Jari-jari kakiku bergerak gelisah di dalam selimut yang menutupi tubuh kami, Tristan masih berada di posisi yang sama seperti ia memulai untuk memejamkan mata, memeluk tubuhku sepanjang malam hingga membuatku tidak bisa bergerak. Aku tertidur cukup lelap tapi kini langit sudah terang dan Tristan belum juga memindahkan tubuhnya. Aku mencoba untuk melepaskan diri tapi terlalu sulit, tubuhnya sangat keras seperti batu. “Tristan.”aku memanggil namanya, berharap dia segera bangun dan menyingkir dari tubuhku. Bukankah kita harus bangun pagi-pagi sekali, kenapa dia masih saja tertidur. “Tristan.”aku memanggilnya lagi, tapi dia masih tidak meresponku, astaga apa dia mati. “Tristan, uhuk.. uhukk.. aku tidak bisaaa.. bernafas.”aku pura-pura batuk, tidak bisa bernafas, tapi dia masih saja tidak