chapter 3

1000 Words
Malam semakin larut, walau bulan dan bintang tertutup awan. Cahaya malam masih tetap menerangkan malam. Tapi Lauren tidak merasa mengantuk sama sekali. Dia duduk di kursi halaman samping mansion dengan outerwear dan sepatu boots yang sepertinya sudah tidak berpengaruh. Karena hawa dingin masih sangat terasa.   Awalnya Lauren ingin menenangkan perasaannya yang terasa tidak karuan. Pikirannya sangatlah kacau. Dulu dia pernah hampir menjadi seorang ibu, tapi dia harus kehilangan bayinya. Dan dia tidak pernah sekali pun memikirkannya lagi. Dia tidak pernah berharap lagi untuk memiliki seorang anak. Tapi, kenapa semuanya sekarang tiba-tiba saja berubah? Seakan menjadi seorang ibu adalah sebuah tujuan untuknya. Tapi sayangnya ia tidak mungkin bisa menjadi seorang ibu. Dia tidak akan bisa memberikan anak-anak untuk Fabian.             “Aku tidak akan pernah memiliki anak selain dari kamu,” ucap Fabian setelah mereka mandi bersama tadi. Lauren pun menangis dan merasa menyesal, tapi dia benar-benar kehilangan akal.             “Tapi Fab, dad sangat menginginkan cucu. Dan aku tidak bisa memberikan itu,” ucap Lauren yang sudah mulai terisak. Dia menutup matanya dan Fabian pun mengambil kedua tangannya dan menggenggamnya. Fabian mencium telapak tangannya dengan sangat lembut. Pria itu sangat menghargainya. Bahkan dia tidak pernah mempedulikan masa lalu Lauren sama sekali.   Fabian menangkup wajahnya dan membuat Lauren menatapnya. Tangannya yang halus selalu membelai rambutnya dan menenangkan perasaan Lauren yang sangat kacau. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Karena kemungkinan dia untuk memiliki anak sangatlah kecil.             “Aku menikahi kamu bukan untuk mencari keturunan, Lauren,” ucap Fabian. Dia terlihat menghentikan kata-katanya dan masih menatap istrinya yang masih menangis. Entah berapa kali Fabian menghapus air matanya. Namun, ia tidak pernah bisa menghentikannya.             “Aku menikahi kamu, karena aku ingin membahagiakan kamu. Karena aku ingin menarik kamu dari masa lalu kamu. Dan karena aku mencintai kamu. Bukan karena keturunan seorang Aiden,” ucapnya lagi. Lauren pun menghambur pada pelukan Fabian dan memeluknya dengan sangat erat. Pria ini telah membuat Lauren jatuh cinta padanya. Dan entah apa yang akan ia lakukan jika pria ini meninggalkannya. Mungkin dia akan mati.   Tapi walau Fabian tidak menuntutnya, tapi sampai kapan Fabian akan tetap bertahan seperti sekarang? Sudah hampir setahun pernikahannya, tapi belum ada tanda-tanda apa pun. Dan dokter pun mengatakan kalau kemungkinan Lauren untuk hamil sangatlah kecil. Dan kedua orang tua Fabian pun seperti ingin segera memiliki cucu. Tadi Lauren kembali mendengar perdebatan Fabian dan Gail lagi.             “Sudah aku katakan berulang kali! Aku tidak akan melakukan itu!!” bentak Fabian. Lauren terkejut saat melihat Fabian keluar dari ruang kerja Gail dan keduanya saling berteriak.             “Apa salahnya untuk melakukan itu?!” teriak Gail.             “Bukankah istrimu sudah menyetujuinya? Kamu tidak akan menyakitinya! Dia akan berterima kasih karena telah memberikannya seorang anak,” tambah pria itu. Lauren harus bersembunyi agar tidak terlihat oleh mereka.             “Apa anda bisa melakukan itu pada ibuku?” tanya Fabian yang membuat Gail terdiam. Setelah Fabian pergi dan Gail kembali masuk ke dalam ruangan Lauren pun menarik napas dan duduk di sofa ruang tengah. Seorang pelayan yang seakan tahu kalau  Lauren mendengar itu semua, memberikan air putih untuk menenangkannya. Lauren pun tersenyum padanya dan mengucapkan terima kasih.   Lauren semakin yakin ada sesuatu yang disembunyikan Gail. Dan membuatnya memaksakan kehendaknya. Sudah bertahun-tahun Fabian berada di Indonesia dan sekali pun Gail tidak pernah memaksakan apa pun padanya. Dan baru kali ini Lauren mendengar Gail memaksakan sesuatu pada Fabian. Jika dia hanya menginginkan cucu, dia bisa menyuruh Sam untuk melakukan itu. Tapi kenapa? Apa yang membuat Gail memaksakan itu pada Fabian?  Semuanya seperti membuatnya semakin pusing. Lauren menghela nafas dan ia berniat untuk kembali ke kamar. Namun, suara mobil membuatnya membatalkan niatnya.   Dia melihat mobil Samuel memasuki gerbang dan menghentikan mobilnya asal. Saat dia keluar seorang penjaga langsung mengambil alih dan memarkirkan mobil Sam di carport. Pria itu seperti memanggil sebuah nama. Tapi Lauren tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Apa dia baru patah hati? Dia pikir seorang pria seperti Sam tidak akan patah hati. Karena dia selalu melihat Sam terlihat santai, menggampangkan setiap urusan dan seakan tidak peduli dengan apapun. Ternyata dia salah. Hati siapa pun bisa retak saat ia baru mengenal kata kehilangan.   Pria itu berjalan dengan terhuyung. Dia terlihat mabuk berat. Lauren berniat untuk membantunya. Namun, seseorang sudah lebih dulu membantu Sam. Dari halaman samping Lauren melihat dengan sangat jelas Melanie membantu Sam. Mungkin itu terlihat sangat biasa. Orang melihat Melanie sebagai pelayan dan sudah seharusnya melayani majikannya. Tapi Lauren tidak melihat itu sebagai pelayanan, tapi perhatian dari seorang wanita untuk pria yang special untuknya.   Melanie adalah kepala pelayan dan dia bisa menyuruh pelayan mana pun untuk membantu Sam. Bahkan dia bisa menyuruh para penjaga itu untuk membopong Sam ke dalam kamarnya. Tapi dia tidak melakukan itu dan membantunya secara langsung. Apa benar dia memiliki perasaan special pada Sam?   Tapi Lauren adalah wanita, ia tahu perhatian yang Melanie berikan pada Sam bukan hanya karena sebuah tuntutan. Ia melakukan itu dari hatinya. Ada rasa di hati Melanie untuk lelaki itu. Lauren yakin akan apa yang ia lihat. Ia menunduk dan kembali tertunduk di bangku taman. Dia tidak tahu apa yang ia lakukan sekarang. Melanie memang sangat pintar menyembunyikan perasaannya. Dia selalu menutupi ekspresinya. Lauren hampir tidak pernah tahu kapan melanie benar-benar tersenyum, atau kapan dia berpura-pura. Dia seakan menjadikan dirinya robot di keluarga Aiden. Padahal Naora dan Fabian sudah menjadikannya keluarga. Tapi Lauren tidak tahu dengan Sam, dia tidak pernah terlihat menegur Melanie. Sementara Gail terlalu keras dan hanya menginginkan darah seorang Aiden. Jadi dia menganggap Melanie bukanlah bagian dari keluarganya. Dan karena itu Melanie selalu terlihat kaku di hadapan Gail.      Lauren sedikit merasa tidak enak dengan melanie. Kepalanya seakan buntu dengan semua masalah yang terjadi. Tapi, apa Fabian tidak tahu dengan ini semua? Melanie sudah lama tinggal di sini, apa tidak ada yang menyadari kalau dia menyukai Sam? Lauren menarik napasnya dan  memilih untuk menutup mulutnya dan tidak mau membahas pembicaraan ini.   Mungkin ini akan terdengar jahat. Tapi sepertinya dia harus melakukannya. Fabian menolak karena tidak ingin melukainya dan juga Melanie yang terlihat menghindar. Mungkin karena itu Fabian menolak keinginan Gail. Dan jika Lauren menjadikan ini sebagai ancaman melanie, kemungkinan dia mau melakukan apa yang Gail inginkan.   *****  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD