Melampiaskan Hasrat

803 Words
Lenguhan panjang seorang wanita serta geraman kuat nan seksi yang keluar dari mulut John menandakan bahwa permainan panas barusan sudah mencapai puncak kenikmatan. Seperti biasa, John akan mengikat pengaman miliknya sebelum membuangnya ke tong sampah. Meskipun sudah menghabiskan dua ronde dengan jalangg yang dia sewa, John sama sekali tidak merasakan yang namanya kepuasan. Rasanya sangat berbeda dan John tidak benar-benar menikmati permainan yang baru saja selesai itu. Padahal malam kemarin dia masih bisa merasakan kepuasan dengan bermain bersama jalangg tersebut. Bahkan jalangg yang sama. Seharusnya memang dia yang merasakan kenikmatan dan juga kepuasan. Tapi wanita jalangg yang dia sewa lah yang justru merasakan semuanya. Kenikmatan dan kepuasan yang di dapatkan dari seorang John Nicholas Leister. "Saya tidak menyangka jika Anda kembali menghubungi saya secepat ini, Tuan John. Padahal baru kemarin Anda menyewa saya dan bermain sampai beronde-ronde." Wanita itu turun dari ranjang dan segera memakai pakaiannya kembali. Dia memang tidak pernah membersihkan diri setiap kali selesai bermain dengan John, karena dia tau jika John memang tidak ingin melihat jalangnya terlalu lama jika sudah dipakai. Dia melirik John yang baru saja menghisap batang rokoknya setelah sebelumnya memakai bathrobe untuk menutupi tubuh polosnya yang begitu atletis. Kepulan asap rokok yang tercipta membuat wanita itu bisa menghirup aromanya juga. Aroma rokok mahal memang berbeda. Apalagi yang tengah menikmati rokoknya adalah orang terseksi yang pernah wanita itu temui. Jujur saja, pelanggannya yang paling menakjubkan hanya John seorang. Bisa dikatakan jika John Nicholas Leister terlalu luar biasa. Wanita itu mencoba untuk mendekati John sebelum dia beranjak pergi dari sana. Dia berdehem kecil dan hal itu tak membuat John menoleh ke arahnya sama sekali. John tetaplah John yang sangat dingin dan acuh. "Pergilah, aku sudah tidak membutuhkanmu." Wanita tersenyum miris mendengarnya. Seorang jalang memang tetaplah jalangg yang dibutuhkan hanya untuk urusan ranjang. Jika sudah tak dibutuhkan, maka orang sepertinya akan segera di usir dari sana. "Viona, Tuan." John mendecih dan menyahut, "aku tidak peduli siapa kau. Namamu sama sekali tidak aku butuhkan, karena yang aku butuhkan darimu hanya tubuh. Nama tidak penting bagiku." "Saya mengerti, karena itulah, saya ingin menawarkan sesuatu yang sepertinya bisa sama-sama menguntungkan bagi kita berdua, Tuan John." "Maksudmu? Katakan yang jelas." sahut John tanpa menoleh sama sekali ke arah Viona. Seolah mendapatkan angin segar, Viona lantas buru-buru mengatakan apa maksud dari ucapannya yang tadi soal penawaran yang menguntungkan. "Saya tau, Anda pasti butuh teman yang bisa melayani Anda setiap malam. Daripada Anda terus membayar saya setiap kali bertemu, kenapa tidak sekalian saja Tuan mengontrak saya untuk menjadi jalangg pribadi saja? Dengan senang hati, setiap malam saya akan siap menghangatkan ranjang Anda, Tuan John." Viona tersenyum manis saat John menoleh ke arahnya. Karena wanita itu mengira bahwa John pasti tertarik dengan apa yang ingin dia tawarkan. Viona dengan beraninya menyentuh lengan berotot John dan membelainya. Berusaha untuk mendapatkan perhatian lebih dari pria itu. Tanpa berpikir bahwa apa yang dia lakukan sekarang bisa berakibat fatal untuknya. "Apa kau pernah mendengar jika aku pernah memotong tangan-tangan orang yang berani menyentuhku secara sembarangan?" "Saya—" Viona menghentikan belaiannya pada lengan John saat sadar jika pria itu sebenarnya sedang memberi peringatan padanya. "Keluar dari sini sekarang juga, atau kau ingin keluar dari sini dalam keadaan tidak bernyawa?" Tatapan dingin nan menusuk yang ditujukan John pada Viona membuat wanita itu langsung menelan ludahnya susah payah. Bukan hanya itu saja, tatapan John seolah berubah 90° sekarang. Seperti seorang psikopat yang haus darah. Seluruh tubuh Viona langsung merinding seketika. Dia tidak tau jika John bisa lebih menyeramkan dari sebelumnya. Kali ini benar-benar seperti psikopat yang hendak menghabisinya. "M—maaf Tuan John, saya akan pergi sekarang juga." ujar Viona sembari melangkah mundur. Wanita itu benar-benar berjalan mundur untuk mengambil tasnya yang ada di atas meja nakas samping ranjang. Dia mengambil tasnya dengan penuh kehati-hatian. Tangannya sedikit gemetar karena takut jika tiba-tiba saja pria itu menembaknya di saat dia sedang lengah. Saat berhasil mengambil tasnya, Viona terburu kabur dan keluar dari kamar tersebut. Dia sampai tak memperhatikan jalannya karena ketakutan setengah mati. Sampai akhirnya tak sengaja menubruk seseorang yang dia ketahui adalah asisten pribadi John. Viona tak menggubris saat Griffin bertanya padanya. Dia langsung berlari kabur dari sana yang mana membuat Griffin langsung kepikiran jika John sudah melakukan sesuatu yang membuat wanita tadi ketakutan. Griffin mengambil langkah yang lebar dan lebih cepat lagi dan segera masuk ke dalam kamar milik John. Griffin sempat melirik ke arah ranjang yang masih sangat berantakan, karena berbekas pergulatan panas John dengan Viona. Mengabaikan itu, Griffin mendekat ke arah John yang masih terlihat santai menghisap batang rokoknya. Griffin berpikir jika pasti sudah terjadi sesuatu sebelumnya yang menyebabkan Viona sampai terburu-buru begitu meninggalkan kamar. Padahal sebelum-sebelumnya juga tak pernah seperti itu. Pasti Viona akan keluar dengan raut wajah yang sangat bahagia. Ya, bahagia karena John terus memesannya. Tapi malam ini terlihat berbeda. “Tuan, apa yang terjadi?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD