana, mana selingkuhanmu itu?" tanya Winda yang kemudian menerobos masuk ke apartemen. "Wi-Winda tunggu!" seru Latif yang kemudian menyusul masuk ke dalam dan menutup pintu apartementnya. Melihat itu Dhafi semakin cemas, dia mengepalkan tangannya. Pikirannya tiba-tiba kalut. Teringat dengan peristiwa memalukan dalam sejarah masa lalunya. "Keterlaluan kamu Ma, bisa-bisanya kamu bawa Dhafi untuk menemui selingkuhanmu seperti ini!" "Jangan Pa, jangan pukul Mama." Dhafi menutup kedua telinganya saat dia seolah mendengar rekaman peristiwa mengerikan dalam hidupnya. Hingga pandangan mata Dhafi, tertuju pada seorang gadis yang baru saja keluar dari lift di depannya dan berjalan menuju apartemen Latif. "Dira," gumam Dhafi. Dengan cepat Dhafi menghampiri Indira yang berniat memencet kode pin apartemen milik Latif. Pria itu menahan tangan Indira. "Mas Dhafi," ujar Indira cukup terkejut. Tanpa mengatakan apapun, Dhafi langsung menyeret Indira meninggalkan tempat itu. "Mas, Mas Dhafi mau ke mana?" tanya Indira bingung. Dhafi tak menjawab, pria itu kemudian membuka pintu unit apartment lain di sudut koridor. "Masuk!" ujar Dhafi dengan tegas. "Apa?" tanya Indira masih dengan kebingungannya. Kemudian gadis itu melepas paksa tangannya dari Dhafi. Dia harus ketemu dengan Latif, dia tak bisa menahan perasaan gelisahnya lebih lama lagi. Dia harus bicara dengan Latif dan memperjelas semuanya. Indira menggeleng. "Maaf Mas Dhafi, aku mau ket–" "Ada Winda di sana, istri Latif dan dia tahu soal perselingkuhan kalian!" ujar Dhafi memotong ucapan Indira. "A-apa?" Mata Indira membola, dia kemudian menoleh ke arah unit apartment Latif dan saat itu, Dhafi menggunakan kesempatan untuk menarik Indira masuk ke apartemennya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD