Tatapannya membiusku, Tristan mendekatkan tubuhnya membuat jantungku berdebar keras. Jarak kami hanya tinggal beberapa centimeter sebelum akhirnya pergerakan tubuh Tristan terhenti. Dia hanya diam menatap tepat di mata ku seperti aku yang kini membeku, menatapnya. Aku dapat merasakan jantungku yang berdebar keras, lalu tersadar ketika pintu kamar kami di ketuk. Tristan menarik diri, tanpa ku sadari kedua tanganku menyilang di depan d**a, memeluk tubuhku sendiri. Tristan pergi menuju pintu kamar untuk mengetahui siapa yang datang, sementara aku masoh berbaring menatap langit-langit, mataku mengerjap lalu bangkit terduduk dan menemukan Tristan kembali dengan 1 botol ember yang berisi es batu dan dua botol anggur. Suasana menjadi canggung, baik aku dan Tristan kami tak berbicara. Tristan be