Hidup Kembali?

1362 Words
"Tuan John? Anda baik-baik saja? Dari mana Anda?" John tidak menjawab. Dia menatap Griffin dengan tatapan yang sangat tajam. Lalu John mencengkeram lengan Griffin dengan sangat erat dan ekspresi wajahnya berubah. John seperti sedang menahan emosi saat ini. "Tuan John—" "Katakan padaku, apa orang yang sudah mati bisa hidup kembali?" sela pria itu bertanya dan tentu saja Griffin sempat terdiam beberapa detik karena heran dengan pertanyaan sang tuan yang begitu tiba-tiba. "Tuan, seseorang yang sudah mati tidak akan mungkin hidup kembali. Jika pun ada yang namanya reinkarnasi, itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Bisa puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun. Tapi itu hanya ucapan orang-orang terdahulu. Benar atau tidaknya saya tidak tahu." "Lalu menurutmu? Kau percaya adanya reinkarnasi?" "Saya tidak percaya." "Jika kau melihat seseorang yang begitu mirip dengan orang yang sudah mati di depan matamu, apa yang akan kau lakukan? Apa kau percaya dia bangkit dan hidup kembali?" desak John terus menerus yang membuat Griffin menatapnya semakin keheranan. "Tuan, apa yang terjadi?" "Jawab saja pertanyaanku, bodoh!" Cengkeraman pria itu semakin menguat di lengan Griffin. Bahkan Griffin bisa merasakan jika cengkeraman John yang pasti nanti akan meninggalkan bekas. "Saya tidak percaya jika dia bangkit dan hidup kembali. Itu pasti orang lain yang memiliki wajah mirip. Orang bilang, di dunia ini kita memiliki 7 kembaran. Apa jawaban saya sudah memuaskan anda, Tuan John?" John langsung melepaskan cengkraman tangannya. Dia menyerahkan kaleng minumannya pada Griffin, lalu secara cepat dia berbalik dan berjalan lagi menuju minimarket. John menulikan kedua telinganya saat Griffin terus memanggilnya. Pria itu harus membuktikan jika apa yang Griffin katakan itu benar. Dia harus memastikan wanita tadi apakah benar-benar Sofia atau bukan. Ketika John baru saja tiba di depan minimarket tersebut, pria itu menyaksikan sendiri wanita tadi keluar dari minimarket sembari membawa plastik sampah yang akan di buang di depan. Wanita itu tampaknya tak sadar jika ada John yang berdiri tidak jauh darinya saat ini. Ketika wanita itu menguncir rambutnya ke atas, John secara spontan langsung menubrukkan dirinya pada wanita itu dengan kasar dan begitu kuat. Karena hal itu, tentu saja keduanya jatuh bersamaan di lantai. John tak menyia-nyiakan hal tersebut dan langsung mengamati bagian samping leher wanita itu. Sofia memiliki tanda di leher sampingnya, tapi leher wanita itu tampak begitu bersih. "Aduh astaga! Apa kau tidak punya mata, hah?!!" teriak wanita itu sembari menoleh ke arah John. "Maaf—" "Kau? Bukannya kau pria aneh tadi?!" "Pria aneh?" Wanita itu sontak menutupi mulutnya karena bicara secara blak-blakan begitu saja. Dia lantas berdiri dan menatap John dengan lamat. "Kau kemari lagi pasti untuk mengambil kembalian uangmu tadi kan, Sir? Sebentar, aku akan ambilkan ke dalam." Tanpa menunggu balasan dari John, wanita itu langsung berjalan masuk sambil menggerutu kesal karena tubuhnya sedikit sakit akibat terjatuh di lantai. "Laura, ada apa? Kenapa berisik di depan?" tanya salah seorang teman satu shift wanita tersebut yang ternyata bernama Laura. "Kucing keglincir tadi." jawab Laura asal yang membuat temannya itu sampai mengernyitkan dahinya bingung. Pasalnya, selama bekerja di sana, dia tak pernah menemukan ada kucing di sekitaran minimarket. "Oh iya, ambilkan uang yang ku simpan di laci itu." seru Laura meminta tolong. "Uang siapa ini?" "Uang kembalian milik pria aneh yang aku ceritakan padamu tadi. Dia ada di depan. Sebentar, aku akan memberikan uangnya dulu." Laura langsung bergegas keluar kembali untuk menyerahkan uang kembalian tersebut pada pria tadi. Laura sadar betul jika dirinya di dalam tak sampai tiga menit lamanya, tapi saat dia keluar, pria tadi sudah tidak ada lagi. "Pria yang aneh! Ke mana dia sekarang? Tidak mungkin dia hantu kan?" Laura lantas menghela napas panjang. Beruntungnya dia berada di tempat kerja. Jika tidak, mungkin dia sudah tak dapat lagi menahan emosinya. Karena sebenarnya, kesabarannya ini layaknya tisu dibagi tujuh. Wanita itu bersumpah akan memaki pria tadi jika dia bertemu di lain tempat. Yang jelas, bukan di tempatnya dia bekerja saat ini. +++ John tengah duduk sembari menggoyangkan gelas minumannya yang berisi wine yang paling mahal di dunia. Biasanya, pria itu akan meminum minuman termahal jika hatinya terasa sedikit bahagia. Tapi kali ini, John tidak tahu bagaimana caranya mendeskripsikan apa yang sedang dia rasakan saat ini. Semuanya nampak begitu abu-abu. Belum pernah John sampai sebingung ini dengan apa yang dia rasakan sekarang. John menghentikan pergerakan tangannya. Lalu melirik sekilas saat seseorang masuk ke dalam ruangannya. "Permisi, Tuan John." "Kau sudah berhasil mendapatkan informasi yang aku perintahkan padamu, Griffin?" "Tentu Tuan John. Saya sudah mendapatkan semua informasi tentang wanita itu sedetail mungkin untuk Anda." John meletakkan gelasnya di atas meja dan memutar kursinya menjadi berhadapan dengan Griffin saat ini. John mulai mendengarkan dari awal, apa saja yang Griffin katakan. Semua informasi mengenai seorang wanita yang dia temui kemarin malam. Begitu mudahnya dia mendapatkan apa yang di inginkan. "Namanya Laura Rodriguez, seorang yatim piatu. Dia bukan asli Spanyol, melainkan Italia. Sama dengan kita, Tuan. Dan dia adalah anak tunggal, jadi sudah dipastikan bahwa dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan mendiang Nona Sofia." John terdiam sejenak saat nama wanita yang pernah menemaninya itu disebut. John sebenarnya sedang menahan diri untuk tidak meluapkan emosi, rasa kecewa serta penyesalannya terhadap Sofia. Tapi John cukup pandai mengontrol diri jika situasinya memang setenang ini. "Lanjutkan," titah John, dan Griffin kembali memulai memberikan informasi yang sudah dia dapatkan. "Wanita itu hanya seorang wanita biasa yang merantau sekaligus sempat menempuh pendidikan di sini. Tapi menurut keterangan yang saya dapatkan, Laura sudah berhenti berkuliah karena suatu hal. Dia seorang karyawan di minimarket yang Anda kunjungi malam itu. Tapi terkadang, Laura juga bekerja di sebuah club malam sebagai seorang striptease dancer." "Aku kira dia menjadi seorang..." John menatap Griffin dengan sorot mata yang menusuk. Lalu John menggerakkan tangannya ke udara. Memberikan perintah bagi Griffin untuk melanjutkan perkataannya soal informasi mengenai Laura. "Wanita itu memiliki jadwal untuk menari malam ini, Tuan John. Kabar baiknya, siapa pun bisa menyewanya secara pribadi untuk menontonnya menari. Jika Anda memang tertarik padanya, saya akan mengurus segalanya agar Anda bisa menyewanya malam ini." John tersenyum asimetris lalu menjawab, "lakukan saja. Aku harus bertemu dengannya lagi malam ini." "Baiklah kalau begitu Tuan John, saya akan mengurusnya untuk Anda." Griffin bergerak membungkukkan badannya untuk berpamitan keluar dari ruangan tersebut sekaligus mengurus keinginan John barusan. Tapi John justru menahannya. Membuat Griffin kembali berdiri tegak di hadapannya. "Ada yang ingin Anda butuhkan lagi, Tuan John?" "Aku tidak membutuhkan apa pun. Hanya perlu mendengar bagaimana tanggapanmu soal wanita itu yang begitu mirip dengan Sofia. Bukankah ini sangat di luar nalar? Bagaimana mungkin ada seseorang yang begitu mirip bagaikan pinang dibelah menjadi dua?" "Saya tidak bisa memberikan tanggapan apa pun, Tuan John. Tapi jujur saja, saya sama terkejutnya dengan anda saat pertama kali melihat wanita itu. Namun, perlu saya ingatkan pada Anda Tuan, dia benar-benar bukan Nona Sofia. Jadi tolong, Anda harus lebih bisa mengendalikan diri." "Aku tau, jadi tidak perlu repot-repot untuk menasehatiku lagi." sahut John dengan ketus. Lalu tangannya bergerak mengusir Griffin agar keluar dari ruangannya sekarang juga. Tepat ketika Griffin keluar dari ruangan tersebut, John langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke sebuah rak-rak buku yang ada di dalam sana. Jemari John menyentuh dan bergeser dengan cepat untuk mencari sesuatu yang dia inginkan. Bukan buku, melainkan sebuah album foto yang di dalamnya tersimpan rapi ratusan foto kenangannya bersama Sofia. "Apa kau percaya takdir, Sofia? Lihatlah, aku benar-benar menemukanmu." John sadar dengan betul jika wanita yang dia temui kemarin bukanlah mendiang kekasihnya. Tapi John diam-diam tetap menganggap jika wanita itu adalah jelmaan Sofia yang kembali bersamanya. John yakin jika takdir percintaannya sedang dipermainkan. Tapi dia tetap percaya bahwa Laura dikirim Tuhan untuknya. "Aku tidak peduli siapa dia dan dari mana asalnya. Yang aku percaya sekarang adalah, dia merupakan wujud lain darimu, Sofia." John menyentuh dan membelai lembut foto Sofia. Di sana, Sofia nampak begitu anggun dengan gaun merah muda yang di desain khusus oleh designer terkenal dari Italia. John merogoh kocek yang sangat mahal untuk gaun tersebut. "Kali ini, aku tidak akan pernah membuat kesalahan lagi, Sofia. Aku berjanji padamu." John sudah mengambil sumpah untuk tidak membuat kesalahan lagi pada Sofia yang entah dalam wujud apa pun itu. John bahkan tidak bisa memaafkan kesalahan yang sudah dia buat pada mendiang kekasihnya itu. Kini, John akan menebus segalanya demi Sofia. "Aku sangat mencintaimu, Sofia."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD