Tanganku terkepal erat, emosi di dalam d**a ini ditekan habis sampai ke dasar. Jangan sampai tanganku yang kecil ini melayang memukul kepalanya di depan semua siswa yang ada disini. Aku menyentak lenganku kasar darinya. Tatapan cinta yang kami perankan di atas panggung tadi berubah menjadi tatapan penuh benci dan menantang. Tunggu kau ... tunggu, jiwa liarku berkumandang seraya menanti kesempatan untuk memberinya sebuah pelajaran atau sebuah kenangan yang akan membekas dari hasil perbuatannya itu spesial dariku. Aku meninggalkan kantin diiringi tatapan heran dari para pengunjung kantin. Rasa dihati ini kian panas dan ingin sekali menyalurkannya dengan apa pun yang ada dihadapanku. Aku melangkah cepat menuju kelas dan ah ... aku lupa, akan ada latihan lagi sampai jam pulang bersama